Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fathiya Fajrina Ulfah
Abstrak :
Pada penelitian ini sintesa NiCo-LDH/MnO2 pada permukaan busa nikel dengan metode hidrotermal dan uji performanya sebagai elektroda pada superkapasitor tipe baterai telah berhasil dilakukan. Karakterisasi menggunakan XRD dan SEM-EDX menunjukkan bahwa terbentuk sistem mirip struktur hydrotalcite yang sesuai untuk struktur LDH dengan bentuk nanowire pada NiCo-LDH. Sedangkan MnO2 membentuk struktur birnessite yang secara teoritis memiliki luas permukaan dan porositas yang tinggi. Uji elektrokimia menggunakan teknik siklik voltametri menunjukkan nilai kapasitansi spesifik tertinggi pada busa nikel/NiCo-LDH/MnO2 sebesar 1506,23 F/g pada scanrate 10 mV/s. Sedangkan uji galvanostatic charge discharge menunjukkan performa terbaik busa nikel/NiCo-LDH/MnO2 pada densitas arus 1,5 A/g dengan nilai kapasitansi spesifik mencapai 2247,33 F/g, energi spesifik sebesar 63,21 Wh/kg, dan daya spesifik sebesar 337,5 W/kg. Selain itu, uji impedansi juga menunjukkan bahwa material ini memiliki resistansi yang baik berdasarkan Nyquist plot dengan nilai Rs dan Rct sebesar 1.814 Ω dan 2.208 Ω. Selanjutnya 2500 siklus pemuatan potensial berulang menunjukkan kestabilan yang baik dengan persen retensi kapasitas spesifik sebesar 88.2% .
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Visabella Rizky Triatmono
Abstrak :
Pendahuluan: Laktat Dehidrogenase (LDH) merupakan sebuah enzim yang terdapat pada glikolisis anaerob yang berfungsi untuk mengubah piruvat menjadi laktat. Dalam hal kehamilan, terdapat kondisi anaerob pada jaringan plasenta dimana glukosa dirubah menjadi laktat. Namun, data mengenai aktivitas spesifik LDH pada jaringan plasenta kehamilan normal serta terkait dengan karakteristik maternal masih kurang memadai. Untuk menambah data, penelitian ini bertujuan untuk mengukur aktivitas spesifik LDH pada plasenta normal. Metode: Jaringan plasenta diperoleh dari wanita dengan kehamilan normal dan cukup bulan. Pengukuran aktivitas spesifik LDH dilakukan dengan menggunakan spectrophotometer. Formula untuk pengukuran beserta reagen diperoleh dari Elabscienceâ Lactate Dehydrogenase (LDH) assay kit. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan IBM SPSS versi 20. Hasil: Hasil menunjukkan bahwa nilai median (min – max) dari aktivitas spesifik LDH adalah 0,31 (0,06 – 1,19) U/mgprot. Berdasarkan karakteristik subjek, wanita < 35 tahun menunjukkan aktivitas spesifik LDH yang lebih tinggi dibandingkan wanita ≥ 35 tahun, dengan nilai 0,38 (0,06 – 1,19) U/mgprot dan 0,17 (0,1 – 0,4) U/mgprot, secara berurutan. Berdasarkan usia gestasional, aktivitas spesifik LDH tertinggi terdapat pada early term pregnancy pada 0,46 (0,17 – 1,19) U/mgprot, dengan nilai terendah pada late term pregnancy pada 0,25 (0,16 – 0,46) U/mgprot. Riwayat graviditas menunjukan bahwa wanita primigravida menunjukan aktivitas spesifik LDH yang lebih tinggi dibanding dengan wanita multigravida, dengan nilai 0,35 (0,06 – 1,19) U/mgprot dan 0,30 (0,09 - 0,99) U/mgprot, secara berurutan. Bayi dengan berat <3 kg menunjukan nilai yang lebih tinggi yaitu pada 0,51 (0,06 – 0,99) U/mgprot. Sebaliknya, bayi dengan berat > 3,5 kg menunjukan nilai yang lebih rendah yaitu 0,27 (0,06 – 0,51) U/mgprot. Kesimpulan: Secara singkat, penelitian ini menemukan bahwa nilai median (min – max) dari aktivitas spesifik LDH adalah 0,31 (0,06 – 1,19) U/mgprot. Perolehan nilai aktivitas spesifik LDH yang lebih tinggi ditemukan pada wanita < 35 tahun, early term pregnancy, wanita primigravida, dan bayi dengan berat <3 kg saat lahir. ......Introduction: Lactate Dehydrogenase (LDH) is an enzyme that is usually present under anaerobic glycolysis, which functions to convert pyruvate into lactate. In correlation to pregnancy, there is an anaerobic state on placental tissue in which glucose is metabolized into lactate. However, data regarding specific activity of LDH in placental tissue from normal pregnancy as well as according to maternal characteristic is lacking. To provide more data, this research aims to study the specific activity of LDH on normal placenta. Methods: Placenta tissue were taken from women who undergone normal term pregnancy. Measurement of LDH specific activity was done using spectrophotometer. The formula and reagents were obtained from Elabscienceâ Lactate Dehydrogenase (LDH) assay kit. Statistical analysis was done through IBM SPSS version 20. Results: Result shows that the median (min – max) value of LDH specific activity is 0,31 (0,06 – 1,19) U/mgprot. Based on subject characteristic, women who aged < 35 years old have higher specific activity of LDH compared to ≥ 35 years old mother, the values are 0,38 (0,06 – 1,19) U/mgprot and 0,17 (0,1 – 0,4) U/mgprot, respectively. According to gestational age, highest LDH specific activity is shown on early term pregnancy at 0,46 (0,17 – 1,19) U/mgprot, with the lowest on late term pregnancy at 0,25 (0,16 – 0,46) U/mgprot. History of gravidity result shows, primigravida women shows higher LDH specific activity compared to multigravida, the values are 0,35 (0,06 – 1,19) U/mgprot and 0,30 (0,09 – 0,99) U/mgprot, respectively. Newborn weigh <3 kg has highest value on 0,51 (0,06 – 0,99) U/mgprot. In contrary, those born with > 3,5 kg shows lowest value on 0,27 (0,06 – 0,51) U/mgprot. Conclusion: In summary, our study found that the median (min – max) value of LDH specific activity is 0,31 (0,06 – 1,19) U/mgprot. With higher value of LDH specific activity observed on < 35 years old mother, early term pregnancy, primigravida women, and <3 kg newborn.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Witjahyakarta Widjaja
Abstrak :
Masalah : dari tahun ke tahun kasus dengan cedera kepala karena kecelakaan lalu lintas semakin bertambah . Sulit untuk membuat:, diagnosis dan prognosis pasien cedera kepala segera setelah cedera, karena luasnya kerusakan otak tidak bisa dibuktikan. LDH yang merupakan enzim sitoplasma jaringan otak, akan dilepaskan kedalam serum bila terjadi kerusakan jaringan otak. Dengan demikian dapat diprakirakan luasnya kerusakan jaringan otak dengan memeriksa aktivitas LDH serum penderita. Material dan metodologi dilakukan pemeriksaan SKG pada pasien cedera kepala umur 0 - 40 tahun yang masuk IGD Rumah Sakit Dokter Cipto Mangunkusumo, dari bulan Agustus - Oktober '1993. Tidak dimasukkan dalam penelitian ini bila terdapat patah tulang skeletal, banyak luka, komplikasi perdarahan organ dalam tubuh, kesadaran menurun karena alkohol / obat-obatan, riwayat penyakit jantung, hati, ginjal, keganasan diotak, penyakit darah. 48 - 60 jam kemudian, pada pasien ini dilakukan pemeriksaan darah terhadap aktivitas LDH total dan LDH isoenzimnya sambil diperiksa lagi SKG nya. Darah yang lisis dikeluarkan dari penelitian.Pasien cedera kepala segera setelah masuk diklasifikasikan menjadi tiga grup : cedera kepala ringan ( SKG 13 - 15 ), cedera kepala sedang ( SKG 9 - '12 ), cedera kepala berat ( SKG 3 - 8 ). Dan setelah 48 - 60 jam cedera kepala, dilakukan penggolongan serupa. Analisis statistik dilakukan pada data aktivitas LDH total dan LOH isoenzim yang ada, dengan menghitung mean dan standard deviasinya kemudian dikorelasikan dengan masing-masing grup cedera kepala memakai uji Student t. Hasil penelitian sebanyak 143 orang pasien cedera kepala 110 pria, 33 wanita yang memenuhi kriteria dimasukkan kedalam penelitian ini. Terdapat 75 penderita cedera kepala ringan (52,45%), 40 penderita cedera kepala sedang (27,97%) dan 28 penderita cedera kepala berat (19,58%). Setelah 48-60 jam cedera, jumlah penderita yang masuk golongan cedera kepala ringan menjadi 114 orang (79,72%), cedera kepala sedang 12 orang (8,39%), dan cedera kepala berat 17 orang (11,89%). LDH total rata-rata pasien waktu masuk dengan cedera kepala ringan 296,7 u/L (SO 71,1 u/L), cedera kepala sedang 437,4 u/L (SO 226,7 u/L), dan cedera kepala berat 551,2 u/L (SO 342,4 u/L), sedang LDH 1-2-3 rata-rata pada cedera kepala ringan 234,8 (SD 59,7 u/L), cedera kepala sedang 335,1 u/L (SD 144,5 u/L), dan cedera kepala berat 405,7 u/L (SD 258,2 u/L). Setelah 48 -60 jam cedera kepala, LDH total ratarata pada cedera kepala ringan 330,8 u/L (SD 154,6 u/L), cedera kepala sedang 488,7 u/L (SD 194,2 u/L) dan cedera kepala berat 682,6 u/L (SD 346,7 u/L), sedang LDH 1-2-3 rata-rata cedera kepala ringan 265,5 u/L (SD 123,3 u/L), cedera kepala sedang 346,3 (SO 103,8 u/L) dan cedera kepala berat 487,7 u/L (SD 242,2 u/L) .Terdapat perbedaan yang sangat bermakna (p < 0,01) aktivitas LOH total dan LOH 1-2-3 (LDH isoenzim otak) antara SKG waktu masuk dan SKG 48 - 60 jam setelah trauma golongan cedera kepala ringan dengan cedera kepala sedang/berat, tetapi tidak ada perbedaan yang bermakna (p >. 0, 05) antara cedera kepala sedang dengan cedera kepala berat. Kesimpulan aktivitas LDH total dan LDH isoenzim dalam serum dapat dipakai untuk menilai berat ringannya derajat cedera kepala.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 1994
T59077
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Yuniar
Abstrak :
Renjatan merupakan kegawat-daruratan tersering pada anak. Laktat sering digunakan sebagai target keberhasilan resusitasi pada renjatan sepsis, namun sepertiga kasus renjatan pada anak tidak mengalami peningkatan kadar laktat alaktatemia . Penilaian laktat sebagai target keberhasilan resusitasi masih menjadi perdebatan. Penelitian sebelumnya menyimpulkan nilai bersihan laktat berkaitan dengan luaran pasien renjatan sepsis. Laktat dehidrogenase LDH -1, LDH-5 dan delivery oxygen DO2 berperan dalam metabolisme laktat dan menyebabkan kondisi alaktatemia dan hiperlaktatemia pada pasien renjatan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mencari etiologi alaktatemia pada renjatan anak melalui pemeriksaan isoenzim LDH-1, LDH-5 dan DO2 selama proses resusitasi 6 jam. Penelitian ini adalah penelitian potong lintang pada 56 renjatan sepsis dan 44 hipovolemik berusia 1 bulan sampai 18 tahun di 4 rumah sakit umum. Pemeriksaan tekanan darah mean arterial pressure/ MAP, indeks jantung cardiac index, CI dan indeks tahanan vaskular sistemik systemic vascular resistance index, SVRI , DO2 dan pengambilan darah untuk pemeriksaan LDH-1 dan 5 dilakukan sebelum dan setelah resusitasi. Pada penelitian ini didapatkan usia terbanyak berada dalam rentang 1 ndash;59 bulan 56, dengan pasien yang datang dengan kondisi berat skor pediatric logistic organ dysfunction/PELOD-2 ge; 10 31, median kadar laktat jam ke-0 adalah 2,5 mmol/L. Angka kematian 20 . Proporsi hiperlaktatemia lebih tinggi secara bermakna p = 0,028 pada pasien renjatan dengan skor PELOD-2 ge; 10 71,9 . Tidak ada perbedaan bermakna isoenzim LDH-1, LDH-5 dan DO2 antara kelompok alaktatemia dan hiperlaktatemia. Tidak ada perbedaan bermakna MAP, CI, SVRI antar kelompok alaktatemia dan hiperlaktatemia. Tidak ada perbedaan bermakna luaran pasien berdasarkan nilai bersihan laktat. Simpulan: Pasien yang mengalami alaktatemia tidak terbukti aktivitas LDH-1 meningkat sedangkan pada hiperlaktatemia aktivitas LDH-5 meningkat. Kadar DO2 lebih tinggi pada kelompok alaktatemia dan lebih rendah pada hiperlaktatemia.
Shock is the most common emergency condition in pediatric patients. Lactate levels have been used widely as resuscitation target in septic condition. Meanwhile, one third cases did not showed elevated lactate levels alactatemia . Lactate levels as a target for successful resuscitation is still being considered. Previous studies concluded lactate clearance has correlated with the septic shock patients outcome. Lactate dehydrogenase LDH 1, LDH 5 and delivery oxygen DO2 have an important role in lactate metabolism and causing alactatemia and hyperlactatemia in pediatric shock. The objectives of this study were to determine the alactatemia etiology in pediatric shock using isoenzyme LDH 1, LDH 5 and DO2 examination during 6 hours resuscitation. This was a cross sectional study done in 56 patients with septic shock and 44 patients with hypovolemia, within aged 1 month until 18 years old in 4 general hospitals. Mean arterial pressure MAP , cardiac index CI , and systemic vascular resistance index SVRI , DO2, LDH 1 and LDH 5 were done before and after resuscitation. This study found the most common age is in average 1 ndash 59 months 56 , proportion of patients who came with severe condition pediatric logistic organ dysfunction PELOD 2 score ge 10 was 31 , median of lactate levels in 0 hours was 2.5 mmol L. Death rate was 20 . Hyperlactatemia proportion was higher significantly p 0.028 in shock patients with PELOD 2 score ge 10 71.9. There was no differences in MAP, CI, SVRI values between alactatemia and hyperlactatemia groups. There was no differences in outcome based on lactate clearance. Conclusion Patients with alactatemia do not prove that their LDH 1 activity is increased while in hyperlactatemia, the activity of LDH 5 is increased. DO2 levels were higher in the alactatemia group and lower in hyperlactatemia group.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trimar Handayani
Abstrak :
ABSTRAK Mitokondria biogenesis dipengaruhi oleh peroxisome proliferator-activated receptor gamma coactivator-1α (PGC-α) yang dapat diinduksi melalui latihan fisik. Latihan fisik memiliki variasi: latihan kontinu (durasi lama) dan latihan interval (durasi singkat). Selama latihan fisik, laktat yang dihasilkan otot rangka dapat digunakan sebagai sumber energi di jantung yang akan diubah oleh laktat dehidrogenase B (LDHB). Tujuan penelitian ini, untuk membandingkan perubahan kadar PGC-1α dan LDH B di jaringan jantung tikus dewasa setelah diberikan latihan interval dan kontinu. Penelitian ini menggunakan 15 ekor tikus Wistar dewasa usia 12 bulan dibagi secara acak menjadi 3 kelompok (n=5). Latihan fisik dilakukan menggunakan treadmill tikus dengan kecepatan yang dinaikkan bertahap selama 8 minggu dengan frekuensi 5 kali perminggu. Pengukuran kadar PGC-1α dan LDH B menggunakan metode ELISA. Uji statistik menggunakan One Way Anova dan korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara kelompok interval dan kontinu terhadap kadar PGC-1α (P<0.05). Tidak terdapat perbedaan bermakna antar kelompok terhadap kadar LDH B. Tidak terdapat korelasi antara kadar PGC-1α dan LDH B pada jaringan miokardium tikus dewasa.
ABSTRACT Mitochondrial biogenesis is affected by peroxisome proliferator-activated receptor gamma coactivator-1α (PGC-1α), and can be induced through physical exercise. Physical exercise has variations: continuous training (long duration) and interval training (short duration). During physical exercise, lactate from skeletal muscle produced can be used as an energy source in the hearth through conversion by lactate dehydrogenase B (LDH B). The purpose of this study was to compare in PGC-1α and LDH B levels of adult rat cardiac tissue after interval and continuous training. This study used 15 adult Wistar rats aged 12 month, divided into 3 groups (n=5). Training was conducted using a rodent treadmill with gradually increased of speed for 8 weeks and frequency of 5 days/weeks. PGC-1α and LDH B levels in heart tissue were measured using ELISA. Statistical tests using One Way Anova and Pearson correlation. The result showed that there were significant differences between interval and continuous training groups of PGC-1α levels (p<0.05). There were no significant differences between groups of LDH B levels. There was no correlation between PGC-1α and LDH B levels in adult rat cardiac tissue.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmi Maharani
Abstrak :
Preeklamsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas maternal-perinatal. Plasentasi abnormal menyebabkan hipoksia plasenta dan gangguan regulasi responss imun sehingga mengakibatkan perubahan mikroskopik struktur plasenta berupa penurunan syncytial bridge. Penelitian ini bertujuan mengetahui toleransi imun dan nekrosis pada preeklamsia berdasarkan gambaran syncytial bridge, jumlah sel Treg, konsentrasi LDH serta profil vitamin 1,25(OH)2D3, dan seng. Penelitian potong lintang ini dilakukan pada bulan Februari–Agustus 2019 di RS Budi Kemuliaan dan RSUD Koja, Jakarta. Subjek penelitian adalah ibu hamil normotensi dan preeklamsia yang memenuhi kriteria penerimaan dan tidak memenuhi kriteria penolakan. Subjek dibagi tiga kelompok yaitu: normotensi/NT (n = 20), preeklamsia tanpa komplikasi/PE (n = 21), dan preeklamsia dengan komplikasi/PEK (n = 20). Semua subjek dilakukan pengukuran. jumlah syncytial bridge plasenta (HE), jumlah sel Treg (flowcytometric dan IHK), konsentrasi LDH (enzymatic colorimetric dan ELISA), vitamin 1,25(OH)2D3 (LC-MS/MS) dan seng (ICP-MS) darah maternal dan plasenta. Data diolah menggunakan SPSS versi 2 dan dianalisis dengan uji test-tidak berpasangan dan Mann-Whitney. Jumlah syncytial bridge pada kelompok PE (10,52/LPB) dan PEK (6,33/LPB) lebih rendah bermakna dibanding NT (14,71/LPB). Syncytial bridge PEK lebih rendah bermakna dibanding PE. Jumlah Treg plasenta kelompok PE (2,89/LPB) dan PEK (2,94/LPB) lebih rendah bermakna dibanding NT (4,11/LPB). Konsentrasi LDH maternal pada PEK (418U/L) lebih tinggi dibanding NT (167,5 U/L), dan PEK lebih tinggi dibanding PE (204 U/L) secara bermakna. Kkonsentrasi 1,25(OH)2D3 maternal kelompok PE (55 pg/mL) dan PEK (41,3 pg/mL) lebih rendah dibanding NT (63,5 pg/mL). Konsentrasi 1,25(OH)2D3 maternal PEK lebih rendah bermakna dibanding PE. Tidak ada perbedaan bermakna konsentrasi seng maternal dan plasenta pada ketiga kelompok. Sel Treg plasenta kelompok syncytial bridge sangat rendah (SSR) 2,86/LPB dan syncytial bridge rendah (SR) 3,09/LPB lebih rendah secara bermakna dibanding syncytial bridge normal (SN) 3,87/LPB. Konsentrasi LDH maternal SSR (318 U/L) lebih tinggi bermakna dibanding SR (213 U/L) dan SN (168 U/L). Konsentrasi vitamin 1,25(OH)2D3 maternal pada SSR (39 pg/mL) lebih rendah dibandingkan SR (53,85 pg/mL) dan SN (58,10 pg/mL). Peningkatan konsentrasi LDH maternal, penurunan konsentrasi 1,25(OH)2D3 maternal dan sel Treg plasenta merupakan faktor risiko berkurangnya jumlah syncytial bridge. Disimpulkan berkurangnya jumlah syncytial bridge menggambarkan beratnya proses nekrosis yang berhubungan dengan penurunan toleransi imun dan konsentrasi 1,25(OH)2D3 maternal. ......Preeclampsia is a specific condition in pregnancy as the main cause of maternal-perinatal morbidity and mortality. Abnormal placentation causes placental hypoxia and disturbances in the regulation of the immune response, thereby resulting in the microscopic structure of the placenta in the form of syncytial bridges. The present study aimed to determine the immune tolerance and necrosis in preeclampsia, on the basis of the syncytial bridge characteristic, Treg cell count, LDH concentration and vitamin 1,25(OH)2D3, and zinc profiles. This cross-sectional study was carried out from February to August 2019 at RS Budi Kemuliaan and RSUD Koja, Jakarta. The subjects were pregnant women who met the inclusion criteria and did not meet the exclusion criteria. The subjects were divided into three groups, namely the normotensive (NT) group (n = 20), the uncomplicated preeclampsia (PE) group (n = 21), and the complicated preeclampsia (PEC) group (n = 20). All subjects underwent the following examinations: placental syncytial bridge count (HE), Treg cell count (flowcytometric and IHC), LDH (enzymatic colorimetric and ELISA), 1,25(OH)2D3 (LC-MS/MS) and zinc (ICP-MS) concentration in maternal blood and placenta. The data were processed using SPSS version 20 and analyzed by means of the unpaired t and Mann-Whitney tests. The syncytial bridge count in groups PE (10.52/HPF) and PEC (6.33/HPF) was significantly lower compared with NT (14.71/HPF). PEC syncytial bridge count was significantly lower than PE. Placental Treg count in groups PE (2.89/HPF) and PEC (2.94/HPF) were significantly lower than that of the NT (4.11/HPF). Maternal LDH concentration in PEC (418U/L) was significantly higher than in NT (167.5 U/L), and PE (204 U/L). Maternal 1,25(OH)2D3 concentration in groups PE (55 pg/mL) and PEC (41.3 pg/mL) was lower compared with NT (63.5 pg/mL). Maternal 1,25(OH)2D3 concentration in group PEC was significantly lower than in PE. There were no significant differences in maternal blood and placental zinc concentration in the three groups. Placental Treg cell counts in the very low syncytial bridge count (VLSB) group (2.86/HPF) and the low syncytial bridge count (LSB) (3.09/HPF) were significantly lower than in the normal syncytial bridge count (NSB) (3.87/HPF). Maternal blood LDH in group VLSB (318 U/L) was higher than those in LSB (213 U/L) and NSB (168 U/L). Maternal 1,25(OH)2D3 concentration in group VLSB (39 pg/mL) was lower compared with LSB (53.85 pg/mL) and NSB (58.10 pg/mL). Increased maternal LDH concentration, decreased maternal 1,25(OH)2D3 concentration and placental Treg cell count were risk factors for decreased syncytial bridge count. It was concluded that the decrease in syncytial bridge count depicts the severity of the necrotic process that is associated with decreased immune tolerance and maternal 1,25(OH)2D3 concentration.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Permatasari
Abstrak :
Pada penelitian ini, Ni-Co LDH dengan bentuk nanowireberhasil disintesis pada busa nikel melalui metode hidrotermal dan digunakan sebagai elektroda untuk aplikasi superkapasitor tipe baterai. Analisis XRD, SEM, dan TEM digunakan untuk mengkarakterisasi struktur dan morfologi material. Struktur Ni-Co LDH pada busa nikel yang terbentuk memberikan luas permukaan situs aktif yang lebih besar sehingga transfer ion dapat berjalan dengan lebih efektif. Dalam aplikasi superkapasitor tipe baterai, karakteristik tersebut memberikan kinerja elektrokimia yang baik. Pertama, Ni-Co LDH termodifikasi pada busa nikel melalui teknik cyclic voltammertrymenghasilkan kapasitansi spesifik 1124,81 F/g; 608,57 F/g; 513,5 F/g; 426,12 F/g; 308,71 F/g; dan 219,96 F/g padascan rate1; 5; 10; 20; 50; dan 100 mV/s, secara berurutan. Nilai kapasitansi spesifik 1341,44 F/g pada densitas arus 2 A/g dan masih menghasilkan nilai 1302,26 F/g pada densitas arus yang cukup tinggi yaitu 30 A/g. Ni-Co LDH termodifikasi pada busa nikel mencapai energi spesifik yang tinggi yaitu 67,07 Wh/kg dan daya spesifik 339,11 W/kg pada densitas arus 2 A/g. Kedua, Ni-Co LDH mempunyai kestabilan struktur yang baik, yang mana dapat mengarah pada performa elektrokimia yang sangat baik. Setelah 3000 siklus charge-discharge, Ni-Co LDH pada busa nikel menghasilkan nilai persen retensi 96,38% dari kapasitansi awal. Hasil tersebut menunjukkan kinerja material yang sangat baik dan memungkinkannya untuk menjadi bahan elektroda yang menjanjikan untuk perangkat penyimpan energi. ......In this study, Ni-Co Layered Double Hydroxide (LDH) nanowire was successfully grown on nickel foam through the hydrothermal method to be used as an electrode for battery type supercapacitor applications. X-ray diffraction analysis, scanning electron microscopy, and transmission electron microscopy were employed to characterize their structure and morphologies. Ni-Co LDH on nickel foam provides a high accessibility for electrolytes ions over the whole surface of the material structure. In battery-type supercapacitor applications, these characteristics ensure the excellent electrochemical performance of material. First, Ni-Co LDH on nickel foam through the cyclic voltammetry technique showed specific capacitance of 1124.81 F / g; 608.57 F / g; 513.5 F / g; 426.12 F / g; 308.71 F / g; and 219.96 F / g at scan rate 1; 5; 10; 20; 50; and 100 mV / s, respectively. The specific capacitance of 1341.44 F / g at a current density of 2 A / g still showed a value of 1302.26 F / g at high current density of 30 A / g. Ni-Co LDH on nickel foam displayed a high energy density of 67.07 Wh / kg and power density of 339.11 W / kg. Secondly, Ni-Co LDH has good structural stability, which lead to excellent electrochemical characterization. After 3000 cycles of charge-discharge, Ni-Co LDH on nickel foam showed the capacitance retention rate of 96.38% of its initial capacitance. These results show excellent material performance and allow it to be a promising electrode material as the candidate for energy storage devices.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khoiriyyah Amalia Az-Zahra
Abstrak :
Latar belakang: Kondisi hipoksia hipobarik intermiten sering digunakan pada pelatihan, sehingga menyebabkan tubuh kekurangan oksigen pada saat tertentu atau disebut sebagai kondisi hipoksia. Hal ini dapat memengaruhi jaringan otot karena otot merupakan salah satu organ yang bergantung pada ketersediaan oksigen untuk menghasilkan ATP. Tubuh akan melakukan berbagai mekanisme kompensasi untuk mempertahankan keadaan homeostasis melalui pengaturan HIF-1α. HIF-1α akan meregulasi banyak ekspresi gen, salah satunya adalah enzim glikolitik yang mengatur metabolisme jaringan. Laktat dehidrogenase merupakan salah satu enzim glikolitik yang diatur oleh HIF-1α dan banyak ditemukan di otot sehingga diduga aktivitas enzim laktat dehidrogenase meningkat dalam kondisi hipoksia. Tujuan: Menganalisis aktivitas enzim laktat dehidrogenase pada otot tikus yang diinduksi hipoksia hipobarik intermiten Metode: Menggunakan uji eksperimental pada 5 kelompok tikus Wistar, yaitu normoksia, hipoksia 1 kali, hipoksia 2 kali, hipoksia 3 kali, dan hipoksia 4 kali. Hipoksia dilakukan selama 5 menit dalam hypobaric chamber dengan interval 7 hari. Biomarker hipoksia yang diukur adalah aktivitas enzim laktat dehidrogenase menggunakan LDH activity assay kit Elabscience. Hasil: Aktivitas spesifik enzim LDH dalam keadaan normoksia (1167,625±120,769 U/gprot), hipoksia 1 kali (1364,17±176,538 U/gprot), hipoksia 2 kali (911,218±130,305 U/gprot), hipoksia 3 kali (1069,153±121,685 U/gprot), dan hipoksia 4 kali (1085,814±52,314 U/gprot). Hasil ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan antar kelompok (p>0,05). Simpulan: Tidak ditemukan adanya perbedaan aktivitas enzim laktat dehidrogenase antara kondisi normoksia dan hipoksia hipobarik intermiten ......Background: Condition of intermittent hypobaric hypoxia is often used in training, this condition can cause lack of oxygen at certain times or is known as a hypoxic condition. This can affect the muscle, because muscle is one of the organs that needs oxygen to produce ATP. The body will perform various compensatory mechanisms to maintain the homeostatic state through HIF-1α regulation. HIF-1α will regulate many gene expression, one of which is a glycolytic enzyme that regulates tissue metabolism. Lactate dehydrogenase is one of the glycolytic enzymes that is regulated by HIF-1α and is found in many muscles so that it is suspected that the lactate dehydrogenase enzyme activity increases in hypoxic conditions. Aim: to analyzed the activity of the enzyme lactate dehydrogenase in rat muscle induced by intermittent hypobaric hypoxia Methods: Using experimental tests on 5 groups of Wistar rats, divided to normoxic group, one-time hypoxia group, two-times hypoxia group, three-times hypoxia group, and four-times hypoxia group. Hypoxia was performed for 5 minutes in a hypobaric chamber with 7 days interval. Hypoxic biomarker measured was the activity of the lactate dehydrogenase enzyme using the LDH activity assay kit Elabscience. Results: Specific activity of the LDH enzyme in normoxic group (1167,625±120,769 U / gprot), one-time hypoxia group (1364,17±176,538 U / gprot), two-time hypoxia group(911,218±130,305 U / gprot), three-times hypoxia group (1069,153±121,685 U / gprot), and four-time hypoxia groyp (1085,814±52,314 U / gprot). These results indicate that there is no significant difference between groups (p> 0.05). Conclusion: There was no difference in the activity of the enzyme lactate dehydrogenase between normoxia and intermittent hypobaric hypoxia
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Caesar Nurfiansyah
Abstrak :
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian uji diagnostik dengan menggunakan metode potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif. Penelitian dilakukan di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSCM Jakarta pada 31 Januari 2015 hingga 31 Januari 2020. Sebanyak 183 pasien wanita dengan kecurigaan neoplasma ovarium padat diikutsertakan dalam penelitian. Pasien dengan penyakit sistemik lainnya atau mengalami kehamilan dieksklusi dari penetlitian. Dilakukan uji kesesuaian dengan menggunakan uji Kappa. Didapatkan sensitivitas dan spesifisitas dari masing-masing penanda tumor

Hasil : AFP memiliki sensitivitas 1,92% dan spesifisitas 77,1% sebagai penanda disgerminoma. LDH memiliki sensitivitas 55,67% dan spesifisitas 65,65% sebagai penanda disgerminoma.. AFP memiliki sensitivitas 30,43% dan spesifisitas 85% sebagai penanda teratoma. LDH memiliki sensitivitas 30,43% dan spesifisitas 58,13% sebagai penanda teratoma . AFP memiliki sensitivitas 100% dan spesifisitas 88,89% sebagai penanda Yolk sac tumor. LDH memiliki sensitivitas 41,67% dan spesifisitas 59,65% sebagai penanda Yolk sac tumor. Kombinasi AFP dan LDH memiliki sensitivitas 100% dan spesifisitas 50,29% sebagai penanda Yolk sac tumor. Kombinasi tumor marker AFP dan LDH memiliki nilai sensitivitas yang lebih tinggi namun tidak memiliki akurasi yang lebih baik dibandingkan pemeriksaan menggunakan AFP atau LDH saja.

Kesimpulan : AFP dan LDH merupakan penanda tumor yang dapat digunakan untuk deteksi dini maupun skrining pada kasus neoplasma padat ovarium. ......Background: Ovarian neoplasms are the most common malignancy experienced by women in Indonesia. Solid ovarian neoplasm is a form of ovarian neopalsma that has a low survival rate due to late diagnosis. Early detection using tumor markers is one of the focuses of researches on ovarian neoplasms, one of which includes AFP and LDH.

Objective : To determine the sensitivity and specificity of AFP, LDH, and the combination of the two tumor markers.

Method : This research is a diagnostic test using cross sectional method. Sampling is done consecutively. The study was conducted at the Obstetrics and Gynecology Clinic of RSCM Jakarta from 31 January 2015 to 31 January 2020. A total of 182 female patients with suspicion of solid ovarian neoplasms were included in the study. Patients with other systemic diseases or pregnant were excluded from research. Conformity test was performed using the Kappa test. Sensitivity and specificity of each tumor marker was obtained

Result : AFP has a sensitivity of 1.92% and specificity of 77.1% as a marker of dysgerminoma. LDH has a sensitivity of 55.67% and a specificity of 65.65% as a marker of dysgerminoma. AFP has a sensitivity of 30.43% and a specificity of 85% as a marker of teratoma. LDH has a sensitivity of 30.43% and specificity 58.13% as a marker of teratomas. AFP has 100% sensitivity and 88.89% specificity as a marker of Yolk sac tumor. LDH has a sensitivity of 41.67% and specificity 59.65% as a marker of Yolk sac tumor. The combination of AFP and LDH has a sensitivity of 100% and a specificity of 50.29% as a marker of Yolk sac tumor. The combination of AFP and LDH marker tumors has a higher sensitivity value but does not have better accuracy than examinations using AFP or LDH alone
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Ardianto Prasetyo
Abstrak :
ABSTRAK
Variabel laboratorium selain untuk mendiagnosis penyakit juga berguna sebagai penanda untuk keberhasilan terapi, kondisi pasien dan prognosis dari suatu penyakit. Dalam penelitian ini, variabel laboratorium seperti LED, CRP, LDH dan ALP digunakan sebagai referensi untuk keberhasilan kemoterapi osteosarkoma. Penelitian ini berdesain deskriptif analitik dengan metode potong lintang dan melibatkan 57 pasien osteosarkoma pada periode Januari 2015 hingga Agustus 2016 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Uji statistik dilakukan menggunakan Statistic Program for Social Science SPSS berupa uji deskriptif dan komparatif variabel kategorik dan numerikal. Variabel LED, CRP, LDH dan ALP menurun setelah diberikan berbagai regimen terapi pembedahan dan kemoterapi. LDH berhubungan dengan kematian p=0.013 sedangkan ALP berhubungan dengan metastasis p=0.04 . Kesintasan kelompok kemoterapi neoadjuvan-pembedahan-adjuvan dan kelompok pembedahan-adjuvan lebih baik dibandingkan diberikan neoadjuvan saja atau pembedahan saja
ABSTRACT
Laboratory values in addition to diagnose the disease is also useful as a marker for the success of the therapy, the patient 39 s condition and prognosis of the disease. In this study, laboratory values such as ESR, CRP, LDH and ALP used as a reference for the success of chemotherapy in osteosarcoma. This is a descriptive analytical research with cross sectional design. Total of 57 osteosarcoma patients during January 2015 period up to August 2016 was collected at Cipto Mangunkusumo Hospital. Statistical analysis was done using Statistic Program for Social Science SPSS by means of description analysis and comparison tests on the categorical and numerical variables. ESR, CRP, LDH and ALP decreased after regimens of surgery and chemotherapy. LDH is associated with mortalities p 0.01 and.post adjuvant ALP was associated with metastasis p
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>