Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Primades Atriyanto
"Angka kematian bayi (AKB) sebagai salah satu indikator mortalitas derajat kesehatan di Indonesia telah menurun cukup berarti, namun masih jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN serta negara-negara maju. Angka kematian neonatal merupakan sekilar 40% dari AKB, dengan penyebab utama adalah bayi berat lahir rendah (BBLR) sebesar 29% (SKRT, 2001). Berbagai studi menyebutkan banyak faktor yang menyebabkan terjadinya BBLR, faktor kualitas pelayanan antenatal merupakan salah satu faktor risiko yang sangat penting, disamping faktor-faktor lain seperti paritas, jarak kelahiran, riwayat kehamilan terdahulu, pertambahan berat badan selama hamil, tingkat aktifitas fisik ibu, komplikasi selama hamil, perilaku merokok, umur ibu, tinggi badan ibu, tingkat pendidikan ibu, etnis atau ras, tingkat sosial ekonomi dan jenis kelamin bayi yang dilahirkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor kualitas pelayanan antenatal (berdasarkan frekuensi pelayanan, jadwal pelayanan, dan konseling) terhadap kejadian BBLR di Indonesia.
Penelitian dirancang secara kasus kontrol dengan menggunakan data terdokumentasi basil SDKI 2002-2003. Kasus adalah subjek dengan atribut efek positif (BBLR) dicarikan kontrolnya yaitu subjek dengan atribut efek negatif (Tidak BBLR). Populasi studi adalah seluruh sampel SDKI 2002-2003 yaitu semua wanita berusia 15-49 tahun yang sudah pernah kawin dan melahirkan dengan lahir hidup dalam lima tahun terakhir sebelum survei, dengan kriteria inklusi kasus dan kontrol adalah kelahiran tunggal, ditimbang saat lahir, dan bapak juga diwawancarai, sedangkan kriteria eksklusinya adalah data terdokumentasi tidak tersedia lengkap. Dengan menggunakan rumus Batas minimal sampel untuk kasus kontrol tidak berpadanan didapatkan kasus sebanyak 82 dan kontrol 328. Dengan analisis regresi logistik ganda, model akhir pengaruh kualitas pelayanan antenatal terhadap kejadian BBLR didapatkan nilai OR = 2,71 (95% CI: 1,60-4,58), artinya bahwa responden yang mendapatkan kualitas pelayanan antenatal (berdasarkan frekuensi pelayanan, jadwal pelayanan, dan konseling) dengan kualitas buruk kemungkinan berisiko 2,71 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mcndapatkan kualitas pelayanan antenatal balk setelah dikontrol dengan komplikasi selama hamil, umur ibu, dan jenis kelamin bayi. Variabel yang terbukti signifikan secara statistik dengan kejadian BBLR adalah komplikasi selama hamil (OR = 3,98 atau 95% CI: 2,06-7,67), umur ibu (OR = 1,98 atau 95% CI: 1,02-3,85), dan jenis kelamin bayi (OR = 1,93 atau 95% CI: 1,14-3,28), sedangkan variabel yang tidak terbukti berpengaruh signifikan secara statistik adalah paritas, riwayat kehamilan, dan pendidikan ibu.
Dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan antenatal (berdasarkan frekuensi pelayanan, jadwal pelayanan, dan konseling) terbukti mempunyai pengaruh bermakna secara statistik terhadap kejadian BBLR setelah dikontrol dengan variabel komplikasi selama hamil, umur ibu, dan jenis kelamin bayi, sehingga perlu menjadi bahan pertimbangan oleh para pengambil kebijakan dalam upaya menurunkan kejadian BBLR di Indonesia.

Infant Mortality Rate (IMR) as one of mortality indicators of health level degraded in Indonesia significantly, but it is higher than many countries in ASEAN and also development countries. Neonatal mortality is almost 40% of infant mortality rate with main reason of low birth weight is 29% (SKRT, 2001). Various study mentioned many factors which caused a low birth weight occurrence, antenatal service quality factor is one of the important risk factors compared with other factors such as parity, birth interval, past pregnancy history, weight increased during pregnancy, activity level of mother's physic. Complication during pregnancy, smoking behavior, mother's age, mother's tall, education level of mother, ethnic or race, social and economic level, and baby gender which is born. This Research purpose is to know effect of antenatal service quality factor (according to service frequency, service schedule, and counseling) to low birth weight occurrence.
Research designed with a control case by using result of documentation data SDKI 2002-2003. Case is subject with positive effect attribute (low birth weight) by looking for its control that is subject with negative effect attribute (no low birth weight). Study population are all samples of SDKI 2002-2003 that are all women 15-49 years old who have married and born with life birth in last five years before survey, with inclusion criterion of case and control are single birth, weighted when she born, and father is also held an interview, while its inclusion criterion of available documentation data is not complete. By using a minimum limit formula of samples for non match control case, it founded 82 cases and 328 controls. By analysis of multiple logistic regression, final model effect of antenatal service quality to low birth weight occurrence got a value of OR = 2,71 (95% CI: 1,60-4,58), this means responders who got antenatal service quality (according to service frequency, service schedule, and counseling) with a bad quality of risk possibility are 2,71 times bigger to bear with low birth weight compared with mother who got good quality of antenatal service after controlled with a complication during pregnancy, mother's age, and baby gender. Significant variable with a low birth weight occurrence statistically is complication during pregnancy (OR = 3,98 atau 95% CI: 2,06-7,67), mother's age (OR = 1,98 or 95% Cl: 1,02-3,85), and baby gender (OR = 1,93 or 95% CI: 1,14-3,28), while variables who does not significant effect statistically are parity, pregnancy history, and mother?s education.
It is concluded that antenatal service quality (according to service frequency, service schedule, and counseling) have significant effects statistically to low birth weight occurrence after controlled with complication variable during pregnancy, mother?s age, and baby gender, so it is important to become consideration for all policies makers decreasing effort of low birth weight occurrence in Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T 19040
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulia Af`idah Cahyani
"Kejadian BBLR merupakan masalah kesehatan yang tidak dapat diabaikan karena berkontribusi besar terhadap kematian neonatal dan peka terhadap berbagai risiko jangka panjang pada kesehatan bayi. Salah satu faktor ibu yang dapat menimbulkan kehamilan risiko tinggi untuk BBLR adalah intensi kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan intensi kehamilan dengan kejadian BBLR berdasarkan data sekunder hasil SDKI 2012. Desain penelitian adalah cross sectional dengan sampel sebanyak 8922 merupakan ibu usia 15-49 tahun berstatus menikah, pernah melahirkan dalam kurun waktu 5 tahun (sebelum pengumpulan data SDKI 2012), kelahiran tunggal dan kondisi lahir hidup.
Hasil penelitian mendapatkan proporsi BBLR sebesar 6.2%. Hasil analisis multivariat regresi logistik, setelah seluruh kategori dikontrol oleh variabel umur dan frekuensi ANC, kategori kehamilan diinginkan kemudian (mistimed) berisiko 1.055 kali untuk BBLR. Kategori kehamilan tidak diinginkan (unwanted) dimodifikasi oleh riwayat komplikasi, untuk responden kategori unwanted dan memiliki riwayat komplikasi berisiko lebih besar (1.158 kali) melahirkan bayi BBLR, untuk kehamilan unwanted dan tidak memiliki riwayat komplikasi mempunyai risiko lebih kecil (0.590 kali) melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan responden yang kehamilannya diinginkan dan tidak memiliki riwayat komplikasi (referensi). Namun, hasil akhir untuk kedua kategori intensi kehamilan tersebut menunjukkan hubungan yang tidak bermakna secara statistik.

The incidence of low birth weight (LBW) is a health problem that can not be ignored because it contributes greatly to neonatal mortality and is sensitive to long-term risks to infant health. One of the maternal factors that can lead to a high-risk pregnancy for LBW is the pregnancy intentions. This study aims to determine the association between pregnancy intentions and LBW based on secondary data from Indonesia Demographic And Health Survey 2012. The design of this study was cross sectional with 8922 samples of mothers aged 15-49 years married, had given birth within 5 years (before Indonesia Demographic And Health Survey 2012 data collection), single birth and live birth conditions.
The result of the study obtained the proportion of LBW at 6.2%. Based on multivariate analysis of logistic regression, after all categories were controlled by ANC age and frequency variable, pregnancy category was then mistimed at 1,055 times for LBW. The unwanted pregnancy category was modified by a history of complications, for the unwanted category and had a history of complications having a greater risk (1,158 times) of delivering LBW, for unwanted pregnancy and no history of complications having a smaller risk (0.590 times) Compared with respondents with intended pregnancies and no history of complications (references). However, the final outcome for both categories of pregnancy intentions showed a statistically insignificant.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48394
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library