Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Chika Asri Oktaviyanti
"Kuil Yasukuni merupakan sumber konflik antara bangsa Cina dan Korea Selatan terhadap Jepang karena adanya kunjungan yang selalu dilakukan oleh petinggi pemerintah Jepang setiap tahun sejak akhir Perang Dunia Kedua. Kunjungan petinggi ke kuil Yasukuni mengawali proses ritual pemujaan leluhur prajurit sebagai pahlawan Jepang, namun bagi masyarakat Cina dan Korea Selatan merupakan bentuk tindakan kejahatan dan agresi Jepang. Tujuan penelitian ini menganalisis kesenjangan antara kedua pihak yang merupakan reproduksi memori budaya melalui shift dari tindakan ritual kepada speech di TV dan media World Wide Web setiap tahunmya. Hal ini turut menunjukkan kebenaran di dalam koneksi antara bentuk pernyataan dan ritual kuil Yasukuni. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode analisis isi. Data dikumpulkan dari buku, jurnal, serta media massa di internet terkait ritual kuil Yasukuni oleh petinggi pemerintah Jepang dan pernyataan kecaman dari masyarakat Cina dan Korea Selatan terhadap ritual tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ritual kuil Yasukuni dalam tindakan dan pernyataan kecaman di media massa dari masyarakat Cina dan Korea Selatan merupakan shift reproduksi memori budaya dari kata-kata ke realitas dan sebaliknya. Ritual kuil Yasukuni merupakan wacana penegasan kembali golongan prajurit dalam struktur masyarakat Jepang vs kejahatan perang dalam pandangan masyarakat Cina dan Korea Selatan; sistem pengendalian kebiadaban sekaligus mensakralkan golongan prajurit melalui pandangan mengenai bahaya pada pihak lain sebagai pihak yang membuat batasan dan mengubah wacana mutakhir.
Yasukuni Shrine is a source of conflict between China and South Korea towards Japan because of visits made by Japanese government officials every year since the end of Second World War. The visit of Japanese government officials to the Yasukuni shrine began the ritual process of worshiping warrior ancestors as Japanese heroes, for the people of China and South Korea it was a form of Japanese crime and aggression. This research aims to analyze the gap between the two parties, which is the reproduction of cultural memory through shifts from ritual actions to speeches on TV and World Wide Web media every year. This also shows the truth in the connection between the forms of statements and the rituals of the Yasukuni shrine. This research was conducted using the content analysis method. Data was collected from books, journals, and mass media on the internet regarding the Yasukuni shrine ritual by Japanese government officials and statements of condemnation from the people of China and South Korea regarding this ritual. The research results show that the Yasukuni shrine ritual in actions and statements of condemnation in the mass media from Chinese and South Korean society is a shift in the reproduction of cultural memory from words to reality and vice versa. The Yasukuni shrine ritual is a discourse of reaffirmation of the warrior class in the structure of Japanese society vs war crimes in the eyes of Chinese and South Korean society; a system of controlling barbarity while also sacralizing the warrior class through the view of danger to other parties as the party that creates boundaries and changes the latest discourse."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Katherine Viella Irwanto
"Kunjungan ke Kuil Yasukuni oleh aktor pemerintah Jepang adalah titik perselisihan yang hingga sekarang mengganggu hubungan bilateral dengan Korea Selatan. Sejak tahun 1985, Korea Selatan menyuarakan protes diplomatik untuk mengutarakan kekecewaannya. Hal ini karena bagi Korea Selatan, Yasukuni adalah simbol militerisme dan tradisi penghormatan adalah bentuk ketidakjeraan Jepang atas kejahatan masa perangnya. Namun, apabila ditinjau secara rinci, ada variasi yang cukup prominen di sikap protes dari masa ke masa. Ini adalah sebuah anomali karena sejarah kolonisasi oleh Jepang adalah bagian yang sangat penting dari prosesnation-building Korea Selatan. Tidak hanya itu, pemerintahnya juga berulang kali menegaskan prinsip menegakkan sejarah atas upaya-upaya revisionisme oleh Jepang. Peristiwa ini mengindikasikan ada kalkulasi strategis lain yang menyebabkan protes menjadi variatif. Penelitian ini menerapkan pendekatan Realisme Neoklasik dan menganalisis temuan menggunakan causal-process tracing. Variabel yang digunakan adalah faktor sistemik internasional dan domestik di Korea Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di periode dependensi Korea Selatan terhadap Jepang, faktor sistemik sangat berpengaruh di balik pelemahan protes. Sementara itu, setelah dependensi memudar, faktor domestik yang berperan dominan dalam menyebabkan protes menjadi inkonsisten.
Visits by Japanese officials to the Yasukuni Shrine remains contentious and straining bilateral relations with South Korea. Since 1985 onwards, South Korea has voiced diplomatic protests to express its disappointment. To South Korea, Yasukuni symbolises Japan’s past militarism and, thus, the tradition is seen as Japan’s lack of remorse for its wartime crimes. However, upon a closer excogitation, the protests vary over time. This is an anomaly for Japanese colonisation is a crucial part in South Korea’s nation-building process. Furthermore, the South Korean government repeatedly emphasises a firm principle of upholding the correct understanding of history against Japan’s revision moves. These events indicate an underlying strategic calculation behind the varying protest. This research applies the Neoclassical Realism approach and proceeds the analysis using causal-process tracing method. The variables observed are international systemic and domestic factors in South Korea. The results suggest that during the period of South Korea’s heavy dependency on Japan, international systemic factors were the most influential behind the moderated protests. Meanwhile, after the dependency diminished, domestic factors have continued to play a dominant role in causing the inconsistent protests. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library