Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah salah satu bentuk Usaha Ekonomi Produktif merupakan salah satu upaya untuk mengatasi kemiskinan. KUBE ditujukan untuk meningkatkan motivasi untuk lebih maju , meningkatkan interaksi dan kerja sama dalam kelompok , mendyagunakan potensi dan sumber sosial ekonomi lokal, memperkuat budaya kewirausahaan, mengembangkan akses pasar dan menjalin kemitraan sosial ekonomi dengan berbagai pihak terkait....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Ayudya Pratiwi
Abstrak :
Studi ini bertujuan untuk menggambarkan peran modal sosial dalam sustainability pelaksanaan KUBE saluyu. Hasil deskripsi dan interpretasi data berupa penggambaran atau penuturan dalam bentuk kalimat menjelaskan bahwa unsur kepercayaan merupakan unsur yang sangat berpengaruh kuat dalam kekuatan modal sosial di KUBE Saluyu, tergambarkan melalui kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi,lingkungan dan sosial yang mendukung tercapainya sustainability KUBE Saluyu.Unsur Jaringan yang tergambar dalam pelaksanaan kegiatan di KUBE Saluyu terlihat dari kerjasama KUBE Saluyu dengan dinas-dinas terkait pengelolaan budidaya tanaman, ikan dan wirausaha berbasis kelompok. Selain itu KUBE Saluyu juga bekerjasama dengan pihak-pihak swalayan setempat dalam hal pemasaran yang berpengaruh terhadap sustainability KUBE. Sedangkan unsur norma lebih lemah dibanding kedua unsur diatas, dikarenakan kepemilikan aturan sebagian besar hanya bersifat arahan dari ketua secara lisan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa peran modal sosial sangat berdampak bagi keberlanjutan (Sustanability) pelaksanaan UEP di KUBE Saluyu serta mempengaruhi keberhasilan kelompok, seluruh unsur modal sosial yang dimiliki dan diimplementasikan oleh anggota KUBE dipengaruhi oleh faktor dominan Ketua Kelompok, sehingga seluruh aturan dan arahan yang diucapkan oleh ketua diikuti dan dilaksanakan oleh seluruh anggota kelompok. ......This study aims to describe the role of social capital in the implementation of KUBE Saluyu sustainability. The description and interpretation of data in the form of imagery or narrative in the form of a sentence explaining that the element of trust is a more powerful element in the power of social capital in KUBE Saluyu, portrayed through activity-activity in the fields of economic, environmental and social sustainability that supports the achievement of KUBE Saluyu.Unsur network which is reflected in the implementation of activities in Saluyu KUBE KUBE Saluyu seen with the cooperation with related agencies managing the cultivation of plants, fish and group-based entrepreneurship, in addition KUBE Saluyu also cooparet with local supermarkets parties in terms of marketing that affect the sustainability KUBE. While elements is weaker than the norm of the two elements above, because of ownership rules largely merely a referral from the chairman orally. Based on the survey results revealed that the role of social capital severe consequences for the sustainability implementation of the UEP in KUBE Saluyu and influence the success of the group, all the elements of social capital that is owned and implemented by members of KUBE influenced by the cult of Chairman of the Group, so that all the rules and directives are spoken by chairman followed and implemented by all members of the group.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Putri Permata
Abstrak :
ABSTRAK
Disertasi ini membahas tentang Kelompok Usaha Bersama Fakir Miskin KUBE FM , sebagai upaya pemberdayaan masyarakat miskin melalui kelompok. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada proses pembentukan kelompok, rekruitmen terjadi secara top-down, dan pendamping berfungsi sebagai fasilitator. Dalam proses pendampingan dan pembinaan yang dilakukan, yang paling berperan dalam menentukan perkembangan KUBE FM adalah pendamping desa. Hal ini karena pendamping desalah yang paling sering berinteraksi dengan ketua dan para anggota KUBE FM. Kualitas interaksi, peran pendamping sebagai pelaku perubahan, serta adanya komitmen terhadap tujuan kelompok merupakan fakror-faktor yang berinteraksi dalam menentukan perkembangan kelompok. Penelitian ini menyimpulkan bahwa KUBE FM dapat menjadi media dalam memberdayakan fakir miskin. Kelompok yang dinamis disertai dengan pendampingan yang intensif dapat memperbesar peluang keberhasilan pemberdayaan masyarakat miskin melalui KUBE FM.
ABSTRACT
This dissertation discussed about economical joint group effort of the poorest KUBE FM as an effort to empower poor community through group. This research used qualitative design. The result of this research showed that at group formation processs, recruitment was top down and the consultant roled as facilitator. Generally, at consultation and supervision process, the most influenced person in determining the development of KUBE FM was village consultant. This was because he did most interaction with the leader as well as members of the group. Quality of interaction, roles of consultant as change agent and commitment toward the goal were factors which interact in determining the the development of KUBE FM. This research conclude that KUBE FM could be used as medium to empower the poorest community. Dynamic group accompanied by intensive consultation could enhance the success of KUBE FM in empowering poor community.
2017
D1721
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidia Nugrahaningsih Ayal
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menggambarkan program penanggulangan kemiskinan melalui Kube, beserta faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan usaha ekonomi produktif. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive di sepuluh kecamatan kota Banjarmasin, dengan pertimbangan di kecamatan tersebut terdapat Kube. Hasil penelitian menemukan bahwa Kube di kota Banjarmasin telah melaksanakan kegiatan usaha ekonomi produktif berkelanjutan dan dapat meningkatkan taraf kesejahteraan anggota, yang dibuktikan dengan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar (pangan, sandang, papan, kesehatan) serta mempunyai keterampilan memecahkan masalah, juga mampu menjalin kerjasama sesama anggota dan masyarakat sekitar. Direkomendasikan bagi Kementerian Sosial, melalui Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (Pusdiklat Kesos) dan Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (B2P2KS) dalam pelaksanaan persiapan pemberdayaan (diklat) terhadap sasaran Kube, perlu dialokasikan waktu yang cukup, materi dan kurikulum yang relevan, sarana dan prasarana yang memadai dan praktik lapangan yang cukup, sehingga Keluarga Binaan Sosial (KBS) dapat lebih mengelola Kube dengan baik. Dalam peningkatan SDM pendamping Kube, hendaknya menggunakan fasilitator, narasumber, praktisi yang memiliki kompetensi memadai dan memiliki pengalaman praktis dalam bidang pendampingan, shingga ilmu dan materi yang diberikan kepada sasaran lebih aplikatif, bukan teoritis.
Yogyakarta: Balai Besar dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta, 2016
360 MIPKS 40:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Untung Basuki
Abstrak :
Permasalahan utama penelitian ini adalah peranan pembina kelompok dalam perkembangan kelompok penduduk miskin di pedesaan. Sedangkan ruang lingkup penelitian ini meliputi kondisi kehidupan keluarga miskin, efektivitas peranan pembina kelompok dalam pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) serta hubungan antara pelaksanaan peranan pembina kelompok tersebut terhadap kinerja KUBE binaan mereka. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui cara-cara yaitu; studi dokumentasi dari laporan pelaksanaan Program BRS di Gunungkidul yang terdapat di Kanwil Depsos DIY. Kedua pengamatan dan wawancara umum kepada pembina. KUBE serta pengurus KUBE dan beberapa anggota KUBE. Obyek penelitian ini ialah lima KUBE yang penerima Program Bantuan Kesejahteraan Sosial (BKS) pada tahun anggaran 19901991 di Kabupaten Tk II Gunungkidul DIY yaitu: KUBE Sidomulyo yang berada di Desa Dadapayu Kecamatan Semanu, KUBE Sumber Rejeki yang berada di Desa Kenteng Kecamatan Ponjong, KUBE Sumber Urip di Desa Watusiku Kecamatan Ngawen, KUBE Ngudi Lestasi di Desa Jatiayu Recamatan Karangmojo dan KUBE "Gembira" di Desa Karangsari Kecamatan Semin. Hasil penelitian: Pertama; kondisi kehidupan keluarga miskin di daerah ini umumnya dicirikan dengan pemilikan tanah pertanian yang kecil (dibawah 0,50 ha). Karena produktivitas lahan yang rendah maka mereka bekerja serabutan (apa saja) untuk mempertahankan hidupnya. Usaha serabutan itu tidak menentu dan sangat bergantung pada musim dan pasaran kerja yang ada. Kedua; Program BKS yang ditujukan untuk mengatasi masalah kemiskinan melalui pendekatan kelompok (KUBE) masih dihadapkan pada kinerja para pembina kelompok yang belum semua dapat berperan secara efektif. Tidak semua PSK berperan aktif dalam pelaksanaan seleksi serta penyadaran calon anggota KUBE dan mereka hanya mempercayakan tugas-tugas tersebut kepada aparat desa. Akibatnya PSK kurang memahami kondisi internal (potensi dan sumber-sumber) yang dimiliki anggota KUBE binaan mereka (KUBE Ngudi Lestari dan KUBE "Gembira"). Walaupun kelima PSK umumnya telah dapat memfasilitasi KUBE, (membentuk pengurus, membuat pembagian tugas, menciptakan norma-norma kelompok serta penyaluran stimulan kelompok) namun pada KUBE yang intensitas pembinaannya yang rendah, perangkat kelompok itu tidak dapat berfungsi untuk mendorong perkembangan KUBE. Intensitas pembinaan yang rendah membuat kelompok sulit memanfaatkan semua perangkat yang ada. Bahkan pada KUBE yang berprestasi rendah, timbul konflik diantara anggota yang'sulit dipecahkan. Sebaliknya peran PSK pada dua KUBE Sidomulyo dan sumber Rejeki lebih dapat berkembang karena selain kedua pembina ini mampu memfasilitasi kelompok, mereka juga melaksanakan pembinaan secara intensif. Dari penelitian pada lima KUBE di Gunungkidul ini diketahui bahwa secara umum intensitas pembinaan dari PSK pada PSH akan mempengaruhi pembinaan PSH kepada KUBE. Selanjutnya intensitas kedua pembina kelompok tersebut berpengaruh pada kinerja KUBE binaan mereka. Intensitas pembinaan yang tinggi oleh pembina kelompok akan diikuti dengan prestasi KUBE yang tinggi. Sebaliknya intensitas pembinaan yang rendah akan diikuti kinerja yang rendah pula. Peran pembina kelompok dalam pengembangan usaha TUBE perlu mendapat perhatian serta penghargaan yang seimbang. Artinya peningkatan mutu PSI, maupun PSM sepatutnya memperoleh perhatian sehingga dapat meningkatkan gairah kerja dan tanggung jawabnya sebagai pembina TUBE. Selain itu dibutuhkan Pula suatu pola pembagian togas yang terintegrasi diantara para pembina kelompok, bank dalam materi maupun peran-peran yang seharusnya dilakukan masing-masing. Selanjutnya yang perlu dihindari dalam penampilan peranan ini adalah kecenderungan dominasi pembina kelompok sebagai pengambil keputusan dalam TUBE karena hal ini sangat bertentangan dengan asas pemberdayaan dan keswadayaan kelompok.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Wahyu Iryani
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui pelaksanaan Kube ditinjau dari aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan, serta mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat. Sampel penelitian dipilih 10 Kube di Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT), dengan pertimbangan keluarga miskin di lokasi ini besar dan di antaranya mendapat bantuan dari Kementerian Sosial melalui program Kube Fakir Miskin. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Hasil penelitian menemukan bahwa mayoritas Kube dalam kategori berkembang, ditinjau dari kinerja Kube dari aspek sosial, mayoritas tujuh Kube (70 persen) memiliki kinerja cukup baik. Dari aspek ekonomi, lima Kube (50 persen) memiliki kinerja kurang baik. Dari aspek kelembagaan, lima Kube (50 persen) memiliki kinerja kurang baik. Faktor pendukung pelaksanaan Kube adalah semangat anggota kelompok yang tinggi, kuatnya rasa kebersamaan, adanya pendamping kompeten, dukungan masyarakat potensi lokal dan nilai kearifan lokal yang dijunjung tinggi oleh anggota kube. Faktor penghambat pelaksanaan kube adalah rendahnya kualitas SDM sasaran (pendidikan rendah, keterampilan dalam mengelola usaha terbatas), kendala geografis, dan lemah dalam membangun networking. Direkomendasi perlunya Kementerian Sosial, khususnya Direktorat Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan dan Pusdiklat BBPPKS menyusun program pemberdayaan keluarga miskin, pengembangan aspek sosial, aspek ekonomi dan kelembagaan secara seimbang. Perlu ada pendampingan intensif dalam rangka peningkatan kualitas dan kuantitas product untuk mencapai perkembangan Kube yang optimal.
Yogyakarta : Kementerian Sosial Republik Indonesia, 2016
360 MIPKS 40:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Sulistyo
Abstrak :
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) merupakan salah satu program unggulan dari Departemen Sosial sebagai upaya dalam pelayanan sosial. Upaya-upaya yang dilakukan Departemen Sosial secara umum telah menampakkan hasil. Tetapi juga ada kelemahan-kelemahan yang ditemukan, karena apa yang diterima KUBE merupakan bentuk paket bantuan yang sudah ditentukan dan atas pemerintah. Ada dugaan bahwa tidak berkembangnya KUBE karena lemahnya SDM yang ada pada KUBE, terutama yang mendapat perhatian adalah kepemimpinan KUBE. Dalam melihat kepemimpinan KUBE, maka variabel yang menjadi pusat perhatian adalah gaya kepemimpinan KUBE dan kinerja KUBE. Dengan mendasarkan kepada teori kepemimpinan yang dikemukakan oleh Keith Davis dalam Path Goal -Mealy. Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian adalah: 1. Bagaimanakah pola kepemimpinan ketua KUBE yang diterapkan pada KUBE yang menjadi subyek penelitian ? 2 Bagaimanakah kinerja KUBE yang menjadi subyek penelitian ? 3. Apakah ada hubungannya antara pola kepemimpinan KUBE yang diterapkan dengan perkembangan kinerja KUBE yang menjad subyek penelitian ? Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif anaiisis, dengan mempergunakan pendekatan kualitatif, dan mengambil studi kasus pada KUBE Budi Daya I, dan KUBE Ngudi Makmur. Sedangkan sasaran penelitian adalah ketua, pengurus, dan anggota KUBE. Dari penelitian yang dilakukan terungkap bahwa, pada KUBE Budi Daya 1, ketua lebih menggunakan pola kepemimpinan yang dikembangkan dengan gaya kepemimpinan partisipatif. Sedangkan pada KUBE Ngudi Makmur, ketua lebih menggunakan pola kepemimpinan yang dikembangkan dengan gaya kepemimpinan direktif. Sedangkan kinerja KUBE Budi Daya I dan KUBE Ngudi Makmur, dari penelitian yang dilakukan terungkap belum menunjukkan peningkatan seperti yang diharapkan. Berkaitan dengan gaya kepemimpinan partisipatif pada KUBE Budi Daya l dan gaya kepemimpinan direktif pada KUBE Ngudi Makmur, dari penelitian yang dilakukan terungkap bahwa gaya kepemimpinan tersebut tidak selalu berhubungan dengan peningkatan kinerja pada KUBE yang bersangkutan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Meilita Sugiana
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang pelaksanaan program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang ada di wilayah Jakarta Selatan. Kelompok usaha bersama adalah salah satu program pemerintah melalui kementerian sosial untuk meminimalisasi angka kemiskinan di Indonesia. Jakarta sebagai pusat negara dengan kompleksitas masalah melaksanakan program ini pada tahun 2009. KUBE merupakan metode pendekatan yang terintegrasi dari keseluruhan proses kementerian sosial dalam rangka MPMK. KUBE tidak dimaksudkan untuk menggantikan keseluruhan prosedur kecuali untuk Program Bantuan Kesejahteraan Sosial Fakir Miskin yang mencakup Keseluruhan proses. Pembentukan KUBE dimulai dengan proses pembentukan kelompok sebagai hasil bimbingan sosial, pelatihan keterampilan berusaha, bantuan stimulans dan pendampingan. Pelaksanaan KUBE belum menjadi jawaban yang pasti dalam pengentasan kemiskinan di ibu kota. Jakarta selatan dipilih sebagai pilot project program ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kebijakan program KUBE sebagai bentuk penanggulangan kemiskinan melalui program pemberdayaan ekonomi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di Jakarta Selatan da mengetahui hambatan dalam implementasi kebijakan program KUBE. Dalam pelaksanaannya kemampuan manajerial serta pemasaran dalam bentuk kemasan menjadi kendala yang dihadapi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data berupa wawancara dengan narasumber yang sudah ditentukan. Hasil penelitian ini menyarankan untuk melakukan penilaian terhadap kebutuhan kelompok sasaran. Selain itu Pendampingan terhadap KUBE perlu ditingkatkan dan dikembangkan sehingga efektivitas KUBE dalam meningkatkan keterampilan para anggota menjadi lebih tinggi dan pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan sasarannya secara lebih besar. Hambatan dari pelaksanaan program ini adalah pada implementasi program ini, banyaknya jenis usaha macet. Masih terbatasnya kemampuan dan keterampilan anggota juga menjadi hambatan tersendiri dalam pelaksanaan program ini.
The focus of this study is implementation of policy for Tackling Poverty through a program of economic empowerment group together (KUBE) in South Jakarta. Joint business group is one of the Government through the Ministry of social programs to minimize poverty rate in Indonesia. Jakarta as the Centre of the country with the complexity of the problems of implementing this program in 2009. KUBE is an integrated approach to the method from Social Departement of whole process in order MPKP. It is not intended to replace all the prosedure except for social walfare assistance programs that cover the entire process. Formution of KUBE began with the formation of the group as a result of process guidance, social skill training and assistance and mentoring stimulant. Implementation of the KUBE is not yet a definite answer in alleviating poverty in the capital. South Jakarta was chosen as a pilot project this program. Managerial capability in the implementation as well as marketing in the form of packaging to be obstacles faced. This research is a qualitative research using the method of data collection in the form of interviews. The interviewer is a pople who has a qualification to answer. The results of this research suggest to carry out assessment of the needs of the target group. In addition to Mentoring KUBE needs to be improved and expanded so that its effectiveness in improving the skills of the KUBE members became higher and can ultimately increase revenue goals are bigger. The resistance of the implementation this programme is the implementation of this programme has many of bussiness to a standstill. Still limited abilities and skill of its member has also become a obstacles in the implementation of the programme.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T31556
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Setiawan Cahyo
Abstrak :
Penelitian ini membahas gambaran partisipasi masyarakat dalam proses pemberdayaan masyarakat pada Program KUBE Ahsanu’amala di Desa Pengadegan yang merupakan program CSR pemberdayaan masyarakat PT X berkerjasama dengan Non Government Organization (NGO) Human Initiative. Urgensi dilakukannya penelitian ini adalah terungkapnya pengelolaan program-program sosial yang dijalankan oleh organisasi pelayanan kemanusiaan sebagai pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan agar dapat memberikan dampak yang lebih signifikan bagi masyarakat. Hasil penelitian ini diharapkan bersumbangsih bagi program studi Ilmu Kesejahteraan Sosial berupa pengayaan mata kuliah intervensi komunitas dan pengembangan masyarakat, manajemen organisasi pelayanan kemanusiaan, dan mata kuliah Kesejahteraan Sosial dalam sektor industri. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei 2021 hingga Juni 2021 menggunakan metode wawancara mendalam pada10 orang informan yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Penelitian mengungkapkan adanya keunikan dari program pemberdayaan masyarakat dalam program CSR dari sebuah perusahaan yang melibatkan (NGO). Sebagai pelaksana program, NGO Human Initiative ternyata membawa hasil pre-assessment dengan Local Leader pada saat penentuan menentukan program yang dinilai cocok dan memunculkan kesepakatan untuk mendirikan kelompok usaha bersama (KUBE). Terungkap pula adanya Interactive Participation dari warga anggota KUBE Ahsanu’amala, karena dalam praktiknya warga diberikan kebebasan serta wewenang dan tanggung jawab yang dimulai sejak proses persiapan hingga proses pelaksanaan berlangsung. Partisipasi yang terjadi dapat dikelompokan dalam tiga bentuk partisipasi yaitu berupa partisipasi kemampuan, partisipasi fisik, dan partisipasi harta benda. Bentuk partisipasi tersebut juga menunjukan bahwa istilah partisipasi yang digunakan dalam program CSR ini adalah untuk menggambarkan sebuah proses pemberdayaan. ......This study discusses the description of community participation in the community empowerment process in the Ahsanu'amala KUBE Program in Pengadegan Village which is a CSR program for community empowerment of PT X in collaboration with the NGO Human Initiative. Urgency of this research was to to reveal in managing social programs of human service organization as implementation of CSR program which is expected to spread more significant impact on society. Results of this research is expected to contribute to the Social Welfare Study programs as enrichment for courses of community intervention and empowerment, management of humanitarian service organizations, and Social Welfare in the Industrial Sector. This study uses a qualitative approach with a descriptive type of research. Collecting data conducted in Mei 2021 to June 2021 using in-depth interviews with 10 informants who selected by purposive sampling technique. Result of this study revealed that there is a unique community empowerment program that involves Non Government Organizations (NGOs) and is a Corporate Social Responsibility (CSR) program of a company. Where the NGO as the program implementer will bring the results of the pre-assessment with the Local Leader to further determine the program that is considered suitable. The results of the study show that there is interactive participation from members of the Ahsanu'amala KUBE, because in practice they are given freedom, authority and responsibility starting from the preparation process until the implementation process. It was also revealed that participation of KUBE’s members can be grouped into 3 forms of participation: Ability Participation, Physical Participation, and Property Participation. The form of participation that occurs also shows that the term participation used in the program is to describe an empowerment process.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hillary Aprilia
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini akan membahas mengenai penerapan Layanan Keuangan Tanpa Cabang dalam Rangka Keuangan Inklusi Laku Pandai di Indonesia. Terdapat dua permasalahan yang akan dibahas, yakni pengaturan Bank Penyelenggara dan Agen Laku Pandai serta tanggung jawab hukum yang dimiliki oleh Bank Penyelenggara dan Agen Laku Pandai dengan studi kasus E-Warong KUBE PKH di Johar Baru selaku agen Bank BNI46. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif menggunakan data sekunder. Adapun pengaturan hukum yang berlaku di Indonesia mengenai Laku Pandai diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan POJK No. 19/POJK.03/2014 tentang Laku Pandai, yang mengatur hubungan hukum antara Bank Penyelenggara dan Agen Laku Pandai. Adapun tanggung jawab hukum keduanya diatur dalam perjanjian kerja sama penyelenggaraan Laku Pandai yang termuat pada pasal hak dan kewajiban. Tanggung jawab tersebut di antaranya mencakup aspek Uji Tuntas Nasabah dan Agen, pemberian edukasi dan pembinaan kepada Agen, pengawasan penyelenggaraan, dan pembagian imbal jasa atas hubungan kerja sama. Apabila ditinjau dari perjanjian kerja sama Bank BNI46 dengan Agen46, tanggung jawab tersebut di antaranya berupa pelaksanaan validasi data hasil CDD yang dilakukan Agen dan ikut bertanggung jawab terhadap hasilnya. Sedangkan dari sisi Agen46, tanggung jawab yang dimilikinya antara lain harus melakukan pencatatan atas segala aktivitas layanan keagenan yang dilakukannya.
ABSTRAK
This thesis will discuss the implementation of Layanan Keuangan Tanpa Cabang dalam Rangka Keuangan Inklusi Laku Pandai in Indonesia. There are two issues to be discussed, namely the legal arrangement of Laku Pandai Operator Bank and Laku Pandai Agent and the legal responsibility owned by the Laku Pandai Operator Bank and Laku Pandai Agent with case study of E Warong KUBE PKH in Johar Baru as the agent of Bank BNI46. The research method used is normative juridical research using secondary data. The legal responsibility in force in Indonesia regarding Laku Pandai are regulated in the Regulation of Financial Services Authority POJK no. 19 POJK.03 2014 concerning Laku Pandai, which governs the legal relationship between Laku Pandai Operator Bank and the Agent. The legal responsibilities are both stipulated in the agreement on the conduct of Laku Pandai contained in the article of rights and obligations. These responsibilities include the aspects of Customer and Agent Due Diligence, providing education and guidance to the Agent, supervising the implementation, and sharing fees for partnership. If reviewed from the agreement of Bank BNI46 with Agent46, such responsibilities include the validation of data CDD results made by Agent and Operator Bank takes responsibility for the results. While from the side of Agent46, one of the responsibility is to record all of the activities the agency served.
2017
S69611
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library