Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ika Sugianti
Abstrak :
ABSTRAK
Memiliki adik merupakan suatu pengalaman yang dapat memunculkan reaksi berbeda-beda dari anak pertama, salah satunya adalah altruisme. Berkowitz mendefinisikan altruisme sebagai pertolongan yang diberikan seseorang kepada orang lain tanpa mengharapkan rewards dari sumber-sumber luar. Menurut Severy, esensi dari altruisme adalah motivasi untuk menolong yang didasari oleh penyebab sederhana, yaitu karena seorang individu melihat bahwa orang lain membutuhkan pertolongan. Altruisme sudah mulai muncul dan berkembang sejak anak berusia sekitar 18 bulan. Pada tahap prasekolah, anak secara bertahap mulai mengerti kebutuhan orang lain dan mulai belajar mengenai altruisme. Menurut Bandura, kebanyakan anak belajar mengenai perilaku menolong dan perilaku sosial yang lain melalui observasi yang dilakukan anak terhadap model-model di dalam lingkungan mereka. Grusec dan Moore dan Eisenberg menemukan bahwa terdapat faktor-faktor yang dapat menyebabkan model yang satu lebih efektif daripada model yang lain. Model yang mempengaruhi anak paling kuat adalah model yang dipersepsi anak sebagai tokoh yang berkuasa (powerful) dan memiliki kualitas hubungan yang hangat dengan anak. Hubungan yang hangat antara anak dan orangtua dapat tergambar dari attachment yang terjalin antara anak dan orangtua. Teori attachment mengatakan bahwa bentuk attachment yang terjalin antara anak dan pengasuhnya mempengaruhi anak dari segi emosi, keterampilan sosial, dan kompetensi kognitif. Melalui interaksi anak dengan pengasuh utamanya, anak belajar untuk mengembangkan hubungan mereka dengan orang lain. Dengan perkataan lain, pola perilaku yang terjadi dalam hubungan orangtua dan anak dapat digeneralisasikan ke dalam hubungan anak dengan saudara kandung mereka. Memunculkan altruisme pada anak sebenarnya merupakan hal yang susah-susah gampang. Akan menjadi sulit kalau sejak kecil anak tidak terbiasa untuk peka terhadap orang lain yang membutuhkan pertolongan. Oleh karena itu penelitian ini ditujukan kepada anak pertama usia 3- 6 tahun yang memiliki adik bayi. Kualitas attachment merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi altruisme maka pada penelitian ini ingin dilihat gambaran kualitas attachment, altruisme, serta gambaran kualitas attachment ibu-anak dengan altruisme anak terhadap adik. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui metoda wawancara dan observasi singkat. Subjek wawancara adalah empat orang anak berusia 3-6 tahun yang memiliki adik bayi. Kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori mengenai altruisme, teori attachment, dan teori mengenai masa kanak-kanak awal. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dua orang subjek cenderung memiliki kualitas secure attachment dan dua orang subjek lainnya cenderung memiliki kualitas insecure-avoidcmt attachment. Kualitas attachment yang dimiliki masing-masing subjek dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah sensitivitas dan responsivitas ibu. Pada penelitian ini, subjek yang cenderung memiliki kualitas secure attachment memiliki ibu yang lebih sensitif dan responsif dibandingkan ibu dari subjek yang cenderung memiliki kualitas insecure-avoidant attachment. Subjek yang cenderung memiliki kualitas secure attachment memiliki hubungan yang lebih hangat dengan ibu. Adanya hubungan yang hangat menyebabkan ibu dapat menjadi model altruisme yang efektif bagi anak sehingga anak dapat menginternalisasi perilaku tersebut dengan baik. Altruisme yang muncul pada semua subjek adalah mengambilkan popok untuk adik. Adapun bentuk-bentuk altruisme lainnya, seperti mengajak adik bermain, membawakan tas yang berisi barang-barang adik, menahan tangis agar adik tidak terbangun, serta memberikan bedak dan menyisiri rambut adik merupakan altruisme yang dapat dijumpai secara bervariasi pada subjek-subjek dalam penelitian ini. Kurangnya variasi altruisme pada subjek dapat disebabkan oleh kurang tergalinya altruisme yang lain dalam wawancara dan observasi yang dilakukan. Pada penelitian ini juga terlihat adanya pengaruh kualitas attachment terhadap altruisme. Pada subjek dengan kualitas secure attachment, altruisme lebih bertalian dan frekuensi anak melakukan altruisme terhadap adik mereka lebih sering. Altruisme tetap muncul pada anak dengan kualitas insecure-avoidant attachment karena perilaku tersebut tidak terbentuk semata-mata dari faktor tunggal, dalam hal ini oleh attachment antara ibu dan anak. Banyak faktor lain yang mempengaruhi terbentuknya altruisme, seperti empati, perasaan tanggung jawab, perasaan kompeten, mood, pengorbanan, reinforcement langsung, modeling, dorongan verbal, dan perasaan iri. Di samping itu, adanya hubungan yang hangat dengan ayali dapat memperkuat munculnya altruisme pada anak sekalipun ia memiliki hubungan yang insecure dan kurang hangat dengan ibu. Untuk penelitian lanjutan, disarankan agar observasi dilakukau dalam waktu yang lebih lama dan dengan kemampuan wawancara yang lebih memadai. Selain itu, untuk penelitian lanjutan dapat dilakukan penelitian mengenai perbedaan kualitas attachment antara anak-ayah dan anak-ibu serta melihat pengarulinya terhadap altruisme anak.
2004
S3409
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library