Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Jayanti Pertiwi
Abstrak :
Hormon kortikosteroid merupakan hormon steroid yang disintesis dari kolesterol dan diproduksi oleh kelenjar adrenalis bagian korteks, obat-obat hormon kortikosteroid mempunyai inti steroid yang sama dan hanya mengalami sedikit perubahan struktur pada posisi gugus fungsionalnya. Keaadan ini memberikan kesukaran dalam menganalisis obat hormon kortikosteroid ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode identifikasi yang tepat dari obat hormon golongan kortikosteroid. Metode identifikasi yang dilakukan pada golongan obat ini yaitu dengan percobaan reaksi warna, percobaan mikrokristal, percobaan mikrosublimasi dan kromatografi lapis tipis. Hasil penelitian menunjukkan pereaksi Salkowski dan asam sulfat pekat dapat digunakan untuk membedakan ketujuh zat yang diteliti. Percobaan mikrokristal aseton-air, etanol-air dan ammonium reineckat dapat membedakan ketujuh zat yang diteliti. Pada percobaan kromatografi lapis tipis, fase gerak kloroform- dietilamin (2:1) dan diklorometan-etermetanol- air (77:15:8:1) dapat digunakan untuk memisahkan hidrokortison asetat, betametason valerat, deksametason dan fluosinolon asetonida. Corticosteroid hormones was the steroid hormones are formed cholesterol and secreted by the adrenal cortex. The corticosteroid pharmaceuticals contain the same of steroidal structures in functional group position. This situation gave difficulty to identification for a great number of corticosteroid pharmaceuticals. The purpose of this research was to got the accurate identification method. The identification method were the colour reaction, microcrystal reaction, microsublimation and thin layer chromatography. The result indicated that sulphuric acid and Salkowski reagen can be used to distinguish the seven observed substances. The examination of microcrystal test using acetone-water, ethanol-water and ammonium reineckat can be used to distinguish the seven observed substances. Thin layer chromatography with chloroform-diethyl amine (2:1) and dichloromethane-ether-methanol-water (77:15:8:1) can be used to separate hydrocortisone acetate, betamethasone valerat, dexamethasone and fluocinolone acetonide.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S33015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Netty Seine
Abstrak :
Antihistamine is histamine’s blocker drugs. This drugs act by inhibiting the activity of histamine . This group does not has a basic stucture that can make an analyse recognise it as an antihistamine drugs. This situation confuse an analyse to identify this group. Through this experiment, an analyase wants to find out how to identify an antihistamine drugs by doing a color test, microcrystal, and thin layer chromatography. The result of this experiments shows that ranitidine hidrocloride can be identified by color test with Ehrlich reagents. Beside that, microcrystal reaction can be specific for some antihistamine drugs, all of the antihistamine can be identified by ammonium reineckat reagents because its show a different crystal with this reagent. Thin layer chromatography, can identified the antihistamine by using two different mobile phase system. Methanol-buthanol (70:30) can be use as the first system and methanol-ammonia (100:1,5) is used as the second system. The first system can be used to identify famotidine, cimetidine, and diphenhidramine hidrocloride. Meanwhile, the second one is used to identify chlorpheniramine maleate and ranitidine hidrocloride.
Antihistamin merupakan obat penghambat reseptor histamin. Senyawa golongan ini bekerja dengan menghambat efek histamin yang dikeluarkan ke dalam darah. Obat-obat golongan antihistamin ini tidak memiliki struktur kimia yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan analisis kualitatif senyawa-senyawa golongan ini. Keadaan inilah yang menyulitkan dalam melakukan analisis senyawa golongan antihistamin ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis kualitatif beberapa senyawa golongan antihistamin melalui reaksi warna, mikrokristal, dan kromatografi lapis tipis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan pereaksi Ehrlich ranitidin hidroklorida dapat diidentifikasi. Selain itu, dengan menggunakan reaksi mikrokristal yaitu dengan ammonium reineckat kelima senyawa golongan antihistamin yang diteliti dapat memberikan kristal yang berbeda-beda. Pada percobaan dengan kromatografi lapis tipis fase gerak metanol-butanol (70:30) dapat digunakan untuk menganalisis famotidin, simetidin, dan difenhidramin hidroklorida. Sedangkan dengan fase gerak metanol-amonia (100:1,5) dapat digunakan untuk menganalisis klorfeniramin maleat dan ranitidin hidroklorida.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
S33011
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Christinauly
Abstrak :
Ekstrak Andrographis paniculata dan Curcuma domestica mempunyai banyak aktivitas farmakologi sehingga sudah mulai dikembangkan produk sediaan herbal yang mengandung campuran ekstrak herbal tersebut. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan suatu metode kontrol kualitas untuk menjamin efek terapi yang konsisten dari sediaan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi optimum untuk analisis kuantitatif senyawa aktif campuran ekstrak herbal tersebut secara simultan.dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis densitometri. Senyawa yang ditetapkan kadarnya adalah andrografolid dan kurkuminoid. Hasil penelitian menunjukkan fase gerak terbaik adalah kloroform-metanol (9:1). Metode ini mempunyai linearitas, presisi, dan perolehan kembali yang cukup baik. Batas deteksi andrografolid dan kurkuminoid adalah 79,54 ng dan 390,69 ng. Batas kuantitasi andrografolid dan kurkuminoid adalah 265,13 ng dan 1.302,29 ng.
Andrographis paniculata and Curcuma domestica extracts have various pharmacological activities so that many herbal medicinal preparation contain the mixtures of these extracts. Therefore, it is necessary to develop a quality control method in order to ensure its consistent therapeutic effect. This research tried to find optimum condition for quantitative analysis of bioactive compounds in these herbal mixtures simultaneously using thin layer chromatography densitometry method. Those compounds are andro- grapholide and curcuminoid. The result showed that chloroform-methanol (9:1) is the best mobile phase. This method has quite good linearity, precision, and recovery. The limit of detection for andrographolide and curcuminoid are 79,54 ng and 390,69 ng. The limit of quantitation for andrographolide and curcuminoid are 265,13 ng and 1.302,29 ng.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Nurasih
Abstrak :
2,6-Bis(4-sulfomidobenzylidene)cyclohexanone is a new substance from chlorosulfonasi 2,6-dibenzylidenecyclohexanone which is amidated to sulfonilchlorida with ammonia. One of the characteristics that must be known from new drug standard is the stability data. In this research has done the effect of pH to solvent 2,6-bis(4-sulfonamidobenzylidene)cyclohexanone with accelerated stabilty test and analysed by Thin Layer Chromatography Densitometry. Buffers that have been used were pH 7,0 and pH 10,0 with temperature of 500C, 600C, 700C. Analysis condition used silica gel F254 plate as static phase, solvent mixture as mobile phase was dichlormetan:metanol (9:1) and analysed in 334 nm wavelenght. The coefficent of variation was less than 2%. Calibration curve done in range of 60-200 ppm resulting liniearity 0,9975 with limit of detection 11.8086 ppm dan limit of quantitation 39.33619 ppm. The result of stabilty 2,6-bis(4- sulfonamidobenzylidene)cyclohexanone in pH 7,0 at 25°C had k1 = 0,13 hours-1, activation energy (Ea) = 17,67 kkal mol-1, shelf life (t90) = 0,80 hour and half time (t ½) = 5,30 hours, whereas in pH 10,0 at 25°C had k1 = 7,01 hours-1, activation energy (Ea) = 1,14 kkal mol-1 shelf life (t90) = 0,02 hour and half time (t ½) = 0,10 hour. So from the data above, it can be taken conclusion that pH 7,0 more stabil than pH 10,0.
2,6-Bis(4-sulfonamidobenzilidena)sikloheksanon adalah senyawa hasil dari klorosulfonasi 2,6-dibenzilidenasikloheksanon, yang kemudian dilakukan amidasi terhadap sulfonilklorida dengan ammonia. Salah satu sifat yang harus diketahui dari senyawa calon obat adalah data stabilitas. Pada penelitian kali ini dilakukan uji pengaruh pH terhadap stabilitas larutan 2,6- bis(4-sulfonamidobenzilidena)sikloheksanon dengan metode uji stabilitas dipercepat dan dianalisis secara Kromatografi Lapis Tipis Densitometri. Dapar yang digunakan adalah pH 7,0 dan pH 10,0 dengan suhu 500, 600, dan 700 C. Kondisi analisis menggunakan lempeng silica gel F254 sebagai fase diam, campuran pelarut diklormetan : metanol (9:1) sebagai fase gerak dan dianalisis pada panjang gelombang 334 nm. Hasil penelitian ini menunjukkan koefisien variasi kurang dari 2 %. Kurva kalibrasi dilakukan pada rentang 60-200 ppm menghasilkan linieritas 0.9975 dengan batas deteksi 11.8086 ppm dan batas kuantitasi 39.33619 ppm. Hasil dari stabilitas 2,6-bis(4-sulfonamidobenzilidena)sikloheksanon pada pH 7,0 memiliki k1 = 0,13 jam-1, energi aktivasi (Ea) = 17,67 kkal mol-1, shelf life (t90) = 0,80 jam dan waktu paro (t½) = 5,30 jam. Sedangkan pada pH 10,0 suhu 250C memiliki k1 = 7,01 jam-1, energi aktivasi (Ea) = 1,14 kkal mol-1, shelf life (t90) = 0,02 jam dan waktu paro (t ½) = 0,10 jam. Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pH 7,0 lebih stabil dibandingkan dengan pH 10,0.
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, ], 2009
S33025
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Koba Leonard Arnold Paul
Abstrak :
Kacang polong (Pisum sativum L.) yang dikenal masyarakat sebagai salah satu bahan pangan yang bergizi, kini digunakan sebagai bahan baku kosmetik. Kacang polong berkhasiat sebagai anti aging, anti iritasi, body care, moisturizing care, elastifyng, dan pemutih kulit. Salah satu kandungan dalam kacang polong yaitu vitamin C memiliki kemampuan menghambat pembentukan melanin dan melindungi kulit dari sinar UV yang dapat menyebabkan kerusakan kulit. Penelitian ini dilakukan untuk menetapkan kadar vitamin C dalam kacang polong dan ekstrak kacang polong secara KLTKT Densitometri. Vitamin C dioksidasi terlebih dahulu menjadi asam dehidroaskorbat dan selanjutnya menjadi asam 2,3-diketogulonat dimana masing-masing akan bereaksi dengan 2,4-dinitrofenilhidrazin membentuk senyawa bis 2,4-dinitrofenilhidrazon. Kondisi analisis menggunakan lempeng KLTKT silika gel 60 F254 sebagai fase diam, campuran kloroform-etil asetat (1:1) sebagai fase gerak, dan dianalisis pada λ 505 nm. Hasil validasi metode analisis menunjukkan koefisien variasi kurang dari 2%; akurasi 95,42% +1,63. Kurva kalibrasi menghasilkan linearitas 0,9993; batas deteksi (LOD) 12,52 ng dan batas kuantitasi (LOQ) 41,72 ng. Kadar vitamin C pada kacang polong snap pea dan kacang polong snow pea masing-masing 35,79 mg/100 g dan 38,96 mg/100 g. Sedangkan konsentrasi vitamin C dalam ekstrak kacang polong yang diperoleh dari Cognis yaitu 7,23 μg/g.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S32992
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ryeke Medliyeni Rufyedi
Abstrak :
Mikonazol nitrat merupakan salah satu senyawa yang digunakan sebagai antijamur di dalam sediaan topikal. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode yang valid untuk penetapan kadar mikonazol nitrat dalam sediaan krim secara kromatografi lapis tipis-densitometri. Pemisahan zat dilakukan dengan menggunakan lempeng HPTLC silika gel 60 F254 (Merck). Fase gerak yang digunakan adalah n-heksan-kloroform-metanoldietilamin (70:25:5:1). Sampel diekstraksi menggunakan metanol 12 mL pada suhu 50oC dan disentrifugasi dengan kecepatan 4000 RPM selama sepuluh menit. Lempeng dianalisis dengan TLC scanner 3 (CAMAG), menggunakan detektor UV-Vis pada panjang gelombang 203 nm. Penelitian ini menghasilkan nilai linieritas yang cukup baik sebesar 0,9993 pada rentang konsentrasi 0,753-2,008 μg dengan batas deteksi 0,0595 μg; dan batas kuantitasi 0,1982 μg. Rata-rata perolehan kembali yang dihasilkan adalah 98,32% dengan simpangan baku relatif <2%. Kadar mikonazol nitrat dalam tiga sediaan krim ditetapkan dengan menggunakan metode ini menunjukkan bahwa kadar yang terdapat pada sampel 1, 2, dan 3 sesuai dengan etiket, yaitu 2,09%, 2,06%, dan 2,16% atau 104,5%, 103,0%, dan 108,0%, dihitung dari kadar yang tertera pada etiket (2%).
Miconazole nitrate is one of substance used as antifungal agent in topical product. The purpose of this research was acquiring the method of determination of miconazole nitrate in cream by densitometry using Thin Layer Chromatography-Densitometry, which was validated. The separation was done on HPTLC plate silica gel 60 F254 (Merck). The chosen mobile phase was n-hexane-chloroform-methanol-diethylamine (70:25:5:1). Samples was extracted with 12 mL methanol at the temperature 50oC and it was centrifugated at 4000 RPM for ten minute. The plates were scanned by TLC scanner 3 (CAMAG) using UV-Vis detector at 203 nm. This research resulting good linearity value of the method 0.9993 in calibration range 0.753-2.008 μg; limit of detection and limit quantitation were 0.0595 and 0.1982 μg respectively. The average of recovery study was 98.32%, with relative standard deviation less than 2%. The application of this method on three samples of miconazole nitrate creams showed that the concentration of miconazole nitrate in sample number 1, 2, and 3 match with each labels, namely 2.09%, 2.06%, and 2,16% or 104,5%, 103,0% and 108,0% counted from the concentration showed on the label (2%).
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
S33074
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Kurniawan
Abstrak :
4-[(E)-2-{4-okso-3-(4-metoksifenil)-kuinazolin-2-il}etinil] benzensulfasetamida di- peroleh dengan mengkonjugasikan 3-(4-metoksifenil)-2-metil-4(3,4)- kuinazolinon dengan p-formil-benzensulfonamida dalam pelarut asam asetat glasial, katalis natrium asetat asetat dan dehidrating agent, anhidrida asetat. Salah satu sifat yang harus diketahui dari senyawa kimia baru adalah sifat kinetikanya. Pada penelitian ini dilakukan pengujian pengaruh larutan KOH terhadap senyawa 4-[(E)-2-{4-okso-3-(4-metoksifenil)-kuinazolin-2-il}etinil] benzensulfasetamida pada tiga tingkatan suhu yaitu 45°C, 65°C, dan 85°C, dianalisis secara kromatografi lapis tipis densitometri. Kondisi analisis menggunakan lempeng siap pakai silica gel 60 F254, dan fase gerak terpilih yaitu tetrahidrofuran-sikloheksanetil asetat (3:3:4). Analisis dilakukan pada panjang gelombang 324 nm. Penggunaan KOH dengan konsentrasi 0,1 M pada uji stabilitas diperoleh nilai k1 = 5,6 x 10-4 jam-1, energi aktivasi (Ea) = 24,88 kkal mol-1, shelf life (t90) = 6,6 hari dan waktu paruh (t ½ ) = 51,56 hari. Penambahan larutan KOH dapat memutus gugus asetil dari 4-[(E)-2-{4-okso-3-(4-metoksifenil)-kuinazolin-2-il}etinil]benzensulfasetamida (Rf 0,44) menghasilkan senyawa 4-[(E)-2-{4-okso-3-(4-metoksifenil)-kuinazolin-2-il}etinil]benzensulfonamida (Rf 0,61). ......4-[(E)-2-{4-oxo-3-(4-methoxyphenyl)-quinazoline-2-yl}-ethinyl] benzensulphacetamide obtained by conjugate 3-(4-methoxyphenyl)-2-methyl-4 (3, 4)-quinazolinon with p-formyl-benzensulphonamide in glacial acetic acid solvent, anhydrous sodium acetate as catalyst and acetic anhydride as dehidrating agent. One of the requirements that should be known of the new chemical compounds is their kinetic properties. This research tested the effect of KOH additions to the stability of 4-[(E)-2-{4-oxo-3-(4-methoxyphenyl)-quinazoline-2-yl}ethinyl] benzensulphacetamide at three levels of temperature ie 45°C, 65°C and 85°C were analyzed by densitometry thin layer chromatography. Condition analysis used ready-made silica gel plates 60 F254, and the mobile phase was selected tetrahydrofuran- cyclohexane-ethyl acetate (3:3:4). Analyses were performed at a wavelength of 324 nm. In the addition of 0.1 M KOH concentration with a of known value k1 = 5,6 x 10-4 hour-1, activation energy (Ea) = 24.88 kcal mol-1, shelf life (t90) = 6,6 days and the half-life time (t ½) = 51,56 days. The addition of KOH solution can hydrolysis the acetyl group of 4-[(E)-2-{4-oxo-3-(4-methoxyphenyl)-quinazoline-2-yl}ethinyl]benzensulphacetamide (Rf 0,44) afforded 4-[(E)-2-{4-oxo-3-(4-methoxyphenyl)-quinazoline-2-yl}ethinyl] benzensulphonamide (Rf 0,61).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1901
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Viona Prima Dyta
Abstrak :
Penguat rasa yang marak digunakan dalam bumbu makanan saat ini adalah dinatrium 5 rsquo;-guanilat dan dinatrium 5 rsquo;-inosinat. Mereka biasa digunakan bersama dengan monosodium glutamat MSG untuk meningkatkan rasa gurih pada makanan. Batas penggunaan dinatrium 5 rsquo;-guanilat dan dinatrium 5 rsquo;-inosinat menurut Fenaroli rsquo;s Handbook of Flavor Ingredients berturut-turut 0,07768mg/kg/hari dan 0,09053mg/kg/hari. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode analisis yang optimum dan valid untuk mengetahui kadar dinatrium 5 rsquo;-guanilat dan dinatrium 5 rsquo;-inosinat dalam enam sampel bumbu makanan. Metode optimum yang didapatkan yaitu menggunakan silika gel 60 F254 sebagai fase diam, isopropanol-air-amonia 25 6:3:1 sebagai fase gerak, dan spot dianalisis pada panjang gelombang maksimum 260nm pada TLC-scanner. Metode yang digunakan valid secara KLT-densitometri berdasarkan kriteria akurasi guanilat 99,11 -99,96 dan inosinat 98,56 -101,05 , presisi guanilat 1,09 dan inosinat 0,49 , dan linearitas guanilat, r =0,9909 dan inosinat, r =0,9976 . Kadar yang dihasilkan menunjukkan kandungan dinatrium 5 rsquo;-guanilat dalam sampel A,B,C,D,E,dan F berturut-turut 0,70 ; 0,79 ; 0,78 ; 0,99 ; 1,08 ; dan 1,08 sedangkan kadar dinatrium 5 rsquo;-inosinat dalam sampel A,B,C,D,E, dan F sebesar 0,66 ; 0,74 ; 0,71 ; 0,66 ; 0,54 ; dan 0,67.
The flavor enhancers used in cooking spices today are disodium 5 rsquo guanylate and disodium 5 rsquo inosinate. They are commonly used with monosodium glutamate MSG to enhance taste in foods. The limitation use of disodium 5 rsquo guanylate and disodium 5 rsquo inosinate according to Fenaroli rsquo s Handbook of Flavor Ingredients are 0.07768mg kg day and 0.09053mg kg day. The objective of this study was to obtain optimum and valid method of analysis to determine the level of disodium 5 rsquo guanylate and disodium 5 rsquo inosinate in six samples of spices. The optimum method was obtained using silica gel 60 F254 as stationary phase, isopropanol water ammonia 25 in the ratio of 6 3 1 v v as mobile phase, and the developed spots were scanned using a densitometer in absorbance mode at 260nm. The methods are valid based on the accuracy criteria guanylate 99.11 99.96 and inosinate 98.56 101.05 , precision guanylate 1.09 and inosinate 0.49 , and linearity guanylate, r 0.9909 and inosinate, r 0.9976 . The results showed that the level of disodium 5 rsquo guanylate in sample A,B,C,D,E, and F are 0.70 0.79 0.78 0.99 1.08 and 1.08 and the level of disodium 5 rsquo inosinate in sample A,BC,D,E, and F are 0.66 0.74 0.71 0.66 0.54 and 0.67.
2017
S68699
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library