Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Natania Saraswati Ramany
Abstrak :
Natania Saraswati Ramany. Abstraksi : Tema dari penulisan skripsi ini adalah pekerja lanjut usia ( penduduk Jepang yang berusia lebih dari 65 tahun yang bekerja di perusahaan Jepang ). Sejak Jepang mulai melakukan industrialisasi pada tahun 1950-an, jumlah kelahiran dan kematian di Jepang terus menurun, sehingga Jepang menjadi negara yang memiliki koreika shakai ( masyarakat menua), yakni negara yang jumlah penduduk lanjut usianya telah mencapai 7 % dari total jumlah penduduk. Penduduk lanjut usia di Jepang pada umumnya masih bekerja, sehingga pertumbuhan koreika shakai berarti peningkatan jumlah pekerja lanjut usia yang menyebabkan angkatan kerja Jepang menjadi menua. Hal ini menimbulkan berbagai masalah dalamperusahaan Jepang. Dampak dari bertambahnya koreika shakai dalam perusahaan antara lain: (a) penurunan produktivitas perusahaan seiring dengan menuanya angkatan kerja, (b) pengevaluasian sistem pembagian gaji berdasarkan senioritas yang merupakan sistem manajemen khas Jepang (c) pertentangan antara pemerintah dan perusahaan tentang penetapan kebijakan usia pensiun. Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas tentang keadaan koreika shakai dalam perusahaan, dampak yang ditimbulkannya, serta upaya pemerintah dan juga perusahaan mengatasi dampak tersebut, yang merupakan tujuan dari penulisan skripsi ini, maka digunakan metode deskriptif-analisis. Hasil yang diperoleh setelah melakukan analisa buku-buku kepustakaan tentang koreika shakai antara lain berupa data-data demografis persentase koreika shakai, dan data-data mengenai koreika shakai dalam perusahaan Jepang. Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan: 1) Jepang mengalami pertumbuhan penduduk lanjut usia lebih cepat dibandingkan negara-negara lain yang juga ataupuntelah terlebih dahulu mengalami peningkatan jumlah penduduk lanjut usia.2) Dampak-dampak yang ditimbulkan koreika shakai dalam perusahaan Jepang yakni produktivitas perusahaan jadi menurun, perusahaan harus mengevaluasi sistem senioritas yang merupakan sistem manajemen khas Jepang, dan perusahaan harus menjalankan kebijakan perpanjangan usia pensiun yang ditetapkan pemerintah, tentu saja menyulitkan perusahaan. Namun hal ini bukanlah kesalahan koreika shakai sepenuhnya. Dampak tersebut sebenarnya timbul karena pandangan dan sistem yang ada tidak mendukung kondisi koreika shakai.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S13466
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Kreasita
Abstrak :
Salah satu hal yang sampai saat ini masih menjadi topik pembicaraan hangat di Jepang adalah masalah pada masyarakatnya yang semakin menua. Hal ini terjadi karena peningkatan jumlah penduduk lansia yang sangat cepat dan sudah hampir mencapai 1/4 dari keseluruhan penduduk Jepang di abad ke-21 ini. Walaupun Jepang bukanlah negara pertama yang memiliki koreika shakai, namun kecepatan pertumbuhannya yang luar biasa kurang diantisipasi oleh pemerintah sehingga tak dapat dielakkan lagi dan timbullah permasalahan di berbagai bidang. Di satu sisi dapat dikatakan bahwa Jepang memang sudah berhasil meningkatkan taraf hidup penduduknya sehingga usia rata-rata harapan hidup penduduk Jepang menduduki peringkat tertinggi di dunia sekarang ini. Namun di sisi lain seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup, penduduk berusia lanjut juga semakin meningkat. Dalam bidang ekonomi dampaknya sudah terasa sekali dimana jumlah angka ketergantungan semakin tinggi tetapi jumlah penduduk berusia produktif semakin berkurang. Di bidang pendidikan pun tak luput terkena dampak dari koreika shakai ini. Beberapa sekolah dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi harus ditutup karena kekurangan murid. Tak hanya itu saja, rupanya koreika shakai di Jepang juga menimbulkan permasalahan khususnya bagi para wanita lansia. Karena harapan hidup mereka yang relatif lebih panjang daripada pria, sekarang mereka harus menghadapi kenyataan untuk siap dalam menjalani hidup tuanya tanpa didampingi oleh pasangannya. Bukan hanya perasaan kesepian saja yang harus siap mereka hadapi kelak, tetapi juga masalah kesehatan dan keuangan yang harus mereka jalani. Pendapatan wanita yang relatif lebih kecil daripada pria membuat wanita mau tak mau harus giat bekerja selagi mampu untuk menabung sebagai bekal hidup di hari tua. Itulah sebabnya mengapa banyak wanita yang sudah tua tetapi masih tetap bekerja. Itu pun berlaku hanya untuk yang masih sanggup untuk bekerja, tetapi banyak juga wanita lansia yang sudah tidak dapat bangun lagi dari tempat tidurnya. Bagi mereka hidup adalah siksaan karena harus membebani orang lain, sehingga banyak diantara mereka yang lebih memilih untuk melakukan bunuh diri. Sehingga tak mengherankan jika angka bunuh diri wanita lansia di Jepang salah satu yang tertinggi di dunia selain Hungaria. Pemerintah Jepang di satu pihak memang telah berhasil meningkatkan kesehatan rakyatnya dengan memberlakukan standar hidup yang tinggi sehingga penduduknya dapat hidup lebih lama, tetapi apa gunanya umur yang panjang jika harus menderita di hari tua.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S13567
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library