Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hydriana Ananta Win
"Salah satu dari tiga peristiwa penting dalam kehidupan orang Cina penganut ajaran Khonghucu adalah kematian. Oleh karena itu mereka ingin melaksanakan upacara pemakaman dan perkabungan secara benar sesuai dengan ajaran Khonghucu. Ajaran Khonghucu di Indonesia telah bercampur dengan unsur-unsur ajaran dari Buddha dan Dao. Keinginan untuk melaksanakan ajaran Khonghucu secara murni membuat kelompok masyarakat peranakan Cina di Indonesia membentuk organisasi kemasyarakatan yang bernama MATAKIN. Melalui MATAKIN inilah penganut ajaran ini setahap demi setahap mereformulasikan ajaran Khonghucu di Indonesia, termasuk di dalamnya terdapat tata upacara kematian. Untuk melihat pelaksanaan tata upacara kematian yang telah direformulasikan oleh MATAKIN, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lapangan di Kecamatan Cimanggis dan Cibinong. Alasan pemilihan kedua daerah ini adalah karena disana terdapat cabang dari organisasi MATAKIN di tingkat DATI II yaitu MAKIN. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa kelompok masyarakat peranakan Cina penganut Khonghucu di kecamatan Cimanggis dan Cibinong telah melaksanakan tata upacara kematian dengan cara-cara yang telah direformulasikan oleh MATAKIN melalui MAKIN nya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S12886
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Sam
"ABSTRAK
Sembahyang rebut atau Chiong Si Ku (Qiāng shì gù-枪事故) sebenarnya berawal dari perayaan sembahyang arwah leluhur atau Zhōng yuán jié (中元节). Sembahyang rebut merupakan salah satu perayaan terbesar bagi masyarakat peranakkan Tionghoa penganut Konghucu di Indonesia yang jatuh pada Chit ngiat pan (七月半-Qī yuè bàn)-tanggal 15 bulan 7 penanggalan kalender Cina. Bagi masyarakat Tionghoa, makna dari sembahyang rebut yaitu selain sebagai wujud laku bakti, juga supaya dapat menghindari kenaasan selama tahun tersebut dengan meminta perlindungan leluhur. Di Kelenteng Setya Bhakti Koba, Bangka Tengah walaupun perayaan sembahyang rebut sarat akan nilai agamis Konghucu, namun peran masyarakat masyarakat non-Tionghoa dan non-Konghucu menjadi sangat penting dalam penyelenggaraan sembahyang rebut ini. Jurnal ini akan membahas mengenai gambaran tentang sembahyang rebut, proses dan tata cara perayaan sembahyang rebut, makna sembahyang rebut bagi masyarakat peranakkan Tionghoa dan non-Tionghoa, serta peran masyarakat setempat dalam perayaan sembahyang rebut.

ABSTRACT
Sembahyang rebut or Chiong Si Ku (枪事故-Qiāng shì gù) was originated from the celebration of the ancestor spirit or Zhong yuan jie (中元节-Zhōng yuán jié). Sembayang rebut is one of the biggest celebration for chinese people whom are confucianism adherent in Indonesia. They call the celebration day as Chit ngiat pan (七月半-Qī yuè bàn) that according to Chinese
calendar happens on the fifteenth day of the seventh month. To the Chinese people, besides for honor the ancestors, sembahyang rebut is also to avoid bad luck on that year by asking for protection from the ancestor spirit. On Setya Bhakti Temple, Koba, Central Bangka even sembayang rebut has religious value, but the non-Chinese and non-confucianism adherents take a big role on the event. This journal is going to discuss about sembahyang rebut in general, the process, and procedures, the meaning of sembahyang rebut to the Chinese and non-Chinese people and the role of the local people to the event."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library