Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adam Hafizh Anshary
Abstrak :
Biomassa merupakan salah satu sumber energi alternatif yang melimpah di Indonesia. Unuk memanfaatkannya, diperlukan proses Gasifikasi dimana proses tersebut menghasilkan Syngas, yang dimasukkan kedalam engine untuk menggerakkan generator dan akhirnya dapat menjadi energi listirk. Akan tetapi, produk dari gasifikasi tidak sepenuhnya syngas, melainkan terdapat partikulat lain yang perlu dihilangkan, salah satunya adalah tar. Dengan adanya tar, maka proses gasifikasi akan terhambat karena pemampatan dan pengotoran pada komponen hilir, sehingga diperlukan perawatan serta pembersihan rumit. Salah satu metode yang digunakan dalam mengurangi tar dalam syngas adalah dengan metode kondensasi menggunakan kondensor. Data yang diambil berdasarkan variabel laju blower hisap yaitu 63,6 L/m, 64,96 L/m, 71,94 L/m, serta 79,06 L/m. Hasil dari penelitian ini menunjukkan efisiensi pengurangan tar semakin tinggi saat menurunnya laju blower hisap. Efisiensi pengurangan tar terbesar mencapai nilai 85,64 % pada laju aliran blower hisap 63,6 L/m. Pengurangan tar pada syngas juga dipengauhi dengan adanya pressure drop yang meningkat pada kondenser. Semakin besar pressure drop, semakin tidak efektif kerja kondensor. Terbukti dengan nilai pressure drop terbesar ada laju aliran blower hisap yang tertinggi yaitu 79,06 L/m dengan nilai pressure drop 0,407 kPa. ......Biomass is one of the abundant alternative energy sources in Indonesia. In obtaining this energy, a gasification process is needed where the process produces Syngas. The syngas can be fed into an Internal Combustion engine to drive a generator which can eventually become electrical energy. However, the product of gasification is not completely syngas, but there are other particulates that need to be removed, one of which is tar. With the presence of tar, the gasification process will be hampered due to blockage and contamination of downstream components, in which extensive maintenance and cleaning will be required. One of the methods used to reduce tar in syngas is through condensation using a Condenser. The data taken is based on the variable rate of the suction blower, from 63.6 L/m, 64,.96 L/m, 71.94 L/m and 79,.06 L/m. The result of this study indicates that the efficiency of tar reduction is higher when the blower suction rate is 63.6 L/m with a tar reduction efficiency of 85.64%. Tar reduction in syngas is also effected by pressure drop increase in the condenser. It is proven by the largest pressure drop value (0.407 kPa) occured during the highest suction blower flow rate (79.06 L/m).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irsan Thaslimie
Abstrak :

ABSTRAK
Tulisan ini berisi penelitian tentang perbandingan kinerja kondenser bérdasarkan kondisi dan perlakukan terhadap permukaannya. Pengujian dilakukan terhadap kondenser berlapis Teflon, kondenser berlapis emas, dan kondenser tanpa pelapis. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat uji yang dinamakan Film and Dropwise Condensation Unit.

Penelitian ini dilakukan dengan menyelidiki jumlah fluks kalor yang berpindah dari uap ke kondenser dan nilai koefisien perpindahan kalor dari ketiga kondenser tersebut di atas serta persamaan-teoritis dari Nusselt dan Rohsenow berdasarkan pada pertambahan nilai beda temperatur uap ke permukaan kondenser.

Dari hasil perhitungan dan analisa grafik penelitian ini, dapat diketahui bahwa konderser berlapis Teflon memiliki kinerja paling baik di antara ketiga kondenser. Hal ini menunjukkan bahwa pelapisan Teflon pada permukaan kondenser dapat meningkatkan kinerja suatu kondenser karena kemampuannya untuk mempromosikan kondensasi tetes.
1997
S36833
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Supriyanto
Abstrak :
ABSTRAK
Lemari Es (refrigerator/freezer) adalah satu bentuk aplikasi heat transfer dan merupakan alat refrigerasi yang paling banyak digunakan pada keseharian kegiatan rumah tangga. Fungsi utamanya yang menjaga makanan/minuman agar tetap segar dan bebas dari kerusakan atau pembusukan, membuat hampir setiap rumah tangga mayoritas di perkotaan, menggunakan peralatan tersebut.

Penggunaan lemari es sistem konvensional dengan kondensor berpendingin secara alamiah (didinginkan oleh udara terbuka), adalah yang tipe paling umum digunakan selama ini. Tingkat konsumsi energi listrik yang relatif kecil (60-100 watt) pada alat tersebut, membuat pabrikan lemari es dan juga pengguna rumah tangga kurang memperhatikan akan kemungkinan dilakukannya efisiensi penggunaan daya listrik tersebut.

Sistem pendinginan kondensor secara alamiah tersebut dapat digantikan dengan sistem konveksi paksa, dengan mengaplikasikan tambahan alat (blower/exhaust fan) pada sisi belakang kondensor. Dengan konveksi paksa tersebut, maka laju pendinginan (laju perpindahan kalor) kondensor dipaksa menjadi lebih cepat, laju pendinginan meningkat, sehingga lebih lanjut, kerja kompresor menjadi lebih efektif dan proses pendinginan lemari es dapat berlangsung lebih cepat. Diharapkan dengan laju pendinginan yang cepat, kerja kompresor menjadi lebih dingan dan siklus konversi energi menjadi lebih efisien, sehingga konsumsi energi yang diperlukan dapat diperkecil. P

emilihan yang tepat dari sistem konveksi paksa pada lemari pendingin tersebut diharapkan dapat memberikan pengurangan konsumsi energi listrik. Penghematan daya listrik untuk setiap lemari es tersebut, bila diakumulasikan dengan pengguna alat tersebut secara keseluruhan, diharapkan secara umum mampu memberikan kontribusi terhadap penghematan sumber daya energi.

Dari hasil percobaan ternyata sistem konveksi paksa akan menunjukkan hasil yang optimal dengan penambahan blower fan yang dipasang pada sisi atas kondensor dengan variasi pengaturan voltase sebesar 12 volt.
2001
S49248
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boma Wibowo
Abstrak :
Pada suatu pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP), kondensor merupakan alat yang berfungsi untuk mengkondensasikan uap sisa yang keluar dari turbin. Kondensat yang dihasilkan kemudian didinginkan melalui menara pendingin atau cooling tower sebelum dialirkan kembali ke dalam kondensor sebagai air pendingin. Penurunan tekanan vakum di dalam kondensor saat proses kondensasi memberikan perbedaan entalpi yang semakin besar pada turbin. Jika terjadi kenaikan tekanan kondensor maka energi listrik yang dihasilkan akan semakin berkurang. Tekanan dan suhu menjadi variabel yang mempengaruhi kinerja dari kondensor tersebut. Kedua variable ini sangat bervariasi dan sulit dikontrol karena dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar. Suhu cooling water sangat dipengaruhi oleh suhu disekitar pembangkit dan kinerja dari cooling tower. Untuk mengetahui pengaruh kedua variabel ini terhadap kinerja kondensor, maka perlu dilakukan analisa kinerja kondensor. Analisa kinerja kondensor dilakukan dengan melihat data lapangan yang diperoleh dari control room unit 2 milik PT. Indonesia Power UBP Kamojang. Penulisan ini difokuskan pada analisa kinerja kondensor dengan tipe direct contact spray jet yang berkaitan dengan pengaruh tekanan dan suhu yang nantinya akan mempengaruhi kinerja kondensor tersebut. ...... On a geothermal power plant (PLTP), the condenser is a equipment that serves to condensing the remaining steam coming out of the turbine. The resulting condensate is then cooled via cooling tower before going back into the condenser as cooling water. Vacuum pressure drop inside the condenser when condensation give an increasingly large enthalpy differences on the turbine. In case the condenser pressure increases then the energy is electricity generated will be reduced. Pressure and temperature become variables that affect the performance of the condenser. This two variable is highly variable and difficult to be controlled because it is influenced by the state of the environment. The temperature of the cooling water was strongly influenced by the temperature of the surrounding plants and the performance of the cooling tower. To know the influence of these variables on performance of the condenser, then it needs to be done analysis of the performance of the condenser. Analysis of the performance of the condenser is done by looking at the field data obtained from the control room of unit 2 belongs to PT Indonesia Power. UBP Kamojang. The writing is focused on the analysis of the performance of the condenser with direct contact type spray jet with regard to the influence of pressure and temperature which will affect the performance of the condenser.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65000
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okti Giffari, auhtor
Abstrak :
Menara pendingin atau Cooling Tower merupakan salah satu komponen penting pada suatu pembangkit. Pada PLTP, menara pendingin berguna untuk menurunkan suhu fluida cair hasil dari perubahan fase gas-cair pada proses vakum di kondensor. Sehingga fluida cair dapat mebuang kalor panasnya ke udara luar dan dapat dipakai lagi untuk proses vakum pada kondensor. peningkatan vakum kondensor membuat hasil output listrik pada turbin semakin optimal. Oleh karena itu proses pendinginan fluida pada Menara Pendingin sangat penting. Akan tetapi proses pendinginan pada menara pendingin sangat bergantung dengan kondisi lingkungan udara lokasi pembangkit. Pada skripsi ini penulis membuat analisis kinerja dari Menara Pendingin dengan jenis Crossflow inducted draft Cooling Tower dengan mengevaluasi hasil yang didapat dari data Control room dan data desain awal pembangkit. Dengan analisis kerja ini didapat bahwa temperatur wet bulb dari udara masuk cooling tower mempengaruhi nilai dari temperatur hasil pendinginan menara pendingin pada basin yang juga mempengaruhi kondisi tekanan vakum pada kondensor dan menyebabkan perubahan pada hasil beban generator. ...... Cooling tower is one of the important components of geothermal power plant. Cool-ing tower useful for lowering the temperature of liquid fluid result of the gas ?fluid changes phase in the proces of vacuum in condenser. So that the hot liquid fluid can transfer calorific heat to the outdoor air and the liquid result can be used again for the vacuum in the condenser. Condenser vacuum increase make the electrical out-put of the turbine further optimized. Therefore, the process of cooling fluid in the cooling tower is very important. But the cooling process in the cooling tower is very dependent on the environmental air plant site. In this thesis, the author makes the analysis of the performance of the Crossflow inducted draft Cooling Tower to eval-uate the results obtained from the data Control room and plant the initial design data. The result found that the wet bulb temperature of the inlet air cooling tower affect the value of the temperature of cooling results in the cooling tower basin that also affect the condition of vacuum pressure in the condenser and cause changes in the results of the load generator
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64901
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Victor Firman
Abstrak :
ABSTRAK
Energi Iistrik dewasa ini sudah merupakan kebutuhan primer bagi kehidupan manusia. Baik untuk kehidupan sehari-hari maupun indusin membutuhkan listrik sebagai sumber energi. Untuk mendapatkan energi listrik ini dibuatlah suatu sistem penggerak mula yang dapat mengubah energi potensial yang terdapat pada air menjadi energi Iistnk yang langsung dapat digunakan. Pada sistem tersebut air merupakan fiuida kerianya yang wujudnya diubah-ubah.

Sistem penggerak mula tersebut terdiri dari unit-unit pembangkit uap (boiler), pemanas Ianjut uap (super heater), turbin uap (steam turbine), generator and kondensor. Air pertama kali masuk dari bak penampung dipompakan ke dalam boiler untuk dipanaskan and berubah menjadi bentuk uap. Uap ini kemudian dialirkan ke dalam super heater and keluar sebagai uap super panas. Uap super panes ini kemudian masuk ke dalam turbin uap melalui nosel and menumbuk sudu-sudu turbin sehingga berputaran pada keoepatan tertentu. Sudu-sudu turbin yang berpegangan pada poros yang dikopel dengan generator menyebabkan generator bekerja mengubah energi putaran menjadi energi Iisirik. Kemudian uap bekas tadi dialirkan masuk ke dalam kondensor and dikondensasikan sehingga wujudnya kembaii menjadi cair and siap dioperasikan lagi.

Sistem penggerak mura yang diujikan merupakan miniatur dari sistem penggerak mula yang biasanya digunakan. Pengujian yang dilakukan merupakan pengukuran unjuk kerja unit-unit yang terdapat dalam sistem tersebut juga pengukuran keseluruhan sistem. Analisanya merupakan hasil perhitungan unjuk kerja and perbandingan unjuk kerja yang ditunjukkan pada putaran 3000 rpm and 3600 rpm, dimana putaran 3600 rpm mempakan putaran makslmum dari turbin.
2000
S37207
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius Glen Sudaryanto
Abstrak :
Kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap proses pengeringan, sehingga di Indonesia negara yang beriklim tropis dan memiliki kelembaban udara yang tinggi kinerja pengering semprot menjadi rendah. Penelitian ini membuat simulasi kommbinasi pengering semprot dengan pipa kalor dua kondensor seri dan pemanas listrik. Variabel dalam penelitian ini adalah temperature dan laju udara pengering pada dew point udara pengering 10 [ C], serta temperatur kondensor. Pada sebagian besar dari variasi tersebut, sistem pompa panas dengan dua kondensor yang dipasang seri memiliki Konsumsi Energi Spesifik yang tidak menguntungkan jika dibandingkan dengan penggunaan pemanas listrik saja. Namun bila dikombinasikan dengan pengering semprot dan pemanas listrik konsumsi energi spesifiknya dapat menurun karena udara yang dialirkan dari pompa kalor jauh lebih kering. Ada pun pada sistem pompa kalor dua kondensor kondisi dengan kinerja paling baik terdapat pada temperatur kondensor 60 [ C]. Simulasi pada drying chamber ruang pengeringan didapatkan kinerja laju penguapan paling baik pada dew point 10 [ C] dengan temperatur udara penguapan 60 [ C]. Diketahui juga karakteristik laju penguapan pada temperatur udara pengeringan dibawah 60 [ C], laju penguapan dalam ruang pengering drying chamber sangat dipengaruhi oleh perubahan titik embunya. Dari penelitian ini juga diketahui bahwa kinerja alat paling baik dicapai pada titik embun 10 [ C] dengan tekanan kondenser 23,1 atm. ......Humidity rate is certainly a key factor in drying process. Indonesia with its tropical climate have a very high humidity rate. Humidity rate adjustment on a drying process in tropical climate can greatly increase the efficiency of spray dryer. The CFD simulation with the variation of heater temperature 60 C, 80 C, 100 C, 120 C, air flow velocity 0.03 m3 s, 0.06 m3 s dan 0.09 m3 s, and specific air humidity of 10 C, 15 C, 20 C and 27 C with 0,2 gr s of steady drying material. From all the variation that have been simulated, some of the heat pumps coefficient of performance, shown disadavantages, though if the heat pump combine with the spray dryer the performance show great advantages. This investigation also shown the drying chamber performace reach it peaks at dew point 10 C. Properties of the evaporation flow also can be identified during the drying process inside drying chamber, which in low dry air temperature 60 C the dew point affect greatly to evaporation rate of the materials. The efficiency of the combination between spray dryer and dehumidifier system reached its peak at 10 C specific humidity rate with 23,1 atm condenser pressure.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S70298
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Josua Argha Prima
Abstrak :
Telah banyak penelitian dilakukan pada peralatan sistem pendinginan dengan tujuan mengurangi konsumsi energi, biaya perawatan dan biaya operasi. Chiller bebas minyak menggunakan kompresor dengan bantalan magnetik sebagai pengganti minyak pelumas dalam mengurangi kerugian dari gesekan. Kompresor dengan bantalan magnetik yang dibantu dengan pengatur kecepatan mampu bekerja lebih efisien dari kompresor pada umumnya. Dalam merancang sistem pendingin udara hemat energi, pemilihan sistem air dingin pada evaporator dan sistem air pada kondensor yang tepat adalah hal yang penting. Kondensor berfungsi untuk menolak panas dari chiller ke lingkungan, jumlah panas yang ditolak ke lingkungan bergantung pada lokasi menara pendingin, jenis pompa, sistem pemipaan, kualitas air dan sebagainya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sistem kondenser dan evaporator chiller di salah satu pusat perbelanjaan di Indonesia dan pengaruhnya pada kinerja chiller bebas minyak. Dari penghitungan diperoleh nilai NPSH available yang terhitung adalah -4.49 m yang lebih kecil nilai NPSH required adalah 5.6 m. Nilai NPSH yang kurang dapat menyebabkan kavitasi dan kerusakan pompa dan pipa. Selain itu, hal ini juga dapat menjadi penyebab menara pendingin di zona B bekerja dibawah spesifikasi 0.077 kW
Researchers have been conducting a lot of researches on cooling equipment in order to reduce their energy consumption, maintenance cost and operation cost. Oil-free chiller uses magnetic bearing compressor instead of lubricant to avoid friction loss from the bearing. In comparison of standard oil compressor, the motor with magnetic bearing with the help of Variable Speed Drive (VSD)  can run more efficiently at partial loads. In designing energy-efficient system air conditioning system it is important to not only choose a proper chilled water system but also condenser water system. The condenser rejects the heat from the chiller to the environment, the amount of heat rejected is depends on the style and location of the cooling tower, pump type, piping system, condenser water quality, etc. This research’s purpose is to analyse the current condenser system in one of shopping mall in Depok and how it effects the performance of the oil-free chiller. According to the calculation, NPSHa value is -4.49 m which is less than NPSHr. The lack in NPSHa value can cause cavitaton and damage to the pumps and pipes.  Moreover, this can be the reason why the cooling tower in Zone B run under the specification of 0.077 kW/Ton cooling tower.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marcellino Lorenzo
Abstrak :
Gasifikasi biomassa adalah proses konversi biomassa menjadi bahan bakar gas yang mempan bakar (CO, CH4, dan H2). Bahan baku untuk proses gasifikasi dapat berupa limbah biomassa, yaitu sekam padi, tempurung kelapa, potongan kayu, maupun limbah pertanian lainnya. Pada proses konversi secara termokimia, pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi akan dibakar. Dalam proses pembakaran biomassa sebagai bahan bakar, rantai hidrokarbon pada biomassa yang dipilih akan terurai. Produk yang dihasilkan dari proses gasifikasi adalah gas mempan bakar yang disebut syngas (gas sintesis). Gas mudah bakar (gas combustible) yang dapat dimanfaatkan hanyalah CO, H2, dan CH4. Selama proses gasifikasi akan terbentuk daerah proses yang dinamakan menurut distribusi suhu dalam reaktor gasifier. Daerah-daerah itu, yaitu: Drying, Pyrolysis, Reduksi, dan Combustion. Selama pirolisis, kelembaban menguap pertama kali (100°C), kemudian hemiselulosa terdekomposisi (200-260°C), lalu selulosa (240-340°C), dan diikuti oleh lignin (280-500°C). Produk cair hasil pirolisis yang menguap mengandung tar dan PAH (polyaromatic hydrocarbon). Produk pirolisis umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu gas ringan (H2, CO, CO2, H2O, dan CH4), tar, dan arang. Tar dapat didefinisikan sebagai campuran hidrokarbon terkondensasi. Konsentrasi tar dalam sistem harus dibatasi dan terdapat beberapa cara untuk pengurangan tar. Kondensasi tar dipilih menjadi salah satu cara termudah dan termurah untuk mengurangi sebagian besar kandungan tar pada syngas. Untuk ini dibutuhkan kondensor untuk mengkondensasi tar. Saat tar mencapai dew point maka tar akan berubah fase dari gas menjadi cair. Tar yang mencair akan terpisah dari aliran syngas. Terdapat kandungan tar pada syngas yang diizinkan untuk masuk kedalam motor bakar yaitu 0,01-0,1 g/Nm3. Pada penelitian Mobile Biomass Gasifier sebelumnya, digunakan kondensor berjenis shell and tube dan memiliki efisiensi 75%-85%. Purwarupa tahap 3 ini memilih kondensor berjenis double pipe heat exchanger untuk mengurangi ukuran dengan efisiensi yang lebih tinggi. ......Biomass gasification is the process of converting biomass into combustible gas fuels (CO, CH4, and H2). The raw materials for the gasification process can be in the form of biomass waste, namely rice husks, coconut shells, wood chips, and other agricultural wastes. In the thermochemical conversion process, the use of biomass as an energy source will be burned. In the process of burning biomass as fuel, the chain of termination of the selected biomass will be unraveled. The product resulting from the gasification process is a combustible gas called syngas (synthesis gas). Combustible gas that can be used only CO, H2, and CH4. During the gasification process a process will be formed which starts according to the temperature distribution in the gasifier reactor. These areas are: Drying, Pyrolysis, Reduction, and Combustion. During pyrolysis, evaporate decomposed first (100°C), then hemicellulose is decomposed (200-260°C), then cellulose (240-340°C), and followed by lignin (280-500°C). The liquid product resulting from the evaporation of pyrolysis contains tar and PAHs (polyaromatic hydrocarbons). Pyrolysis products generally consist of three types, namely light gases (H2, CO, CO2, H2O, and CH4), tar, and charcoal. Tar can be defined as a condensed mixture. The concentration of tar in the system must be limited and there are several ways to reduce tar. Tar condensation was chosen to be one of the easiest and cheapest ways to reduce most of the tar content in syngas. This requires a condenser to condense the tar. When the tar reaches the dew point, the tar will change phase from gas to liquid. The melted tar will separate from the syngas flow. There is a tar content in the syngas that is allowed to enter the combustion engine, which is 0.01-0.1 g/Nm3. In the previous Mobile Biomass Gasifier research, a shell and tube type condenser was used and has an efficiency of 75%-85%. This stage 3 prototype chose a double pipe heat exchanger condenser to reduce size with higher efficiency.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winna Evelina
Abstrak :
Generator induksi adalah mesin induksi dimana rotornya berputar lebih cepat dari medan magnet putar. Generator induksi mampu menghasilkan tegangan. Besar tegangan yang dihasilkan dipengaruhi oleh kecepatan putar dari generator. Generator induksi tetap dapat beroperasi meskipun kecepatannya berubah. Hal ini menyebabkan tegangan yang dihasilkan tidak konstan sehingga pengaturan tegangannya tidak bagus. Salah satu jenis generator induksi adalah generator induksi berpenguat sendiri (SEIG) yang menggunakan kapasitor untuk eksitasi. Untuk menstabilkan tegangan, dibutuhkan metode atau peralatan pengatur tegangan. Salah satunya adalah kondensor sinkron. Kondensor sinkron mampu mengatur daya reaktif dalam sistem dengan dihubungkan pada terminal generator. Skripsi ini menjelaskan tentang simulasi pengaturan tegangan pada SEIG dengan menggunakan kondensor sinkron. Simulasi ini dikerjakan pada perangkat lunak MATLAB. Parameter yang digunakan pada simulasi diambil dari mesin induksi di laboratorium. Sistem SEIG disimulasikan menggunakan kondensor sinkron untuk menambah daya reaktif pada sistem. Analisis dari seluruh simulasi dipaparkan pada bagian akhir skripsi untuk mengetahui karakteristik hasil pengaturan tegangan dengan kondensor sinkron. Berdasarkan hasil simulasi, kondensor sinkron mampu mengatur tegangan pada sistem. Hasil yang diperoleh, tegangan pada ketiga fasa seimbang dan tegangan yang dihasilkan oleh generator induksi stabil. Simulasi ini menunjukkan perbedaan tegangan yang dihasilkan antara menggunakan dengan tanpa menggunakan pengatur tegangan. Untuk memaksimalkan pengaturan tegangan dengan menggunakan kondensor sinkron, sangat penting mengetahui besar daya reaktif yang dibutuhkan dalam sistem. Hal ini diperlukan untuk menyeimbangkan daya reaktif yang dibutuhkan dalam sistem dengan daya reaktif yang dihasilkan oleh kondensor sinkron. Untuk mengatur daya reaktif yang dihasilkan oleh kondensor sinkron, besar eksitasi yang diberikan pada kondensor sinkron perlu diatur. Semakin besar jatuh tegangan dalam sistem berarti semakin besar daya reaktif yang dibutuhkan. ......An induction generator is an induction machine whose rotor rotates faster than its rotating magnetic field. An induction generator is capable of producing voltage which value is influenced by the rotating speed of the generator. An induction generator can still operate although its speed changes. This causes a non constant voltage regulation is not good. One types of an induction generator is a Self Excited Induction Generator (SEIG) which uses capacitors for excitation. To stabilize its voltage, methods or equipments of voltage regulation is needed, such as synchronous condenser. A synchronous condenser is able to control reactive power on the system by connecting it to generators terminal. This paper describes about voltage regulator simulation on SEIG by using synchronous condenser. The simulation is conducted using MATLAB software. Parameters for the simulation are taken from an induction machine in the energy conversion laboratory. The SEIG system is simulated using synchronous condenser to add reactive power to system. The analysis of simulation is explained on the last section of the paper. It is used to know the characteristic of voltage regulator with synchronous condenser. Based on simulation, the synchronous condenser is able to control the voltage on system. The result is the voltage on three-phase system is balance and voltage produced by the induction generator is stable. The simulation shows voltage difference produced with and without voltage regulation. To maximize voltage regulation with synchronous condenser, it is important to know the value of reactive power needed on system, balance the reactive power needed on the system and the reactive power produced by the synchronous condenser. To control reactive power produced by the synchronous condenser, excitation to the synchronous condenser need to be managed. The bigger the voltage drop on the system, the bigger reactive power needed.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40447
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>