Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lilis Hartono
Abstrak :
Koagulan dan flokulan merupakan bahan yang digunakan dalam pengolahan limbah cair industri. Penggunaan koagulan dan flokulan pada pengolahan limbah cair dikenal sebagai proses pengolahan limbah secara proses kimia. Proses koagulasi merupakan proses penambahan bahan koagulan yang akan mengikat bahan pencemar yang ada dalam air limbah sehingga mudah untuk dipisahkan yaitu dengan cara diapungkan atau diendapkan. Proses flokulasi merupakan proses penggabungan inti-inti endapan menjadi molekul besar ( flok ) dengan penambahan suatu flokulan yang dapat mempercepat terjadinya flok. Selain itu flokulan juga berfungsi untuk menghilangkan kekeruhan dalam air limbah. Pada penelitian ini didapatkan koagulan yang sesuai untuk pengolahan limbah industri pembersih rumah tangga yaitu dengan menggunakan Uji Jar untuk mendapatkan kondisi optimum dari koagulan yang di pakai berdasarkan variasi konsentrasi, lama pengadukan, kecepatan pengadukan, suhu, dan pH. Parameter-parameter analisis meliputi analisis pH, total padatan, padatan tersuspensi total, suhu, kekeruhan, daya hantar listrik (DHL), kebutuhan oksigen biologi (KOB/BOD), kebutuhan oksigen kimiawi (KOK/COD), nilai permanganat, surfakfan, dan analisis logam-logam diantaranya Pb, Cr, Cd, Mn, Cu, Fe, dan Zn. Koagulan yang sesuai untuk pengolahan limbah industri pembersih rumah tangga CV. Cahaya Terang Abadi adalah koagulan kationik poliakrilamida dengan nama Trimer 7785, kondisi optimum dari trimer 7785 adalah konsentrasi optimum 6,6 ppm, lama pengadukan 4 menit, kecepatan pengadukan 100 rpm, suhu ruang dan pH 10. Dengan pengolahan secara koagulasi dapat menurunkan nilai total padatan, padatan tersuspensi total, kekeruhan, KOB, KOK, KMnO4, logam-logam, dan surfaktan, sedangkan nilai pH dan DHL semakin tinggi, nilai suhu tetap.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Fitria Utami
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai penggunaan koagulan pendukung yang berasal dari pemulihan lumpur IPAM Legong. Pemulihan koagulan dilakukan dengan metode asidifikasi menggunakan asam sulfat hingga mencapai rentang pH 0,5 sampai 2,5. Efisiensi pemulihan aluminum dengan pH asidifikasi 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 berturut-turut adalah 46,7, 37, 28, 16, dan 12,7, sedangkan kinerja penurunan kekeruhan air baku oleh kelima koagulan berturut-turut adalah 92,36, 92,25, 92,20, 91,97, dan 91,82. Hal ini menunjukkan bahwa koagulan hasil pemulihan lumpur IPAM dapat digunakan sebagai koagulan pendukung dalam proses koagulasi-flokulasi-sedimentasi di IPAM. pH 2,5 dipilih sebagai pH optimum untuk asidifikasi karena kebutuhan asam sulfat untuk asidifikasi paling rendah namun kinerja penurunan kekeruhannya mencapai 91,82. Koagulasi dengan campuran koagulan PAC murni 10 ppm dan koagulan pemulihan 30 ppm mampu menurunkan kekeruhan air baku sebesar 95,74. Penggunaan skenario kaogulasi tersebut mampu mengurangi 50 penggunaan PAC murni sehingga IPAM Legong dapat menghemat biaya sebesar 581,4 juta rupiah per tahun.
This study discusses the use of a support coagulant that is produced from water treatment plant WTP sludge recovery. Recovery of coagulant uses acidification method with sulphuric acid until sludge pH drops under 2,5. Variation of pH, that is used as independent variable, are 2.5, 2.0, 1.5, 1.0, and 0.5. Aluminum recovery percentage of those variation pH are 46,7, 37, 28, 16, and 12,7 respectively. Meanwhile the efficiency of turbidity removal are 92,36, 92,25, 92,20, 91,97, and 91,82 respectively. This result shows that that the WTP sludge recovery coagulant can be used as a supporting coagulant in the coagulation flocculation sedimentation process in WTP. pH 2.5 is chosen as the optimum pH for acidification because the sulfuric acid requirement for acidification was lowest but its turbidity removal performance reached 91.82. Coagulation with a mixture of 10 ppm pure PAC and 30 ppm recovery coagulant can reduce 95,74 of raw water turbidity. The use of this scenario can reduce 50 of the use of pure PAC so that WTP can save costs of 581.4 million rupiah per year.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danar Permana
Abstrak :
Penelitian ini memanfaatkan kemampuan zeolit alam Lampung sebagai bonding agent (bahan pengikat) melalui proses flotasi untuk mengangkat limbah amonia ke permukaan. Pada penelitian ini ditambahkan beberapa bahan-bahan kimia berupa koagulan Polyaluminium chloride (PAC) dan surfaktan Sodium Lauril Sulfat (SLS) . Penelitian ini dilakukan dengan variasi pH 6, 10 dan 11, dosis PAC (0 g/L dan 0,13 g/L), dosis SLS (0,2 g/L, 0,4 g/L, 0,6 g/L, dan 0,8 g/L). Berdasarkan hasil penelitian, persentase pemisahan amonia tertinggi adalah 95,33 % pada kondisi pH 6, dosis SLS 0,8 g/L dan dosis PAC 0,13 g/L. Pengaruh penambahan SLS terbukti dapat meningkatkan persentase pemisahan yang dihasilkan.
This research uses Zeolit Alam Lampung as a bonding agent through flotation process to lift ammonia to the surface. Surfactant Sodium Lauril Sulfat (SLS) and coagulant Polyaluminium chloride (PAC) was added to this process. Flotation process was variated in pH (6, 10 and 11), PAC (0 g/L; 0,13 g/L) and SLS (0,2 g/L; 0,4 g/L; 0,6 g/L, and 0,8 g/L). Based on this research, the highest ammonia separation presentation is 95,33%. This result was reached in pH 6 when SLS concentration 0,8 g/L and PAC concentration 0,13 g/L. The effect of addition SLS has made the ammonia separation presentation increased.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52227
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Jati Windriyo
Abstrak :
Air limbah adalah hambatan lingkungan utama untuk pertumbuhan industri tekstil selain masalah kecil lainnya seperti limbah padat dan pengelolaan limbah sumber daya. Industri tekstil menggunakan banyak jenis pewarna sintetis dan mengeluarkan banyak air limbah yang sangat berwarna karena penyerapan pewarna oleh kain sangat buruk. Air limbah batik yang sangat berwarna ini sangat mempengaruhi fungsi fotosintesis pada tanaman. Ini juga berdampak pada kehidupan akuatik karena penetrasi cahaya yang rendah dan konsumsi oksigen. Ini juga bisa mematikan bagi bentuk kehidupan laut tertentu karena terjadinya komponen logam dan klorin hadir dalam pewarna sintetis. Oleh karena itu, air limbah tekstil ini harus diolah sebelum dibuang. Dalam penelitian ini, pengolahan simultan dari Koagulasi-Flokulasi dan Ozon (O3) dipilih untuk mengolah air limbah tekstil dan ozon diharapkan dapat mengurangi dosis koagulan. Oleh karena itu, penambahan bahan kimia dapat sangat dikurangi dalam proses tersebut. Variasi dalam penelitian ini diperlukan untuk mendapatkan kondisi operasi perawatan yang optimal dan dapat dicapai melalui Jar Test dan reaktor skala lab kami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, HOC mencapai hasil degradasi dan reduksi lumpur yang lebih baik dibandingkan dengan proses pengolahan tunggal, yaitu koagulasi-flokulasi dan ozonasi. Untuk dicatat, efektivitas HOC hanya berhasil dalam dosis rendah dosis koagulan, seperti 100 dan 200 ppm. Di atas angka itu, dosis koagulan tidak memerlukan bantuan ozon, karena pada 300 ppm koagulasi mendominasi proses pengolahan. ......Wastewater is a major environmental impediment for the growth of the textile industry besides the other minor issues like solid waste and resource waste management. Batik industry uses many kinds of synthetic dyes and discharge large amounts of highly colored wastewater as the uptake of these dyes by fabrics is very poor. This highly colored textile wastewater severely affects photosynthetic function in plant. It also has an impact on aquatic life due to low light penetration and oxygen consumption. It may also be lethal to certain forms of marine life due to the occurrence of component metals and chlorine present in the synthetic dyes. Therefore, this textile wastewater must be treated before their discharge. In this research, Hybrid Ozonation-Coagulation (HOC) was chosen to treat the textile wastewater and ozone is expected to reduce the dosage of coagulant. Therefore, the addition of chemical can be greatly reduced in the process. Variation in this research is required to obtain the optimum operating condition of treatment and can be achieved through Jar Test and our lab scale reactors. The results showed that, HOC achieved the better results of degradation and sludge reduction comparing to single treatment process, namely coagulation-flocculation and ozonation. To be noted, effectiveness of HOC only works out in the low dosage of coagulant dose, such as 100 and 200 ppm. Above that number, the coagulant dose does not need the help of ozone, due to the fact that at 300 ppm coagulation dominating the treatment process.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liana Salami
Abstrak :
Udang merupakan komoditas yang penting bagi hasil perikanan Indonesia, sehingga menyebabkan meningkatnya industri pengolahan udang yang dapat menghasilkan produk samping berupa limbah kulit dan kepala udang. Kulit udang mempunyai tiga komponen utama, yaitu khitin, mineral dan protein. Khitin yang terdapat dalam kulit udang dapat diperoleh dengan proses isolasi dengan cara deproteinasi dan demineralisasi. Turunan khitin yaitu khitosan yang dapat diperoleh melalui proses deasetilasi khitin. Industri tekstil merupakan salah satu industri yang berkembang dewasa ini. Hal ini menyebabkan banyaknya limbah cair yang dihasilkan selama prosesnya. Limbah ini mempunyai sifat asam atau alkali , berwarna, keruh dan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik yang cukup tinggi . Sehingga perlu ditangani terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan. Khitin yang terbentuk dengan metode yang sudah dimodifikasi menghasilkan khitin dengan kadar air =1,23% , kadar mineral = 0,22%. Kadar protein 3,18% , derajat deasetilasi = 44,15% dan rendemen 28.69%. Sedang khitosan yang terbentuk menghasilkan kadar air = 0,69%, kadar mineral = 0,55%, kadar protein = 2,28%, derajat deasetilasi = 75,40% dan rendemen = 18,78%. Proses koagulasi optimum dengan koagulan khitosan dilakukan dengan konsentrasi khitosan 50 ppm pada pH 8 dan lama pengadukan 15 menit, yang dapat menurunkan nilai BOD = 76,955%; COD = 83,169%; padatan tersuspensi = 53,556% dan kekeruhan 83,085%, sedang proses koagulasi dengan FeS04 400 ppm dapat menurunkan nilai BOD = 90,849% ; COD = 83, 333% ; padatan tarsuspensi = 56,560% dan kekeruhan = 97,408%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiddyana Rizqi Kusumahayu
Abstrak :
ABSTRAK
Bertambahnya jumlah penduduk di Kota Depok menambah pula kebutuhan ruang untuk tempat tinggal. Townhouse merupakan bentuk hunian baru bagi masyarakat kota Depok. Adanya pembangunan hunian baru biasanya mendorong juga perubahan pemanfaatan tanah dan bangunan di sekitarnya. Hal ini juga terjadi di sekitar Townhouse di Depok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan fungsi bangunan di sekitar Townhouse di Kota Depok berdasarkan perubahan jumlah penduduk, jarak dari pusat kota, dan jarak dari jaringan jalan. Data sekunder yang didapat dari berbagai instansi serta data primer yang didapatkan melalui pengamatan, pengukuran dan wawancara dengan tokoh setempat, selanjutnya dianalisis dengan melakukan overlay peta. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perubahan fungsi bangunan yang terjadi disekitar Townhouse dapat diklasifikasikan rendah, serta mengalami pola linier di sepanjang jalan utama. Overlay antar peta dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara perubahan fungsi bangunan dengan perubahan jumlah penduduk, jaringan jalan serta jarak terhadap pusat kota. Perubahan fungsi bangunan terjadi bukan karena variabel jumlah penduduk, jarak terhadap pusat kota, jarak dari jaringan jalan, namun dipengaruhi oleh jarak terhadap pusat pertumbuhan lain, seperti Universitas Indonesia. Jenis kegiatan ekonomi baru yang dilakukanpun adalah kegiatan yang tidak untuk mendukung kebutuhan penghuni Townhouse melainkan untuk mendukung kegiatan pusat pertumbuhan lain.
ABSTRAK
The increase of population in the city of Depok add to the need for residential space. Townhouse is a form of new housing for the city of Depok. The construction of new homes also typically encourage land use changes and the surrounding buildings. It is also going around Townhouse in Depok. The purpose of this study was to knowing a changes in the function of the building around Townhouse in Depok based on changes in population size, distance from the city center, and the distance of the road network. Secondary data were obtained from various agencies as well as primary data obtained through observations, measurements and interviews with local leaders, then analyzed by overlaying a map. The results obtained showed that, changes in the function of the building going on around Townhouse be classified low, and experiencing the linear pattern along the main road. Overlay between the map can be seen that there is no relationship between changes in the function of the building with the changes in population size, the road network as well as the distance to the city center. Building function changes occur not because a variable, but influenced by the distance to other growth centers, like the University of Indonesia. Kind of new economic activities that do are activities that do not support the needs of residents Townhouse but to support the activities of other growth centers.
2016
S65027
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Juliana
Abstrak :
Sebagian besar PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) di Indonesia membuang lumpur hasil produksi langsung ke badan air. Pembuangan lumpur langsung ke badan air dapat menyebabkan kontaminasi biota air akibat zat kimia yang terkandung dalam lumpur. Selain itu, hal tersebut dapat memperburuk kualitas air baku PDAM yang menyebabkan masalah lain bagi PDAM, diantaranya adalah fluktuasi kekeruhan dan tingginya kandungan senyawa organik pada air baku. Guan, Chen, & Shang (2005) menyatakan bahwa lumpur IPAM yang dapat digunakan sebagai koagulan dan memberikan peningkatan penyisihan SS dan COD. Pemanfaatan kembali lumpur IPAM sebagai koagulan pendukung menjadi salah satu solusi aplikatif bagi PDAM yang belum memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur. Metode yang digunakan adalah jartest menggunakan koagulan alum (Al2(SO4)3) dengan matriks air baku Sungai Ciliwung dan air sintetis metilen biru. Pada matriks air baku terdapat 4 variasi, yaitu efek konsentrasi koagulan alum, konsentrasi lumpur alum, kombinasi koagulan alum dan lumpur alum, serta konsentrasi kekeruhan inisial. Setelah seluruh variasi dilakukan dilanjutkan identifikasi variabel bebas yang signifikan dengan desain full faktorial. Sedangkan pada matriks air sintetis biru metilen dilakukan efek konsentrasi koagulan alum, konsentrasi lumpur alum, dan konsentrasi lumpur alum kering. Hasil karakterisasi lumpur IPAM dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah No 82/2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran, hasilnya nilai TSS, BOD, COD, Fe, dan Total koliform melebihi baku mutu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lumpur IPAM Citayam harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air. Kombinasi antara koagulan alum dan lumpur alum dapat menyisihkan kekeruhan sampai 94%, dengan nilai kekeruhan akhir 6,98 NTU. Nilai tersebut melebihi kriteria effluen sedimentasi di IPA Citayam, yaitu 2,52 NTU. Pada matriks air sintetis metilen biru, lumpur IPAM dapat menyisihkan COD sebesar 94% dengan konsentrasi lumpur alum 2%. ......Most of Drinking Water Treatment Plant (DWTP) in Indonesia discharge their sludge directly to water body without any treatment. Chemicals that contained in sludge can affect aquatic life. It worsen raw water quality which causes other problems, including turbidity fluctuations and high content of organic compounds in raw water. It has been found that both SS and COD removal efficiencies could be improved by addition of alum sludge (Guan, Chen, & Shang, 2005). Reuse of alum sludge as a coagulant aid can be one of a solution for sludge treatment and disposal. Jar test were performed with alumunium sulphate as a coagulant (Al2(SO4)3) with Ciliwung River raw water and methylene blue synthetic water. There are 4 variations for the raw water, the effect of alum coagulant concentration, alum sludge concentration, combination alum coagulant and alum sludge, and  initial turbidity concentration. After all variations are carried out, the identification of significant independent variables is followed by a full factorial design. Whereas in the methylene blue synthetic water, only the effects of alum coagulant concentration, alum sludge concentration, and dry alum sludge concentration were carried out. The results of the characterization of IPAM sludge were compared with Government Regulation (PP No.82/2001). TSS, BOD, COD, Fe, and Total Coliform in alum sludge exceeded the quality standards. Thus, it can be concluded that the Citayam DWTP sludge must be processed first before being discharged into the water body. The combination of alum coagulant and alum sludge can remove turbidity to 94%, with turbidity value of 6.98 NTU. This value exceeds the sedimentation effluent criteria at Citayam DWTP, which is 2.52 NTU. In methylene blue synthetic water, alum sludge can remove COD by 94% with 2% alum sludge concentration.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danastri Parimitha Ruziqna
Abstrak :
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Citayam, Depok menghasilkan lumpur residu yang dibuang langsung ke badan air. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 122 Tahun 2015, sistem penyedia air minum harus dilengkapi dengan sarana pengolahan lumpur. Penelitian ini membahas mengenai penggunaan koagulan pemulihan yang didapatkan dari pemulihan aluminium pada lumpur IPAM Citayam. Pemulihan aluminium dilakukan dengan metode asidifikasi, dengan memvariasikan kecepatan pengadukan asidifikasi dari 240 hingga 720 rpm. Kemudian dilakukan uji jar test untuk mengetahui kinerja koagulan yang didapatkan dari percobaan asidifikasi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan variasi kecepatan pengadukan asidifikasi yang optimal untuk proses pemulihan koagulan adalah 540 rpm. Berdasarkan variasi koagulan pemulihan tersebut, didapatkan dosis optimal sebesar 25 ppm, dengan kemampuan mereduksi kekeruhan 93,38%; total koliform 76,73%; dan angka permanganat 42,49%. Kinerja koagulan pemulihan tersebut sebanding dengan koagulan alum sulfat murni pada dosis 20 ppm, dimana penurunan kekeruhan sebesar 93,26%; total koliform 76,30%; dan angka permanganat 44,88%. Pemanfaatan koagulan pemulihan ini dapat mengurangi penggunaan koagulan alum sulfat murni hingga 30,94%.
Citayam Water Treatment Plant (WTP), Depok produces residual sludge that is discharged directly into the river. Based on Government Regulation Number 122 of 2015, residuals from water treatment system must be treated before discharged. This study is conducted to review the use of recovered coagulants from aluminum recovery that is recovered from Citayam WTP sludge. Coagulant recovery was done by acidification method, with variation of acidification stirring speed from 240 to 720 rpm. The experiment was followed by jar test to determine the performance of recovered coagulant. The results showed that the optimum acidification mixing speed for coagulant recovery was 540 rpm. Based on the variation of the recovery coagulant experiment, the optimum dose was obtained at 25 ppm, with the ability to reduce turbidity up to 93.38%; total coliform 76.73%; and permanganate 42.49%. This recovered coagulant performance is equivalent to commercial alum coagulant at 20 ppm dose, where turbidity reduction is 93.26%; total coliform 76.30%; and permanganate 44.88%. By applying coagulant recovery, the use of commercial alum can be reduced up to 30.94%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrahman
Abstrak :
Kebutuhan air bersih di perkotaan akan meningkat seiring tahun karena pertumbuhan penduduk. Dengan kebutuhan air yang meningkat seiring tahun, PERUMDA Tirta Patriot sebagai perusahaan daerah yang melayani kebutuhan air bersih Kota Bekasi akan selalu berusaha untuk meningkatkan produksi air bersihnya. Dalam proses penjernihan air, koagulasi merupakan tahap awal yang krusial bagi keberhasilan proses-proses selanjutnya. Namun, proses koagulasi di IPA Teluk Buyung yang dimiliki PERUMDA Tirta Patriot belum maksimal karena pembubuhan dosis koagulan yang dibubuhkan tidak tepat (bukan dosis optimum) karena jarangnya dilakukan jar test. Hal ini menyebabkan dosis yang dibubuhkan tidak berubah padahal kualitas air baku yang masuk ke IPA sangat berfluktuatif. Hal ini juga yang membuat penyisihan kekeruhan di unit koagulasi tidak maksimal. Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan pembuatan model efisiensi penyisihan kekeruhan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi (pH, kekeruhan, dosis jenis koagulan optimum). Untuk menentukan jenis koagulan yang optimum, dilakukan jar test dan pengambilan keputusan weighted sum method (WSM) pada koagulan alum, PAC, dan FeCl3 sehingga diperoleh PAC sebagai koagulan optimum dengan skor 5,6. PAC unggul karena memiliki efisiensi penyisihan kekeruhan hingga 99,81% dengan dosis 40 mg/L, memiliki penurunan pH yang paling kecil diantara ketiga koagulan, dan harga per liter air yang murah (Rp0,72/liter air). Berdasarkan hasil permodelan menggunakan RSM (Response Surface Methodology) dengan BBD (Box Behnken Design) diperoleh model penyisihan kekeruhan pada koagulan PAC dengan variabel bebas dosis, pH, dan kekeruhan dengan R2ajd =0,9965, R2preddiction = 0,9833, dan lack of fit test dengan signifikansi 0,2823 pada model kuadratik. ......The need for clean water in urban areas will increase over the years due to population growth. With the need for water increasing over the years, PERUMDA Tirta Patriot as a regional company that serves the clean water needs of Bekasi City will always strive to increase its clean water production. In the water purification process, coagulation is a crucial initial stage for the success of subsequent processes. However, the coagulation process at the Teluk Buyung IPA owned by PERUMDA Tirta Patriot has not been maximized because the coagulant dosage applied is not correct (not the optimum dosage) due to the infrequency of jar tests. This causes the dosage to remain unchanged even though the quality of raw water entering the IPA fluctuates greatly. This also makes the removal of turbidity in the coagulation unit not optimal. To overcome this, it is necessary to model the efficiency of turbidity removal against factors that affect the coagulation process (pH, turbidity, optimum coagulant type dosage). To determine the optimum type of coagulant, jar tests and weighted sum method (WSM) decision making were carried out on alum, PAC, and FeCl3 coagulants so that PAC was obtained as the optimum coagulant with a score of 5.6. PAC is superior because it has a turbidity removal efficiency of up to 99.81% with a dose of 40 mg/L, has the smallest decrease in pH among the three coagulants, and has price per liter of water is cheap (Rp0.72/liter of water) . Based on modeling using RSM (Response Surface Methodology) with BBD (Box Behnken Design), a turbidity removal model was obtained for PAC coagulant with independent variables of dose, pH, and turbidity with R2ajd = 0.9965, R2preddiction = 0.9833, and lack of fit test with a significance of 0.2823 in the quadratic model.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Ardie Nugroho
Abstrak :
Uji koagulasi air limbah batubara dilakukan dengan metode jar test. Percobaan dilakukan dengan membandingkan kinerja koagulan pada variasi pH dan dosis. Koagulan yang dipakai adalah FeCl3, Al2(SO4)3, PAC, dan Nalco 8100. Penentuan kondisi optimal dilakukan dengan variasi derajat keasaman pada pH 5, 6, 7, dan 8 dengan memvariasikan dosis pada tiap pH. Parameter yang diuji adalah turbiditas, pH, TSS dan kandungan logam. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa koagulan yang paling efektif dalam menurunkan kandungan kontaminan adalah Nalco 8100. Kondisi optimal dicapai pada pH 8 dan dosis 1 ppm. ......Coagulation Test for coal wastewater was conducted with jar test methode. This research was performed by comparing coagulant activity with pH and dosage variation. Coagulant used in this research are FeCl3, Al2(SO4)3, PAC, dan Nalco 8100. Optimum condition was identified by varying acidity on pH of 5, 6, 7, and 8 with dosage variation on each pH. The parameter tested are turbidity, pH, TSS, and disolved metal. Laboratory test result showed that the most effective coagulant to reduce contaminant substances is Nalco 8100. Optimum condition was reached at pH of 8 and 1 ppm.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51834
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>