Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jones, Katherine R. Indoe
New York: Medical examination , 1982
616.61 JON n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Basyrah
Abstrak :
Aku belum tahu, apa rahasia Tuhan di balik semua perjalanan sakitku selama empat tahun terakhir. Apa rahasia dari darah yang menetes setiap kali jarum ditusukkan atau dicabut, darah yang diambil setiap minggu untuk tes laboratorium. Ataupun malam-malam tak bisa tidur karena sesak dan gatal-gatal, serta demikian banyak uang dihabiskan. Hanya Tuhan yang tahu seperti apa akhirnya nanti.
Bandung: Qanita, 2014
616.61 NAS e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Schrier, Robert W.
Abstrak :
This completely updated edition, is a practical quick-reference guide to the diagnosis and treatment of renal disorders. The book covers all common renal problems in a user-friendly outline format designed for rapid information retrieval. Coverage includes acute and chronic kidney diseases, fluid and electrolyte disorders, acid-base disturbances, urinary tract infections, kidney stones, and hypertension. It includes up-to-date guidelines on use of newer radiologic techniques, a new chapter on glomerulonephritis and vasculitis, and expanded coverage of dialysis and transplantation. A chapter on drug dosing in patients with renal impairment provides specific recommendations for 500 drugs.
Philadelphia: Wolters Kluwer, 2015
616.61 SCH m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Soetardhio
Abstrak :
ABSTRAK
Perdarahan merupakan salah satu penyulit dan penyebab kematian yang sering dijumpai pada penderita gagal ginjal akut maupun kronik. Angka kematian yang disebabkan karena perdarahan pada penderita gagal ginjal sekitar 10 %.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis gangguan hemostasis pada penderita gagal ginjal terminal sehingga usaha untuk mengatasinya lebih terarah. Selain itu juga untuk mengetahui pengaruh hemodialisis terhadap gangguan hemostasis tersebut.

Penelitian dilakukan terhadap 30 penderita gagal ginjal terminal yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam Subdivisi Ginjal dan Hipertensi FKUI-RSCM Jakarta, yang terdiri dari 21 pria dan 9 wanita, berusia antara 33 sampai 62 tahun. Kelompok kontrol terdiri atas 30 orang sehat yang tidak termasuk kriteria tolakan.

Pemeriksaan yang dilakukan pada penelitian ini ialah masa perdarahan, hitung trombosit, masa protrombin plasma, masa tromboplastin parsial teraktivasi, masa trombin, EDP, PF3 dan agregasi trombosit terhadap ADP 10uH, 5uM dan luM. Pengambilan bahan penelitian untuk penderita ialah sesaat sebelum dilakukan hemodialisis dan segera sesudah hemodialisis, untuk kontrol, pengambilan bahan penelitian segera setelah memenuhi kriteria.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan yang bermakna antara kelompok GGX sebelum HD dengan kelompok kontrol dijumpai pada masa perdarahan, hitung trombosit faktor trombosit 3, MT dan FDP, sedangkan MP, MTPT dan agregasi trombosit tidak berbeda bermakna. Karena rata-rata hitung trombosit pada kelompok GGK masih dalam batas normal, maka disimpulkan penyebab masa perdarahan yang memanjang adalah gangguan fungsi trombosit yaitu aktivitas faktor trombosit 3, MT yang memanjang mungkin disebabkan fungsi atau kadar fibrinogen yang menurun atau mungkin karena adanya inhibitor.

Dari penelitian ini ternyata efek HD tidak terlihat pada masa perdarahan maupun hitung trombosit, sedangkan terhadap tes koagulasi dan faktor trombosit 3 efek HD adalah memperburuk, mungkin ini karena efek heparin.

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai gangguan hemostasis pada gagal ginjal terminal, untuk mengetahui penyebab MT memanjang, perlu diperiksa fibrinogen baik kadar, fungsi maupun adanya inhibitor. FDP dilanjutkan dengan D. diner. Faktor von Willebrand dan adhesi trombosit untuk mengetahui fungsi trombosit.

Efek heparin sebaiknya dinetralkan dengan menambah protamin sebelum pengambilan sample sesudah HD.

1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Mirza Hardiansyah
Abstrak :
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Jakarta Selatan. Kegiatan PKPA ini bertujuan agar mahasiswa profesi apoteker dapat melihat langsung kegiatan kefarmasian yang berlangsung dalam suatu rumah sakit, memperoleh pengetahuan dan wawasan tentang segala aspek yang terkait di rumah sakit terutama dalam hal manajerial dan pelayanan farmasi klinis di RSUP Fatmawati, serta memiliki pemahaman yang mendalam mengenao peran dan tugas pokok seorang apoteker di rumah sakit. Tugas khusus yang diberikan berjudul Pemantauan Terapi Obat pada Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) dan Diabetes Mellitus di Ruang Rawat Inap Lantai 5 Gedung Teratai RSUP Fatmawati. Tugas khusus ini bertujuan untuk lebih memahami tentang tujuan dan parameter terapi pasien Chronic Kidney Disease (CKD) dan Diabetes Mellitus. ...... Pharmacist Internship Program (PKPA) held at General Hospital Center (RSUP) Fatmawati South Jakarta. The PKPA Activity is intended that the student pharmacist can see directly the activities of pharmacy that takes place in a hospital, gain knowledge and insight on all aspects related in hospitals, especially in terms of managerial and service of clinical pharmacy at Fatmawati, and has a deep understanding of the the role and duties of a pharmacist in a hospital. Special assignment given titled Monitoring Drug Therapy in Patients with Chronic Kidney Disease (CKD) and Diabetes Mellitus in patient wards, 5th Floor Lotus Fatmawati Hospital. The special task aims to better understand the purpose and parameters of patient therapy Chronic Kidney Disease (CKD) and Diabetes Mellitus.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sihaloho, Harnold Parulian
Abstrak :
Latar Belakang Terganggunya fungsi ereksi merupakan hal yang sering dijumpai pada penderita penyakit ginjal kronik, di mana prevalensi DE meningkat sesuai dengan pertambahan umur. Belum didapatkan data prevalensi DE pada penderita penyakit ginjal kronik dengan dan tanpa hemodialisis. Tujuan Penelitian Mengetahui prevalensi DE pada penderita penyakit ginjal kronik dengan dan tanpa hemodialisis di RSHS Bandung, yang dinilai dengan IIEF-5. Metode Penelitian Dilakukan penelitian secara prospektif di instalasi rawat jalan subbagian Urologi/Nefrologi RSHS, pada penderita penyakit ginjal kronik yang dinilai dengan AEF-5.Data yang didapatkan, dikelompokkan berdasarkan umur, derajat DE, dengan HD, dan tanpa HD. Hasil Penelitian Distribusi umur penderita penyakit ginjal kronik dengan dan tanpa hemodialisis, terbanyak pada umur 50-59 tahun (34,33% dan 35,29%).Pada penderita penyakit ginjal kronik dengan dan tanpa hemodialisis, derajat DE berat adalah terbanyak (29,85% clan 45,09%). Didapatkan 11,94% dan 7,84% penderita penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis dan tanpa hemodialisis yang tidak mengalami DE.Prevalensi DE pada penderita penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis dan tanpa hemodialisis adalah 88,06% dan 92,16% dengan rentang umur terbanyak masing-masing sama yaitu 50-59 tahun. Kesimpulan Prevalensi DE pada penderita penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis 88,06%, sedangkan yang tanpa hemodialisis 92,16%.
Background Erectile dysfunction is commonly found in patient with chronic kidney disease, which the prevalence increased with aging. There is no data prevalence erectile dysfunction in chronic kidney disease patient with or without haemodialysis. Objective To investigate prevalence of erectile dysfunction in patient with chronic kidney disease with and without dialysis in Hasan Sadikin Hospital Bandung, which evaluated by IIEF-5. Method The prospective study is conducted at outpatient Department of Urology and Nephrology Hasan Sadikin Hospital, in patient with chronic kidney disease with and without dialysis which is evaluated by IIEF-5.The data is classified based on age, severity of erectile dysfunction, with and without haemodialysis. Results Distribution of patient with chronic kidney disease with or without haemodialysis mostly at 50-59 years old (34,33% and 35,29%).Severe erectile dysfunction is mostly found in chronic kidney disease with or without haemodialysis (29,85% and 45,09%).There are 11,94% and 7,84% chronic kidney disease patient with or without haemodialysis have no erectile dysfunction. The prevalence of erectile dysfunction in chronic kidney disease patient with or without haemodialysis is 88,06% and 92,16%, both is commonly found at the same age (50-59 years old). Conclusions The prevalence of erectile dysfunction in chronic kidney disease patient with haemodialysis is 88.06% and without haemodialysis 92,16%.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21261
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Rosdiana
Abstrak :
Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering terjadi pada pasien hemodialisis. Prevalensinya lebih tinggi daripada di populasi umum. Berbagai faktor yang diduga memiliki hubungan signifikan dengan terjadinya insomnia pada pasien hemodialisis, diantaranya adalah demografi, gaya hidup, psikologis, biologis dan faktor dialysis. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi dan menjelaskan faktor yang berhubungan dengan kejadian insomnia pada pasien yang menjalani hemodialisis. Penelitian ini menggunakan rancangan studi potong lintang, dengan jumlah sampel sebanyak 106 responden yang berasal dari RSUD Kota Tasikmalaya dan Garut. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa insomnia dialami oleh 58 (54,7%) responden, dengan rata-rata usia 47,66±13,36 tahun. Tidak ditemukan hubungan antara insomnia dengan faktor demografi, gaya hidup, faktor biologis, shift HD dan Kt/V hemodialisis. Insomnia memiliki hubungan dengan faktor psikologis (kecemasan) dengan p value 0,007; OR: 3,3, dan lama waktu menjalani hemodialisis (≥ 11 bulan) dengan p value 0,040; OR: 2,48. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kecemasan dan lama waktu menjalani hemodialisis merupakan faktor independen yang berhubungan dengan kejadian insomnia. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih besar dan mengembangkan variabel-variabel yang akan diteliti. ......Insomnia is a sleep disorder that frequently occurs in hemodialysis patients. The prevalence was higher than in the general population. Several factors were thought having significant relationship with the occurrence of insomnia in hemodialysis patients, which were demographic, lifestyle, psychological, biological and dialysis factors. The purpose of this study was to identify and to explain factors associated with insomnia in Chronic Kidney Diseases patients undergoing hemodialysis. This study used cross-sectional study design, with a total sample of 106 respondents who visited hemodialysis unit at Tasikmalaya and Garut City Hosptal, selected by purposive sampling. The result showed that 58 respondent (54.7%) experienced insomnia, with an average age of 47.66 ± 13.36 years. There were no significant relationships between insomnia with demographic, lifestyle, biological factors, shift HD and Kt/V hemodialysis. Insomnia had significant relationships with psychological factors (anxiety) (p value 0.007, OR: 3.3), and the length of time undergoing hemodialysis (≥ 11 months) (p value 0.040, OR: 2.48). This study concluded that anxiety and duration hemodialysis became independent factors associated with the occurrence of insomnia. Recommendation of this study is to employ larger sample size and to develop more variables in a further study.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Melati Raisa Noor
Abstrak :
Fibrosis merupakan ciri khas dari chronic kidney diseases (CKD) dan model unilateral uereteral obstruction (UUO) mampu merekapitulasi semua fitur penting dari respon fibrogenik. Durasi induksi selama 2 minggu merupakan durasi induksi yang banyak digunakan dalam berbagai penelitian dengan model hewan UUO. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat keparahan cedera ginjal seiring dengan perpanjangan durasi induksi dan untuk mengetahui efisiensi durasi induksi 2 minggu, ditinjau dari parameter uji. Parameter uji dalam penelitian ini adalah kadar serum kreatinin sebagai parameter fungsional ginjal, serta fraksi area fibrosis interstisial, skor fibrosis perivaskuler, dan ketebalan dinding arteri sebagai parameter struktural ginjal. Digunakan 18 ekor tikus jantan galur Sprague-Dawley yang dibagi ke dalam 6 kelompok penelitian (n = 3); terdiri atas 3 kelompok induksi UUO dan 3 kelompok kontrol yang dioperasi palsu (sham), yang digunakan untuk pengujian efek durasi induksi 1 minggu, 2 minggu, dan 3 minggu. Model UUO dibuat dengan melakukan pengikatan pada posisi proksimal dan distal ureter kiri lalu melakukan pemotongan di antara kedua situs pengikatan tersebut. Pengorbanan terhadap tikus kelompok UUO dan Sham dilakukan pada hari ke-7, hari ke-14, atau hari ke-21 setelah operasi, untuk selanjutnya dilakukan isolasi organ dan sampel darah yang dibutuhkan untuk analisis parameter uji. Tingkat keparahan cedera ginjal meningkat seiring dengan perpanjangan durasi induksi, dengan tingkat cedera ginjal ditemukan paling tinggi pada kelompok yang diinduksi selama 3 minggu. Induksi 2 minggu efisien apabila ditinjau dari parameter fibrosis perivaskuler dan kadar serum kreatinin. ......Fibrosis is a characteristic of chronic kidney disease (CKD) and the unilateral ureteral obstruction (UUO) model is able to recapitulate all the important features of a fibrogenic response. Two weeks induction is widely used in various studies using UUO as an animal model. This study aims to evaluate the severity of kidney injury as a result of prolongation of induction and to determine the efficiency of 2 weeks induction, judged from the test parameters. Besides from serum creatinine levels as kidney functional parameter, interstitial fibrosis area fraction, perivascular fibrosis score, and arterial wall thickness were used as kidney structural parameters. 18 Sprague-Dawley strain male rats were divided into 6 study groups (n = 3); consisted of 3 UUO-induced groups and 3 sham-operated groups as a control group. The groups were used to evaluate the effects of induction duration of 1 week, 2 weeks and 3 weeks. The UUO model was made by making a knot at the proximal and distal position of the left ureter, then cutting the ureter area between the two sites. Sacrifices of the UUO and Sham group rats were carried out on the 7th, 14th, or the 21st day after the surgery, to isolate the organ and blood sample needed for parameters analysis. The severity of kidney injury increased as a prolongation of induction duration was done, with kidney injury rates found highest in the 3 weeks-induced group. 2-weeks induction was efficient when viewed from the parameters of perivascular fibrosis and serum creatinine levels.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library