Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Depkominfo, 2006
299.512 MEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung : Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN)
050 GR 4 (1991)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Yudianto Hadioetomo
Abstrak :
Pada pemerintahan Orde Baru, perkawinan berdasar agama Khonghucu tidak dapat didaftarkan di kantor catatan sipil. Agama Khonghucu juga tidak dapat dicatatkan sebagai agama yang sah di kartu tanda penduduk. Pada tahun 1995, ada sepasang suami istri yang menikah berdasar agama Khonghucu dan mendaftarkan perkawinannya di kantor catatan sipil Surabaya. Pendaftaran pernikahan tersebut ditolaj kantor catatan sipil Surabaya. Perkawinan mereka tetap berlangsung tanpa tercatat, dan membuahkan 3 orang anak. Yang akan dibahas dalam tesisi ini adalah pencatatan perkawinan berdasarkan agama Khonghucu di kantor catatan sipil dan pencatatan Khonghucu sebagai agama di kartu tanda penduduk. Metode penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kepustakaan. Data diolah dengan metode kualitatif. Hasil yang diperoleh adalah preskriptif evaluatif analitis. Pada akhir penelitian penulis, dperoleh kesimpulan bahwa sejak 1 April 2006, Khonghucu telah diakui sebagai agama yang sah di Indonesia berdasar Undang-Undang Nomor 1/PNPS/ 1965 tentang agama dan Kepercayaan. Oleh karena itu, jaminan yang telah diberikan oleh Presiden menjadi kepastian yang selalu ada hingga masa mendatang.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T16543
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Abstrak :
Sabtu 28 Juni 2008 sekitar pukul 16. 00 WIB kami tiba di Lithang Khongcu Bio, salah satu rumah ibadah yang kami kunjungi pada pekan kedua dalam rangkaian Peace Diversity Program. Kedatangan kami disambut dengan senyum ramah dari para pengurus Lithang yang sudah menunggu kami di depan pintu masuk....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Rahardjanti
Abstrak :
ABSTRAK
Masyarakat Cina penganut Khonghucu masih mempertahankan tradisi Cina, antara lain masih dapat dijumpai pelaksanaan upacara kematian secara Khonghucu, meskipun demikian sudah mengalami perubahan di masa lalu.Upacara kematian dalam lingkungan masyarakat Cina penganut Khonghucu sangat berkaitan erat dengan ajaran Konfusius yang menekankan sernangat bakti (xiao . ). Maksud diadakan upacara kematian adalah untuk menunjukkan tanda bakti seorang anak kepada orang tuanya. Sedangkan tujuannya adalah untuk menunjukkan rasa hormat kepada almarhum, agar almarhum memperoleh kehidupan yang damai, rasa aman dan ketentraman bagi keluarga yang ditinggalkan.Dalam penyelenggaran upacara kematian di kalangan masyarakat Cina penganut Khonghucu di Surakarta ini ternyata sudah mengalami akulturasi dengan kebudayaan setempat (Jawa), misalnya adanya kepercayaan masyarakat Cina penganut Khonghucu di Surakarta tentang hari Sabtu, yang dipercayai sebagai hari yang tidak bagus untuk menguburkan jenazah; adanya pelaksanaan Upacara Selamatan yang diadakan menurut tradisi Jawa .Masyarakat Cina penganut Khonghucu di Surakarta meyakini Khonghucu sebagai agama. Mereka tetap melakukan peribadatan menurut ajaran Khonghucu. Termasuk salah satunya adalah melaksanakan upacara kematian secara Khonghucu. Penulis merasa tertarik untuk menggambarkan upacara kematian selain karena hal - hal tersebut di atas, juga karena adanya pengaruh tradisi Jawa yang mereka terapkan.
1996
S13099
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Dwiky Dermawan
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang keterkaitan antara kebijakan pemerintah Indonesia dengan kehidupan beragama umat Khonghucu di Indonesia dengan menggunakan metode sejarah. Kebijakan tersebut diantaranya ialah Penetapan Presiden Indonesia No. 1 tahun 1965 yang di dalam peraturan ini pemerintah Indonesia secara resmi mengakui adanya enam agama resmi di Indonesia, yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha dan Khonghucu. Agama Khonghucu yang berasal dari Tiongkok pun mendapatkan imbas dari kebijakan asimilasi yang mulai disahkan pada tahun 1963. Pada perkembangan selanjutnya, dikeluarkanlah Instruksi Presiden No. 14 Tahun 1967 yang mengatur umat Khonghucu untuk melakukan kegiatan peribadatan mereka secara internal keluarga saja. Lalu, pada tanggal 18 November 1978 keluarlah Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. Nomor 477/74054 yang didalamnya hanya mengakui lima agama saja yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan Buddha. ...... This thesis discussed the relation between Indonesian government?s policies with the religious life of Confucian Religion adherents in the Indonesia with history method. One of the policies was the President of Indonesia?s Regulation No. 1/1965, which stated six national religions that were officially recognized by Indonesian government, they were Islam, Chatolic, Protestant, Hinduism, Buddhism and Confucian Religion. Confucianism Religion, a religion from China, was impacted by Indonesia?s assimilation policy that was enforced in the year of 1963. Presidential Decree No. 14/1967, thereafter, was regulated to restrict the Confucianism adherents by only conducting their religious activities in the private sphere. Subsequently, in November 18, 1978, a circular letter by the Ministry of Internal Affairs No. 477/74054 declared that only five religions that were acknowledged by Indonesian government, they were Islam, Chatolic, Protestant, Hinduism and Buddhism.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S62830
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Kusumawati
Abstrak :
Tesis ini pada dasamya mengkaji bagaimana cara orang Tionghoa penganut agama Khonghucu di Cimanggis mempertahankan tradisi pemujaan leluhur.Dalam hal ini fokus penelitian penulis adalah upaya penyesuaian yang dilakukan pada makanan sesaji yang dipersembahkan oleh orang Tionghoa penganut agama Khonghucu di Cimanggis dalam upacara pemujaan leluhur. Dalam mengkaji masalah ini penulis menggunakan pendekatan strukturalisme yang diperkenalkan oleh Levi Strauss untuk mengetahui sejauh mana penyesuaian itu terjadi dan pada tingkat apakah terjadi perubahan itu. Pengkajian dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode etnografi, yang memusatkan perhatian pada upaya yang dilakukan penganut Khonghucu di Cimanggis dalam makanan sesaji pada upacara pemujaan leluhur. Metode pengumpulan data dilakukan dengan pengarnatan, wawancara mendalam dan penggunaan literatur yang relevan. Hasil penelitian yang penulis lakukan pada orang Tionghoa penganut agama Khonghucu di Cimanggis memperlihatkan bahwa salah satu cam yang dipilih dan diinginkan oleh mereka untuk mempertahankan tradisi pemujaan leluhur adalah dengan melakukan resistensi pasif Yang dimaksud dengan resistensi pasif adalah suatu penolakan untuk menyerah pada keadaan lingkungan yang berubah, kekuasaan, pemaksaan atau kekerasan tanpa memperlihatkan perlawanan (secara lisan atau lainnya) terhadap orang yang melakukan pemaksaan tersebut atau lingkungan yang berubah. (Horace B & English, 1958: 460). Orang Tionghoa penganut agama Khonghucu di Cimanggis menolak untuk menyerah pada keadaan lingkungan yang berubah atau beberapa peraturan diskriminatif terhadap masyarakat Tionghoa yang diterapkan oleh pemerintah Orde Baru. Namun mereka juga tidak memperlihatkan perlawanan (secara lisan atau lainnya). Untuk tetap mempertahankan kebudayaan Tionghoa ini, mereka lalu melakukan beberapa penyesuaian. Dengan menggunakan pendekalan strukturalisme yang diperkenalkan oleh Levi Strauss, penulis melihat bahwa dalam hal makanan sesaji, penyesuaian yang dlakukan oleh orang Tionghoa penganut agama Khonghucu di Cimanggis sebetulnya hanya terjadi pada struktur permukaan dari set of knowledge orang Tionghoa penganut agama Khonghucu di Cimanggis. Struktur dalamnya sama sekali tidak berubah. Selain itu konsep ?sudah menjadi takdir Tuhan? , konsep ?habis bagaimana lagi?, konsep da-tong yang berarti satu dunia atau universal harmony dan konsep chuantong yang berarti tradisi sangat membantu orang-orang Tionghoa berkompromi dan menggunakan kebijaksanaan yang praktis dalam memecahkan kesulitan yang mereka hadapi.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T3493
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Natalia
Abstrak :
Pemeluk agama Khonghucu merupakan sebagian kecil dari penduduk di Kecamatan Gunung Sindur yang mayoritas pemeluk agamanya adalah Islam. Namun demikian, terdapat lima kelenteng yang tersebar di Kecamatan tersebut. Kelenteng yang sudah berdiri lebih dari tiga puluh tahun dan memiliki umat yang rutin untuk melakukan sembahyang di kelenteng pada Kecamatan ini adalah kelenteng Hoo Tek Bio dan kelenteng Kwan Im Bio Kahuripan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jangkauan kelenteng terhadap umat Khonghucu dan pola persebaran tempat tinggal umat Khonghucu di Kecamatan Gunung Sindur, Bogor. Analisis secara deskriptif dan secara spasial akan digunakan untuk menjawab tujuan dari penelitian ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa jangkauan kelenteng Hoo Tek Bio lebih jauh dari pada kelenteng Kwan Im Bio Kahuripan. Umat Khonghucu di kelenteng Hoo Tek Bio dipengaruhi oleh keterkaitan dan ketergantungan umat terhadap leluhur, sedangkan umat Khonghucu di kelenteng Kwan Im Bio Kahuripan dipengaruhi oleh kedekatan kelenteng dengan pasar dan tempat tinggal umatnya yang berada pada kawasan perdagangan. Berdasarkan dari hasil Analisis Tetangga Terdekat (NNA) menunjukan bahwa tempat tinggal umat Khonghucu di dua kelenteng membentuk pola yang mengelompok. ...... The Confucianist only made small proportion to the Islam dominated community of Gunung Sindur subdistrict. Despite of that, five Confucianism temples spreaded across the region. The Confucianism temple have been stood for more than thirty years and followers are attending routinely to pray in the region is Hoo Tek Bio and Kwan Im Bio Kahuripan temple. This research aims to know the service of the temple to reach its followers and residential distribution pattern of the followers in Gunung Sindur subdistrict, Bogor. Descriptive analysis and spatial analysis is used to answer the purpose of thie research. The results of the research showed that service of the Hoo Tek Bio temple further more than Kwan Im Bio Kahuripan temple. The confucianism of the Hoo Tek Bio temple influenced by connection and depended of the ancestor, whereas followers Kwan Im Bio Kahuripan temple influenced by nearest of the temple in the market and residential of the followers that are on the trade. The Nearest Neighbour Analysis (NNA) result show a clumped pattern distribution of confucianist in the region.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S64209
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library