Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Irfan Tyas Kurniawan
Abstrak :
Visi Pemerintah Kabinet Kerja pada Nawa Cipta dalam membangun Kapal Perintis yang dapat menghubungkan Indonesia dimulai pada tahun 2015. Kepulauan Selayar menjadi target pemerintah dalam menjalankan visi tersebut karena kebutuhan angkutan laut yang tinggi. Melalui data pada tahun 2010 sampai 2013, maka peramalan nilai bongkar muat pada tahun 2016 sampai 2019 ditentukan dengan least square methode dan analisis rasio.
KMP. Sangke Palangga dengan pola pelayaran yang sudah ditentukan pertahun memiliki Kinerja Operasional pada tahun 2016 dan 2019 masing-masing 1,54 dan 1,76. Dengan kondisi tersebut, maka kapal tersebut tidak dapat memenuhi permintaan angkutan laut di Kepulauan Selayar. Kapal rancangan didesain untuk memenuhi kebutuhan angkutan laut. Dengan pola pelayaran usulan, Kinerja Operasional Kapal rancangan tahun 2016 dan 2019 masing-masing 0,89 dan 0,96. Kapal rancangan didesain dengan lambung trimaran dan memiliki aspek ratio yang sesuai dengan standar optimalisasi rancangan kapal perintis di Indonesia.
Indonesian Government's vision in Nawa Cipta in building ?Perintis? ships which can connect Indonesia began in 2015. Selayar?s government are targeted in carrying out the vision for sea transport because the demand is high. According to data in 2010 until 2013, the forecasting value of the unloading 2016 to 2019 were determined by the least squares method and ratio analysis.
KMP. Sangke Palangga with shipping patterns 250 trips per year have Ship Operating Performance in 2016 and 2019 each 1.54 and 1.76. Under these conditions, the ship can?t fulfill the demand for sea transport in Selayar. Ship is designed to fulfill the requirement of sea transport capacity and dimensions following the KMP. Balibo as a comparison vessel. With the pattern of the proposed cruise, ship designs Operational Performance in 2016 and 2019 each 0.89 and 0.96. Ship design trimaran hull designed and has an aspect ratio according to the standard ?Perintis? ship design optimization in Indonesia.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S64063
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Stefanus Wisnu Nusantoro
Abstrak :
ABSTRAK
Kabupaten Kepulauan Selayar sangat mengandalkan kelapa sebagai salah
satu komoditas utama sektor perkebunan. Banyak industri pengolahan kelapa yang
berkembang di Selayar, salah satunya adalah industri kopra. Masih banyak
pengolahan kopra yang dilakukan secara tradisional dengan mutu yang rendah dan
proses produksi yang lama hingga 7 hari. Limbah industri kopra berupa tempurung
dan sabut kelapa yang hanya ditumpuk dan tidak dikelola dengan baik dapat
mengakibatkan timbul permasalahan lingkungan. Oleh karenanya, limbah kopra
yang tidak ada nilainya perlu dimanfaatkan untuk menjadi sesuatu yang mempunyai
nilai tambah bagi produktivitas industri kopra. Limbah kopra digunakan sebagai
bahan bakar pembangkit listrik tenaga biomassa dengan cara gasifikasi sehingga
dapat menghasilkan energi listrik. Disamping itu panas buang dari pembangkit
digunakan untuk proses pengeringan kopra dalam rangka meningkatkan mutu dan
produksi kopra. Pada industri kopra skala kecil dengan kapasitas produksi 2.000 kg
didapatkan limbah kopra sebesar 857,14 kg tempurung dan 2.500 kg sabut.
Kapasitas daya pembangkit yang diperoleh adalah sebesar 53,07 kW dan daya
pengeringan kopra sebesar 48,51 kW dengan waktu beroperasi selama 14 jam.
Mampu dihasilkan kopra sebanyak 293.504,51 kg dan produksi listrik sebesar
173.560,30 kWh dalam setahun.
ABSTRACT
Kepulauan Selayar Regency relies on coconut as one of the main
commodities in the plantation sector. Many coconut processing industries are
growing in Selayar, one of which is the copra mill. There is still a lot of copra
processing done traditionally with low quality and long production process up to
7 days. The copra waste, coconut shell and husk, which is only stacked and not
managed properly can cause environmental problems. Therefore, unnecessary
copra wastes need to be utilized to be something of added value to the
productivity of the copra. Copra waste is used as a fuel for biomass power
generation by means of gasification so that it can generate electrical energy.
Besides, the exhaust heat from the plant is used for copra drying process in order
to improve the quality and production of copra. In the small-scale copra industry
with a production capacity of 2,000 kg obtained copra waste of 857.14 kg shell
and 2,500 kg of husk. The generated power capacity is 53.07 kW and copra
drying capacity is 48.51 kW with 14 hours operating time. Able to produce copra
as much as 293,504.51 kg and electricity production of 173,560.30 kWh in a year.
2017
T45122
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library