Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Glen Felix
Abstrak :
Penelitian ini menjelaskan bahwa bahasa Inggris pada era Globalisasi ini bukan hanya sekedar pengetahuan saja. Seiring perkembangan teknologi, lembaga-lembaga pendidikan bahasa Inggris tampil dalam bentuk yang lebih eksklusif. Akibatnya, munculnya fenomena-fenomena sosial baru, yaitu seseorang tidak hanya untuk meningkatkan penguasaan bahasa Inggrisnya (pengetahuan), akan tetapi sudah menjadi sebuah gaya hidup. Lokasi penelitian ini adalah Lembaga Pendidikan Bahasa Inggris Wall Street Institute di Pondok Indah Mall 1. Metode penelitian adalah studi kasus, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah pengamatan terlibat (Participant Observations), wawancara (Interviews), dan dokumentasi (Documentation). Hasil penelitian adalah Wall Street Institute telah menyediakan gaya hidup kelas menengah seperti fasilitas, pelayanan jasa, ruang yang nyaman, dan metode belajar yang modern, cepat, dan fleksibel. ......The study explains that the English language in the era of globalization was not merely knowledge. As the development of technology, institutions of English language appeared in the form of the more exclusive. As a result, the emergence of new social phenomena, that a person not only to enhance the mastery of the English language (knowledge), but it has become a lifestyle. The location of the research is language education Institute United Kingdom Wall Street Institute in Pondok Indah Mall 1. Research methods are case studies, using a qualitative approach. Data collection techniques are the participant observations, interviews, and documentation. The research is Wall Street Institute provides a middle class lifestyle such as facilities, services, confident rooms, and modern learning methods, fast, and flexible.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T35134
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Nadia Prastika
Abstrak :
Generasi muda Indonesia yang berusia antara 15-34 tahun adalah pasar yang potensial bagi UNIQLO. UNIQLO memulai membuka tokonya dari tahun 2013 bersaing dengan brand terkenal lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengapa UNIQLO yang merupakan brand dari Jepang yang baru masuk ke Indonesia dapat dengan cepat diterima di Indonesia dan mengetahui bagaimana alur konsumen anak muda Indonesia dalam memutuskan pembelian produk UNIQLO. Penelitian ini menggunakan konsep rangsangan pemasaran dari Kotler dan alur keputusan pembelian dan metode penelitian kualitatif, dengan menggunakan kajian literature dan wawancara yang dilakukan kepada lima orang konsumen anak muda kelas menengah Indonesia. Penelitian ini menemukan, strategi UNIQLO dalam memasuki pasar konsumen Indonesia berdasarkan rangsangan pemasaran Kotler, produk yang dijual UNIQLO bagi konsumen kelas menengah dengan menawarkan kenyamanan dalam berpakaian. Alur keputusan pembelian konsumen membeli UNIQLO karena menawarkan produk yang sesuai dengan konsep zen pada budaya Jepang yang mementingkan kesederhanaan dan fungsional. ......Indonesian youth between 15-34 years old is a potential market for UNIQLO. UNIQLO start opening the store on 2013 compete with other popular brands. The purpose of these studies are to find out why UNIQLO, a brand from Japan, that has just entered Indonesia can quickly be accepted in Indonesia and how is the flow of Indonesian youth consumers in deciding to purchase UNIQLO products. These studies uses the concept of marketing stimuli from Kotler and the flow of buyer decision and qualitative method using literature studies and conducted the interview with five Indonesian middle class youth consumers. These studies found that UNIQLO strategy entering Indonesian consumer market base on Kotlers marketing stimuli is the products which UNIQLO sell, for middle class consumer are offering comfort in dressing. The flow of buyer decision show that consumers buying the UNIQLO because UNIQLO offering the products accordance with Japanese culture of zen concept that emphasize simplicity and functionality.
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1990
S17862
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S6901
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Meisya
Abstrak :
Media sosial adalah hasil perkembangan teknologi yang memiliki peran besar dalam kehidupan sosial masyarakat pada masa ini. Melalui media sosial, individu dapat membangun relasi sosial dengan individu lainnya. Relasi sosial erat kaitannya dengan kelas sosial. Representasi diri individu pada akun media sosial yang mencerminkan kelas sosial menjadi basis terbentuknya relasi sosial dengan individu lainnya. Pemilihan bentuk representasi yang tepat dapat menciptakan relasi sosial yang tepat. Arsitektur dalam representasinya foto arsitektur, menjadi salah satu media yang banyak digunakan untuk merepresentasikan kelas sosial individu, begitu juga dengan kelas menengah. Dalam hal ini arsitektur memiliki peran sebagai mediator dalam menjalin relasi sosial antarindividu kelas menengah. Melalui arsitektur, kelas menengah hendak membangun gambaran diri yang terkait dengan kemampuan ekonomi, selera dan popularitas. ......Social media is the result of technological developments which plays an important role in social life at this time. Social relation between people can be established through social media. Self representation of an individual in their social media accounts reflecting their social class is the main aspect for the formation of social relation. The right type of representations creates the right social relations. Architecture, in its representation architecture photograph , became one of the media used to be a representation of an individual 39 s social class, as well as the middle class, in social media. In this case architecture becomes a mediator in establishing social relation between middle class. Through architecture, the middle class intend to build image related to their economic ability, taste and popularity.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Davis, Diane E.
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2004
338.95 DAV d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Munculnya ICMI sebagai salah satu kekuatan politik baru dalam kancah perpolitikan di Indonesia, tidak lepas dari pro dan kontra. Kalangan yang pro melihat secara moderat bahwa kemunculan ICMI mungkin di satu pihak sebagai strategi pemerintah dengan kepentingan-kepentingannya.
320 ALI 3:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dharyagitha Rizal
Abstrak :
Globalisasi dunia yang semakin menunjukkan penet[asinya, semakin meluas membawa konsep-konsep modernisasi ke negara-negara berkembang, seperti halnya Indonesia. Dampak globalisasi yang membawa pengaruh modernisasi semakin terasa di kota-kota metropolitan seperti halnya Jakarta, yang pada akhimya tumbuh ke arah terbentuknya global city. Yaitu, kota yang tumbuh dan sangat dipengaruhi secara Iangsung oleh arus derasnya globalisasi, sehingga memunculkan perubahan-perubahan sosial yang sangat berarti. _ Perubahan sosial yang terjadi salah satunya adalah, muncuinya kelas sosial yang disebut dengan ?kelas menengah baru". Yaitu golongan masyarakat yang elemen utamanya dibentuk oleh kaum profesional dan eksekutif. Di Jakarta kelompok ini sering disebut sebagai kaum esmuaL yuppies (young executive) yang selalu berpenampilan glamorous, dan sebagai generasi yang Iebih oocok diasosiasikan dengan kafe, mal, intemet_ Dengan kata Iain memiliki gaya hidup (hfestyfe) sebagai komunitas yang menurut masyarakat awam diidentikkan orang modern, dan sebagai generasi yang suka berbelanja, we!! educated well informed, memiliki mobilitas vertikal dan sangat rasional, kosmopolit dan pro-aktif terhadap wawasan masa depan.Penelilian ini adalah untuk menyimak pola konsumsi dalam gaya hidup golongan masyarakat kelas menengah baru di Jakarta, khususnya di era pasca krisis. Dimana pemasalahan utamanya adalah, apakah ada pergeseran-pergeseran yang cukup berarti dalam gaya hidup (lifestyle) kelas menengah baru di Jakarta di era pasca krisis ? Berdasarkan temuan penelitian, gaya hidup (lifestyle) kelas menengah baru di Jakarta, antara sebelum krisis berlangsung dan pasca krisis, teridentifikasi dari hasil penelitian tidak mengalami perubahan. Jenis- jenis aktivitas-aktivitas yang terkait dengan gaya hidup (lifestyle) mereka relatif tetap. Yang mengalemi perubahan atau pergeseran adalah ?intensitasnya? dalam melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Dalam arti; ada yang bertambah intensitasnya, dan ada yang berkurang intensitasnya. Seperti halnya datam mengisi leisure time, kebutuhan akan pengetahuan, pola konsumsi terhadap basic needs, dan Iainnya. Dimana pergeseran yang terjadi Iebih disebabkan oleh faktor pendapatan riil (real income) yang nilainya menurun akibat adanya krisis yang terjadi. Khusus untuk kebutuhan akan penampilan pribadi (self performance), ada keoenderungan Iebih memiiih performance yang sederhana. Akan tetapi citra penarnpilan tetap elegan dan exelence. Pergeseran ini Iebih disebabkan faktor kebutuhan keamanan pribadi (self security needs) terhadap ancaman tindakdindak kriminal akibat adanya krisis yang _me|anda_ U Pemilihan terhadap jenis-jenis konsumsi secara menyeluruh, mulai dari barangljasa yang bersifat bask: needs hingga ke barangdasa yang bersifat non-basic needs, Iebih didasarkan pada; (1) Konsumsi barang-barang atau jasa-iasa yang memberikan mereka sifat-sifat yang mengarah pada membantu aktivitas dan kegiatan mereka menjadi Iebih efektif dan efisien. Daiam arti bahwa dengan waktu, tenaga, biaya yang sama, kegiatan dan aktivitas yang mereka Iakukan memberikan hasil kepuasan dan kegunaan (utditas) yang tinggi atau maksimal. Pertimbangan ?opportunity cost" yang ditekan seminimum mungkin. Yaitu pertimbangan berapa kerugian yang akan diderita dalam melakukan suatu kegiatan tertemu yang lebih menguntungkan, jika hafus melakukan kegiatan Fainnya. Lebih pada pertimbangan kemanfaatannya atau kegunaannya dan memang menjadi skala kebutuhannya, bukan Iagi berorientasi pada faktor "gengsi".
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T6093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Fahmi Priyatna
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konsep, pengukuran, dan determinan millennials berada pada kelas menengah, dengan studi kasus Indonesia. Penelitian ini menggunakan model logit dan menetapkan objek penelitian pada level rumah tangga di tiga kohort generasi yang berbeda, yaitu rumah tangga yang dikepalai oleh Millenials, Gen X, dan Baby Boomer. Dengan melakukan komparasi determinan pada kohort generasi yang berbeda, maka penelitian ini dapat memastikan estimasi yang tepat sesuai karakteristik masing-masing generasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penentu utama rumah tangga millennials berada pada kelas menengah adalah: (i) pendidikan (setidaknya lulus pendidikan sekolah menengah atas), (ii) pekerjaan (memiliki pekerjaan penuh waktu, bekerja pada sektor sekunder atau tersier, serta memiliki status sebagai wirausahawan atau karyawan formal), dan (iii) memiliki akses terhadap fasilitas dan layanan (akses terhadap sanitasi, akses terhadap internet, dan akses terhadap keuangan). Hasil estimasi juga menunjukkan bahwa terdapat beberapa perbedaan determinan kelas menengah antara rumah tangga millennials dengan generasi pendahulunya yang dibahas lebih lanjut pada paper ini.
This study aims to examine the concepts, measurements, and determinants of millennials in the middle class, a case study of Indonesia. This study uses a logit model and sets the object of research at the household level in three different generation cohorts, namely households headed by Millenials, Gen X, and Baby Boomers. By comparing the determinants of different generations, this study can ensure the precise estimatation that match the unique characteristics of each generation. The results show that the main determinants of millennials households in the middle class are: (i) education (at least graduating from high school), (ii) employment (having a full-time job, working in the secondary or tertiary sector, having an entrepreneur or a formal employee status), and (iii) having the access to amenities and services (access to sanitation, access to internet, and access to finance). The estimation results also show that there are several differences in the determinants of staying in the middle class between millennials households and their predecessors which are discussed further in this paper.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53777
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryaningtyas Tri Hapsari
2003
S3265
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>