Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Martinus
Abstrak :
Penderita karatak di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Usia penderita katarak juga semakin muda. Penyembuhan dengan operasi mahal dan beresiko gagal. Oleh karena itu, dibutuhkan pengobatan dengan sediaan obat yang mudah dibuat dan aman digunakan. Bunga telang (Clitoria ternatea L.) mengandung antosianin yang memiliki kemampuan untuk meluruhkan katarak. Ekstraksi air panas terhadap 2 tangkai bunga telang pada 20 ml aquades menghasilkan kadar antosianin maksimum pada suhu pelarut 80oC yaitu 2,5 mg/l. Katarak diuji pada hewan coba tikus (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley jantan berumur 10 hari hasil induksi natrium selenit (Na2Se2O3) 20 μmol/kg BB tikus. Pengujian kemampuan peluruhan katarak dilakukan dengan cara meneteskan ekstrak bunga telang pada mata tikus. Penetesan dilakukan dengan dosis 2, 3, dan 4 tangkai bunga telang dan frekuensi penetesan 1x,2x dan 3x sehari. Sifat keaktifan peluruhan katarak diuji dengan melihat penurunan tingkat kekeruhan lensa mata tikus dari tingkat 5 hingga 1. Hasil penetesan menunjukkan semakin besar dosis antosianin dan semakin sering dilakukan penetesan memberikan peluruhan katarak yang semakin besar. Penetesan ekstrak bunga telang dengan dosis 2 tangkai dan frekuensi penetesan 3x sehari menghasilkan tingkat kekeruhan terendah yaitu tingkat 1. Dosis 4 tangkai dan frekuensi penetesan 1x sehari menghasilkan tingkat kekeruhan tertinggi yaitu tingkat 4. Kemampuan peluruhan ekstrak bunga telang berkisar antara 20% pada dosis 4 tangkai dan 1x penetesan hingga 80% pada dosis 2 tangkai dan 3x penetesan.
The number of cataract patients in Indonesia keeps increasing every year. It has also affected younger people. Healing with operation is getting more expensive and has higher risk. Hence, it needs more alternative medicine which can be easily made and found. Butterfly pea (Clitoria ternatea L.) contains anthocyanin which is able to decay the cataract. The Extract of the butterfly pea with 80oC water, which resulting the level of the extracted anthocyanin is 2.5 mg/l. The cataract, induced from sodium selenite (Na2Se2O3) 20 μmol/kg is tested on male ten-days-old laboratory rats, Rattus norvegicus. The experiment of cataract decaying is done by shedding the pea?s extract on the rats? eyes. The shedding is practiced with 2, 3, and 4 stalks of butterfly peas, and the frequency is once, twice and third times a day. The characteristics of the cataract decaying are experimented by observing the turbidity level reduction of the rats eyes, with five to one scales. The shedding shows the higher dose of anthocynin and more often the frequency, the bigger cataract will be decayed. The extract shedding of two stalks of butterfly peas and the third times a day frequency produces the lowest turbidity level which is one. The extract of four stalks of butterfly peas and once a day frequency ends with the highest turbidity level which is four. The decay ability of the extract butterfly pea is around 20% at dose 4 stalks and once frequency and 80% at dose 2 stalks and third times frequency of shedding.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44486
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Nugraha Koswara
Abstrak :
Mikroplastik merupakan partikel plastik yang berukuran lebih kecil dari 5 mm. Mikroplastik ditemukan telah mencemari lingkungan dan paling banyak terakumulasi di lingkungan perairan, salah satunya adalah Sungai Ciliwung. Padahal, Sungai Ciliwung merupakan sumber air baku utama bagi Instalasi Pengolahan Air Cibinong. Keberadaan mikroplastik di sungai dapat dipengaruhi oleh curah hujan. Namun, penelitian terkait keberadaan mikroplastik di instalasi pengolahan air berdasarkan curah hujan masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis kelimpahan dan karakteristik mikroplastik, menghitung efisiensi penyisihan mikroplastik, serta menentukan korelasi antara pH dan kekeruhan dengan kelimpahan mikroplastik pada IPA Cibinong dengan mempertimbangkan curah hujan. Ekstraksi mikroplastik dilakukan berdasarkan metode NOAA. Pengujian dan pengamatan mikroplastik dilakukan dengan bantuan mikroskop binokuler dan FTIR. Pengambilan sampel air dilakukan di 5 titik, yakni air baku, koagulasi-flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan air produksi, sedangkan pengambilan sampel lumpur dilakukan pada unit sedimentasi. Kekeruhan dan pH air diukur secara insitu. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan kelimpahan mikroplastik di air baku dan produksi secara berturut-turut sebesar 344 partikel/L & 205 partikel/L pada hari kering dan 310 partikel/L & 256 partikel/L pada hari basah. Mikroplastik didominasi oleh bentuk fragmen (88.84 – 89.41%), warna hitam-abu (69.55 – 71.89%), dan ukuran dengan rentang 7 – 1985 μm. Jenis polimer mikroplastik yang ditemukan pada keseluruhan sampel air baku dan produksi adalah PFVM, PVB, poliamida, Poly (Trimethyl Hexamethylene Terephthalamide), aramid, nilon amorf, PEI, nilon MXD6, dan PVC. Efisiensi penyisihan mikroplastik tertinggi dihasilkan oleh unit sedimentasi, yaitu 21.74 – 36.73%. Sementara itu, efisiensi secara kumulatif pada hari kering dan basah secara berturut-turut adalah sebesar 40.41% dan 17.42%. Kelimpahan mikroplastik memiliki korelasi yang kuat dan positif dengan pH (ρ = 0.872) (sig. = 0.054) dan kekeruhan (r = 0.846) (sig. = 0.071). ......Microplastics are plastic particles smaller than 5 mm. They have been found contaminating the environment, particularly accumulating in aquatic environments such as the Ciliwung River, which is the primary raw water source for the Cibinong Water Treatment Plant (WTP). Additionally, rainfall can influence the abundance of microplastics in the river. However, studies on the abundance of microplastics in water treatment plants based on rainfall are limited. Thus, this study aims to analyze the abundance and characteristics of microplastics, calculate their removal efficiency, and determine the correlation between pH and turbidity with microplastic abundance at the Cibinong WTP, considering rainfall. In this study, microplastic extraction was performed based on NOAA method. Microplastic observations were conducted using a binocular microscope and FTIR. Water samples were collected from five points: raw water, coagulation-flocculation, sedimentation, filtration, and produced water, while sludge samples were taken from the sedimentation unit. Turbidity and pH of the water were measured in situ. The results showed that the abundance of microplastics in raw and produced water of 344 particles/L & 205 particles/L on dry days and 310 particles/L & 256 particles/L on wet days. Microplastics were predominantly fragments (88.84 – 89.41%), black-gray in color (69.55 – 71.89%), and ranged in size from 7 – 1985 μm. The types of microplastic polymers found in all raw and produced water samples were PFVM, PVB, polyamide, Poly (Trimethyl Hexamethylene Terephthalamide), aramid, amorphous nylon, PEI, nylon MXD6, and PVC. The highest microplastic removal efficiency was achieved by sedimentation, at 21.74 – 36.73%. Cumulative removal efficiency on dry and wet days was 40.41% and 17.42%, respectively. Microplastic abundance showed a strong positive correlation with pH (ρ = 0.872, sig. = 0.054) and turbidity (r = 0.846, sig. = 0.071).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halvarra Yuanita
Abstrak :
Saringan pasir lambat merupakan salah satu metode pengolahan yang menjadi pilihan karena alat dan bahan yang mudah didapat, pengoperasiannya yang mudah, serta keefektifannya menyisihkan kontaminan dalam air yang baik. Untuk meningkatkan kehandalan penyisihan saringan pasir lambat, dapat dilakukan pengolahan pendahuluan salah satunya prasedimentasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan kehandalan saringan pasir lambat dengan proses prasedimentasi dan saringan pasir lambat tanpa prasedimentasi dalam menyisihkan besi, mangan, kekeruhan dan fekal koliform. Dibuat dua filter dari drum berkapasitas 150 liter dengan spesifikasi yang sama. Media filter direncanakan dengan spesifikasi yang sama, namun pada saat sieve analysis didapatkan untuk filter acuan, lapisan pasir 1 nilai ES = 0,2 mm dan UC = 3 & pada lapisan pasir 2 nilai ES = 0,45 dan UC = 2,2. Sedangkan filter I lapisan pasir 1 nilai ES = 0,15 mm, UC = 2,33 dan lapisan pasir 2 nilai ES = 0,4 mm dan UC = 1,88. Kedua filter dioperasikan secara intermittent dalam skala pilot. Sumber air baku yang dijadikan objek studi adalah air Danau Mahoni Universitas Indonesia karena tingkat pencemarannya yang berada di atas baku mutu air minum. Kehandalan filter acuan dengan perlakukan prasedimentasi untuk penyisihan besi sebesar 95%-97,94%, mangan 50-80%, kekeruhan 92,15-97,78 %, dan fekal koliform 90- 99,57%. Kehandalan efisiensi penyisihan filter I tanpa prasedimentasi untuk parameter besi tidak dapat disisihkan, mangan 50-93,33%, kekeruhan 50,28-94,26 %, dan fekal koliform 82,61-99,86%. ......Slow sand filter is one of the processing methods that is chosen because of easy-to-obtain tools and materials, easy to operate, and its effectiveness of removing contaminants in good water.To improve the reliability of slow sand filter removal, preliminary processing can be carried out, one of which is pre-sedimentation. The purpose of this study was to compare the reliability of slow sand filters with pre-sedimentation processes and slow sand filters without pre-sedimentation in removing iron, manganese, turbidity and faecal coliform. Two filters are created from a 150 liter drum with the same specifications. Media filters are planned with the same specifications, but when sieve analysis is obtained the results are: for reference filter, sand layer 1 ES value = 0.2 mm and UC = 3 & in sand layer 2 ES values = 0.45 and UC = 2.2 . While filter I sand layer 1 ES value = 0.15 mm, UC = 2.33 and sand coating 2 ES values = 0.4 mm and UC = 1.88. Both filters are operated intermittently on a pilot scale. The raw water source used as the object of study is the Lake Mahoni, University of Indonesia because of the level of pollution that is above the drinking water quality standard. Removal efficiency of reference filter with treatment of pre-sedimentation for iron removal was 95%-97.94%, manganese 50-80%, turbidity 92.15-97.78%, and faecal coliform 90-99.57%. The efficiency of filter I without prasedimentation for iron parameters cannot be excluded, manganese is 50-93.33%, turbidity 50.28 - 94.26%, and fecal coliform 82.61-99.86%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gerda Natasha Solichien
Abstrak :
Seiring bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan air terus meningkat. Namun, ketersediaan air bersih semakin berkurang karena pencemaran air. Koagulasi dan flokulasi dapat menjadi solusi yang baik untuk menghilangkan kekeruhan dalam air. Namun penggunaan koagulan kimia menimbulkan beberapa masalah kesehatan dan lingkungan, oleh karena itu digunakan koagulan alami dalam hal ini pati kationik. Untuk menemukan cara yang paling optimal untuk menghasilkan pati kationik, tinjauan literatur menyeluruh dilakukan. Metode kationisasi pati terbaik dengan membandingkan kemudahan proses, biaya, masalah lingkungan adalah metode kering, dengan skor keseluruhan 82%, jauh di atas metode basah 65%, semi kering 52%, dan proses ekstrusi 60%. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi pati kationik. Yang paling berpengaruh adalah konsentrasi reagen dan yang paling tidak berpengaruh adalah jenis pati yang digunakan. Secara umum, kinerja penghilangan kekeruhan pati kationik sebanding dengan tawas. Namun, biaya produksi pati kationik masih terlalu tinggi untuk dikomersialkan dan digunakan secara luas. Selain biaya produksi yang mahal, penerimaan dan kesadaran masyarakat, persetujuan menyeluruh dan pemerintah diperlukan sebelum pati kationik dapat dikomersialkan dan digunakan secara luas. ......As population grow, water demand keeps increasing. However, the availability of clean water is decreasing because of water pollution. Coagulation and flocculation can be a good solution to remove turbidity in water. However, the use of chemical coagulants causes some health and environmental problem, therefore the use of natural coagulant, in this case, cationic starch is used. To find the most optimum way to produce cationic starch, a thorough literature review was conducted. The best starch cationization method by comparing the ease of process, cost, environmental issue is dry method, with overall score of 82%, much above wet method at 65%, semi-dry at 52%, and extrusion process at 60%. There are some factors that affect the production of cationic starch. The most influential one is reagent concentration and the least influential one is type of starch used. Generally, the turbidity removal performance of cationic starch is comparable with alum. However, the production cost of cationic starch is still way too high to be commercialized and used widely. Besides expensive production cost, public acceptance and awareness, thorough and government approval are needed before cationic starch could be commercialized and used widely.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arbyan Mahendra
Abstrak :
Penggunaan instalasi panel surya terapung memang memberikan keuntungan bagian pengembangan energi alternatif, terutama terkait keterbatasan lahan. Namun berdasar beberapa penelitian yang telah dilakukan, keberadaan panel surya terapung yang menutupi permukaan air terbukti mengakibatkan perubahan pada konsentrasi parameter kualitas air di bawahnya. Selain itu, beberapa penelitian lain yang menguji sampel di beberapa titik di bawah lokasi panel surya menghasilkan nilai yang berbeda meskipun sampel diambil pada kondisi serta cara yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola distribusi spasial dari konsentrasi DO, BOD, dan kekeruhan yang mungkin mengalami perubahan akibat keberadaan PLTS Terapung Danau Mahoni, Universitas Indonesia. Selain itu, diberikan pula rekomendasi terkait potensi pengembangan panel surya terapung berdasarkan pola distribusi spasial yang didapatkan. Sampel air diambil dari 16 titik yang berada di area panel surya terapung mulai pukul 10.00 WIB dengan frekuensi 2 kali pengambilan selama bulan April untuk menghindari kondisi hujan yang dapat mengubah kualitas air danau. Pengujian dilakukan secara ex situ di Laboratorium TPL, DTSL FTUI. Proses pengolahan dan analisis data dilakukan menggunakan beberapa metode seperti statistik deskriptif, uji normalitas, uji korelasi, uji ANOVA, uji Kruskal-Wallis, serta pemetaan spasial menggunakan metode IDW dengan batuan software ArcGIS. Berdasarkan seluruh pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan atau perubahan konsentrasi BOD yang signifikan mengikuti arah aliran danau. Sebaliknya, tidak ditemukan perbedaan atau perubahan dengan pola tertentu pada konsentrasi DO dan kekeruhan. Kemudian, sifat perbedaan atau perubahan yang terjadi pada konsentrasi BOD adalah penurunan, sehingga pengembangan panel surya mengikuti arah aliran danau dapat dilakukan karena memberikan dampak positif terhadap kualitas air. Pengembangan juga dapat dilakukan pada melintang aliran danau karena tidak ditemukan perbedaan atau perubahan kualitas air yang signifikan. ......The use of floating solar panel installations does provide benefits for the development of alternative energy, especially regarding limited land. However, based on several studies that have been carried out, the existence of floating solar panels that cover the water surface is proven to cause changes in the concentration of water quality parameters below. In addition, several other studies that tested samples at several points below the location of the solar panels produced different values ​​even though the samples were taken under the same conditions and methods. This study aims to analyze the spatial distribution pattern of DO, BOD, and turbidity concentrations that may change due to the existence of PLTS Floating Lake Mahoni, University of Indonesia. In addition, recommendations are also given regarding the potential for developing floating solar panels based on the spatial distribution pattern obtained. Water samples were taken from 16 points in the floating solar panel area starting at 10.00 WIB with a frequency of 2 times during April to avoid rainy conditions that could change the quality of the lake water. The test was carried out ex-situ at the TPL Laboratory, DTSL FTUI. The data processing and analysis were carried out using several methods such as descriptive statistics, normality test, correlation test, ANOVA test, Kruskal-Wallis test, and spatial mapping using the IDW method with ArcGIS software. Based on all these tests, it can be concluded that there are significant differences or changes in BOD concentration following the direction of the lake flow. On the other hand, there was no difference or change with a certain pattern in DO concentration and turbidity. Then, the nature of the difference or change that occurs in the concentration of BOD is a decrease, so the development of solar panels following the direction of the lake flow can be done because it has a positive impact on water quality. Development can also be carried out across the lake flow because there are no significant differences or changes in water quality.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gian Ratulangi Bhumindra
Abstrak :
Limbah padat lumpur IPA Pejompongan I dan II dari proses koagulasi-flokulasi-sedimentasi sampai saat ini dibuang ke sungai Krukut dan memiliki potensi untuk mencemarkan sungai tersebut. Studi pemanfaatan kembali lumpur IPA Pejompongan I dan II sebagai koagulan dilakukan untuk mengurangi residu yang dibuang ke sungai. Dalam penelitian penggunaan kembali lumpur sebagai koagulan yang dilakukan adalah menentukan kondisi terbaik yang dibutuhkan agar lumpur dapat digunakan sebagai koagulan. Metode jartest digunakan untuk mengaetahui kondisi optimum dan efisiensi pemakaian kembali lumpur. Kandungan aluminium merupakan senyawa yang sangat vital dan pemulihan aluminium dilakukan dengan pengeringan dan kalsinasi sampel lumpur terlebih dahulu. Kondisi optimum untuk sampel lumpur IPA Pejompongan I dan II dengan dosis sebesar 9,01 dan 7,5 mg dengan kecepatan pengadukan cepat 140 dan 100 rpm selama 1 menit, lalu kecepatan pengadukan lambat sebesar 20 rpm selama 15 menit dan sedimentasi selama 60 menit. Efektivitas pemakaian lumpur sebagai koagulan untuk sampel I adalah sebesar 97,73 % dan sampel II sebesar 98,19 %. Hasil pemakaian dapat mencapai baku mutu kekeruhan yang telah ditetapkan pada Permenkes No. 492/menkes/per/iv/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum yaitu 5 NTU sedangkan kekeruhan yang diperoleh adalah sebesar 4 NTU untuk kedua sampel. Hal ini membuktikan bahwa pemakaian kembali lumpur IPA Pejompongan I dan II sebagai koagulan dapat dilakukan. ......Sludge residu from coagulaton-flocculation-sedimentation process of Pejompongan I and II water treatment plant, have been disposed at Krukut river until the present day and the residue may be a threat of pollution to the river. Studies of reusing the sludge residu of Pejompongan I and II water treatment plant as a coagulant may decrease the amount of residu which are disposed at the river. In the study of reusing sludge as a coagulant, the search of the optimum conditions of the sludge is needed to be done by using jar test methode. Aluminium recovery is the vital core of this study, where to recover the remaining aluminium in the sludge residu, dewatering and calcination treatment has to be implemented to the sample. The optimum condition for the sludge sample from Pejompongan I and II is 9,01 and 7,5 mg dosage of the sample with a fast mixing rate of 140 and 100 rpm for 1 minute and slow mixing rate of 20 rpm for 15 minutes then 60 minutes of sedimentation for settling. Effectivity of sludge reuse as a coagulant for sample I (Pejompongan I) is 97,73 % and sample II (Pejompongan II) IS 97,73 %. The result of the usage of the sample has reached the standard of turbidity which is stated by Permenkes No. 492/menkes/per/iv/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum with the standard of 5 NTU, where as turbidity obtained is equal to 4 NTU for both samples. The reuse of sludge residu from Pejompongan I and II water treatment plant as a coagulant has been proven successful.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65026
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delly Astria Darwin
Abstrak :
ABSTRACT
Solid Seperation Chamber (SSC) merupakan unit pengolahan lumpur yang merupakan modifikasi dari Sludge Drying Bed (SDB). SSC dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengolah lumpur IPA dengan cara filtrasi melalui sand filter dan lapisan geotekstil, serta pengeringan dengan sinar matahari yang dilengkapi polycarbonate sebagai penutup. Studi ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas unit SSC dalam memisahkan kandungan air dan padatan lumpur, menurunkan kandungan pencemar, dan mengeringkan lumpur. Studi dilakukan menggunakan unit SSC skala laboratorium, dengan loading lumpur secara tunggal dan kontinu, dengan volume lumpur 70 liter/loading. Kandungan padatan dan kondisi iklim diukur secara berkala. Penurunan konsentrasi COD, TSS, dan kekeruhan juga diamati. Pada loading tunggal (single loading) dan loading seri (continuous loading) diperoleh lumpur dengan ketebalan 0.5 cm dan 21 cm. Unit SSC dapat mereduksi volume lumpur hingga 95.43%. Setelah pengeringan selama 15 hari, diperoleh lumpur dengan kandungan padatan 97.71% (lumpur dengan tebal 0.5 cm) dan 51.33% (lumpur dengan tebal 21 cm). Unit SSC dapat mereduksi kandungan COD hingga 98.05%, kekeruhan 99.65%, dan TSS 99.82%.
ABSTRACT
Solid Separation Chamber (SSC) is a sludge processing unit, which is a modification from Sludge Drying Bed (SDB). SSC can be used as an alternative to treat water works sludge by filtration process through sand filter and a layer of geotextile, and solar drying with polycarbonate as the cover. The purpose of this study is to determine the effectiveness of SSC unit in seperating water and solid content of sludge, reducing pollutant content, and drying sludge. This study was done using a laboratory scale SSC unit, with a single and continuous sludge loading, with a volume of 70 liter sludge/loading. Solid content and climate conditions was measured constantly. Reduction of COD, TSS, and turbidity content was also monitored. In the single loading and continous loading, sludge that was obtained has 0.5 cm and 21 cm of thickness. SSC unit can reduce sludge volume up to 95.43%. And after 15 days of drying, sludge solid content increases to 97.71% (0.5 cm thick sludge) 51.33% (21 cm thick sludge). SSC unit can reduce the content of COD up to 98.05%, turbidity up to 99.65%, and TSS up to 99.82%;
2016
S65750
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nur Syamsiah
Abstrak :
Saringan pasir lambat merupakan salah satu jenis filtrasi yang sangat efektif dalam meningkatkan kualitas air serta relatif mudah dalam pengoperasian dan perawatannya. Filtrasi ini akan bekerja lebih efektif apabila beban pencemar yang masuk tidak terlalu tinggi, dimana salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan pengolahan awal berupa sedimentasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas dari proses sedimentasi dan SPL dalam menurunkan kekeruhan dan zat organik air Danau Mahoni UI, serta menganalisis pemenuhan kualitas efluennya terhadap standar baku mutu air minum (Permenkes No. 492 tahun 2010). Penelitian ini berskala laboratorium, dimana alat yang digunakan berupa drum air berkapasitas ±150 liter dengan media zeolit (ES = 1 mm), pasir silika (ES = 0,2 mm; UC = 3), dan kerikil 3/8 inch. Unit SPL ini dioperasikan dengan sistem intermittent dan alirannya yaitu downflow (gravitasi). Pengujian kualitas efluen SPL dilakukan pada waktu tinggal jam ke-2 ,4, 22, dan 24. Proses sedimentasi selama 1 jam menghasilkan efisiensi penyisihan kekeruhan dan zat organik masing-masing sebesar 6,85% - 12,01% dan 4,39% - 10,98%. Sedangkan unit SPL dapat menyisihkan kekeruhan dan zat organik dengan efisiensi masing-masing sebesar 38,22% - 49,88% dan 1,68% - 18,51%, dimana waktu detensi paling optimal yaitu 24 jam. Secara keseluruhan, nilai kekeruhan hasil SPL telah memenuhi standar baku mutu air minum, sedangkan konsentrasi zat organiknya masih belum memenuhi standar baku mutu air minum (Permenkes No. 492 tahun 2010). Dapat disimpulkan bahwa unit SPL aliran gravitasi dengan media pasir silika dan zeolit cukup efektif dalam menyisihkan kekeruhan, namun tidak efektif dalam menyisihkan zat organik. ......Slow sand filter is a type of filtration that is very effective in improving water quality and is relatively easy to operate and maintain. This filtration will work more effectively if the incoming pollutant load is not too high, therefore one way that can be done is by pretreatment in the form of sedimentation. This study aims to analyze the effectiveness of the sedimentation process and SSF in reducing turbidity and organic matter of Mahoni Lake water, as well as to analyze the fulfillment of the effluent quality against drinking water quality standards (Permenkes No. 492 of 2010). This research is on a laboratory scale, where the tools used are water drums with a capacity of ±150 liters with zeolite (ES = 1 mm), silica sand (ES = 0.2 mm; UC = 3), and 3/8 inch gravel. This SSF unit is operated with an intermittent system and downflow (gravity). SSF effluent quality testing was carried out at detention time of 2, 4, 22, and 24 hours. The sedimentation process for 1 hour resulted in an efficiency of removing turbidity and organic matter of 6.85% - 12.01% and 4.39% - 10.98%. While the SSF unit can remove turbidity and organic matter with the respective efficiency of 38.22% - 49.88% and 1.68% - 18.51%, where the most optimal detention time is 24 hours. Overall, the turbidity value of the SPL results has met the drinking water quality standards, while the concentration of organic substances still does not meet the drinking water quality standards (Permenkes No. 492 of 2010). It can be concluded that the downflow SSF unit with silica sand and zeolite is quite effective in removing turbidity, but not effective in removing organic substances.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shahreza Muhammad
Abstrak :
Penelitian tentang elektroflotasi untuk pemisahan limbah pewarnaan batik telah dilakukan. Ada 2 cairan yang diflotasi, yaitu zat warna batik dan limbah pewarnaan batik. Gelembung dihasilkan dengan elektrolisis menggunakan elektroda alumunium alloy dengan luas permukaan anoda dan katoda adalah 116 cm2 dan 98 cm2. Variasi tegangan yang digunakan adalah 5, 10, 15, 20, dan 25 V. Diameter yang dominan pada 5, 10, 15, 20, dan 25 V adalah 205 – 255 ?m dan 5 – 55 ?m serta volume gelembung yang didapat tiap 20 detik adalah 0.39, 1.3, 2.4, 3.43, dan 4.55 mL. Pada zat warna batik didapatkan persen pengurangan TSS, warna, dan kekeruhan pada tegangan 5, 10, 15, dan 20 V adalah 73.81%, 29.7%, 40.64%; 68.08%, 89.05%, 82.21%; 96.97%, 71.57%, 74.07%; 49.8%, 74.72%, 16.47%. Pada limbah batik didapatkan persen penurunan TSS, warna, dan kekeruhan yang terbaik adalah 97.09%, 98.6%, dan 99.16% terjadi pada tegangan 10 V dengan penambahan 50 gram tawas dan perbandingan air dan limbah 1:14. ......The research on electroflotation for Batik waste separation has been done. There are 2 fluids, dye of batik and batik waste. Bubbles are generated by electrolysis using aluminum alloy electrodes which the enode and kathode surface areas are 116 cm2 and 98 cm2. Variation of applied voltages are 5, 10, 15, 20, and 25 V. The dominant size of bubbles which are measured are range between 205 – 255 ?m and 5 – 55 ?m. Bubble surface areas obtaining per 20 seconds are 0.39, 1.3, 2.4, 3.43, and 4.55 mL. In batik dyes, percent reduction of TSSs, colors, and turbidities at voltage 5, 10, 15, and 20 V 73.81%, 29.7%, 40.64%; 68.08%, 89.05%, 82.21%; 96.97%, 71.57%, 74.07%; 49.8%, 74.72%, 16.47%. in batik waste, the best percent reduction of TSS, color, and turbidity which occured at a voltage 10 V with the addition 50 gr alum and waste and water ratio 1:14 is 97.09%, 98.6%, and 99.16%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azhar Fuadi
Abstrak :
ABSTRAK
Kualitas Mikrobiologi merupakan parameter yang sangat penting pada air minum. Keberadaan mikroba dalam air minum bisa menjadi kasus kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan banyak korban. Karena itu kualitas mikrobiologi dalam air harus sangat diperhatikan. Kualitas Mikrobiologi biasa dinyatakan dalam koliform. Residual klorin merupakan bahan kimia yang paling umum digunakan sebagai disinfektan mikroba. Kehadiran klor bebas dipercaya mampu mencegah pertumbuhan mikroba didalam air. Oleh karena itu perlu untuk diketahui pengaruh residual klorin terhadap kualitas mikrobiologi, untuk menjamin air bersih bebas dari mikroba. Parameter lain seperti kekeruhan dan total zat organik juga dianalisa pengaruhnya terhadap kualitas mikrobiologi.
ABSTRACT
Microbiological quality is a very important parameter in drinking water. The existence of microbe especially pathogen in drinking water could become a case of public health that causes a lot of victims. Therefore microbiological quality in the water should be kept. Generally microbiological quality in the water expressed in total coliform. Residual chlorine is the most common chemicals used as disinfectants of microorganism in water. The presence of free chlorine is believed to prevent microbiological growth in water. Therefore it is necessary to note the influence of residual chlorine to microbiological quality, to ensure the clean water free from pathogens. Other parameters such as turbidity and total organic matter were also analyzed its effect on microbiological quality.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42165
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>