Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1990
S2720
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satvika Vidya Iswara
Abstrak :
Kecemasan Matematika merupakan perasaan negatif yang dialami individu saat berhadapan dengan bidang matematika. Perasaan tertekan dan cemas ini dapat dialami oleh siapa saja terlepas dari usia atau jenjang pendidikan. Kecemasan matematika juga dipengaruhi oleh faktor internal individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran variabel mindset dan task-value dalam memprediksi kecemasan matematika yang dialami oleh siswa kelas 4 dan kelas 5 SD. Penelitian menggunakan kuesioner kecemasan matematika (The Modified Abbreviated Math Anxiety Scale; mAMAS), mindset (Implicit Theories of Intelligence Scale for Children - Self Form), dan task-value (Items Used to Assess Childrens Competence Belief and Subjective Task Values). Hasil dari penelitian terhadap 107 siswa menunjukkan bahwa variabel mindset dan task-value bersama-sama dapat memprediksi kecemasan matematika secara signifikan. Penelitian ini dapat digunakan oleh pihak sekolah dalam menangani siswa dengan kecemasan matematika. ......Math anxiety can be defined as ones negative feelings that occurs when individual is faced with mathematical tasks. The feeling of tension and anxiety can be experienced by anyone, regardless their age or education. This study aimed to examine the role of internal factors such as mindset and task-value as predictors on fourth and fifth graders math anxiety. This study used questionnaire for math anxiety (The Modified Abbreviated Math Anxiety Scale; mAMAS), mindset (Implicit Theories of Intelligence Scale for Children-Self Form), and task-value (Items Used to Assess Childrens Competence Belief and Subjective Task Values). Based on the study of 107 students, this study found that both mindset and task-value are able to predict math anxiety significantly. This research can be used by schools in dealing with students math anxiety.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martuti Kuntoro
Abstrak :
ABSTRAK
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar menjadi komponen esensiai dalam banyak kegiatan hidup. Semakin meningkatnya persaingan di tengah era globalisasi seperti saat ini dan perkembangan teknologi yang semakin canggih, semakin banyak pula tuntutan terhadap siswa terutama dalam bidang matematika, Hal ini seringkali membuat matematika dianggap sebagai pelajaran yang maha penting oleh siswa., sehingga seringkali menyebabkan timbulnya kecemasan matematika (math anxiety) dalam diri siswa. Kecmasan matematika dapat disebabkan oleh banyak faktor, Flett, Greene, dan Hewitt (2004), menuujukkan adanya hubungan antara self-oriented peifectionism dengan rasa takut yang disebabkan oleh ketakutannya sendiri {anxiety sensitivity), sehlngga siswa yang menetapkan standar tinggi bagi dirinya sendiri sering merasa tidak puas hila tidak mencapai kesempurnaan dan mereka juga seringkali merasa cernas, terutama pad a bidang yang menuntut konsentrasi tinggi seperti matematika. Selain itu, Croley (2003) menyatakan bahwa orang tua yang tidak memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas matematika dan mempunyai tuntutan yang tidak realistis terhada:p kemampuan matematika siswa juga dapat meniugkatkan kecemasan maternatika. Namun, Flett, Hewitt dan Singer (1995) menemukan bahwa bentuk pola asuh orang tua yang otoritarian yaitu orang tua yang terlalu menuntut dan menekankan kepatuhan menyebabkan socially-prescribed perfectionism (perfeksionisme yang ditentukan oleh lingkungan, seperti persepsi seseorang tentang apa yang diharapkan oleh !ingkungan atau masyarakat, termasuk orang tua mereka, terbadap diri mereka). Dalam penelitiannya yang bersifat kualitatif, Croley (2003) juga menemukan babwa karakteristik kepribadian guru dan ketidakmarnpuannya da!am mendidik dapat menyebabkan timbulnya kecemasan dalam diri siswa melebihi faktor~faktor ekstemal Jainnya. Untuk memperjelas hubungan antara variabel perfeksionisme siswa, pola asuh orang tua dan karakteristik guru terhadap kecemasan matematika dan untuk melihat kontribusi terbesar ketiga variabel tersebut secara keseluruhan, dHakukan penelitian yang bersifat kuantitatif dl dua jenis sekolah, yairu SMP Negri dan SMP Swasta dengan menggunakan kuesioner yang diherikan kepada 261 siswa sekolah menengah pertama. HasH penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan perfeksionisme siswa dan pola asuh orang tua tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kecemasan matematika, sedangkan yang mempunyai hubungan sangat signifikan adalall karaktelistik guru. Namun hasil analisis yang lebih mendalam terhadap dimensi-dimensi dari masing~-masing variabel menunjukkan, bahwa socially prescribed perfectionism dan pola asuh orang tua yang permisif juga mempunyai hubungan yang sangat signifikan terhadap kecemasan matematika. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa bentuk pola asuh orang tua yang otoritarian mempunyai hubungan yang saugat signifikan dengan perfeksionisme siswa dan kedua dimensinya. HasH penelitian yang lebih menda!am pada variabel karakteristik guru membuktikan bahwa dengan memberikan motivasi yang tepat pada saat guru mengajar matematika dan meningkatkan bantuan serta dukungan dari orang tua di rumah dapat mereduksi kecemasan matematika khususnya siswa sekolah menengah pertama. Berdasarkan hal tersebut. maka disarankan kepada para guru matematika untuk lebih mendalaml dan menerapkan teori motivasi yang dikemukakan oleh Jolm KeUer (dalam Reigeluth. 1983) yang sekaiigusjuga meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
ABSTRACT
Mathematics is a basic component in many activities of our life. The more competition in teclmology, the more demand to students knowledge of Mathematics. This fact can cause mathematics anxiety among the children. Many other factors could also cause mathematics anxiety. Flett. Greene, and Hewitt (2004). indicated that there is a connections between self-oriented perfectionism and anxiety sensitivity. Students who want to reach a higher degree in mathematics often feel unsatisfaction of themselves and anxiety more than other students. It happens especially to students who failed to reach personal targets in mathematics, which demands from high level of concentration. Croley (2003), explained that parents who don't help their children in their studies of mathematics but have unrealistic demands regarding standard of children's knowledge, these parents could raise children's mathematics anxieties level. Flett, Hewitt, and Singer ( 1995). indicated that authoritarian parent which very demanding and emphasize obedience of their children could cause socially prescribed perfectionism in their children. In his qualitative research, Croley (2003) also found that teacher characteristic and their lack ability of teaching and educating students could cause more anxiety in their students than other external factors. This quantitative research on 261 Junior High School Students purpose is to make it clear how the student's perfectionism. parental authority, and teacher characteristic have a connection ?with mathematics anxiety. The result of this research indicated that student's perfectionism and the parental authority have not a significant relationship with mathematics anxiety generally. But, the result for deeper analyze in the dimension of each variable, indicated that socially prescribed perfectionism and permissive parents have significant relationship with mathematics anxiety especially in Junior High School Students. The result for deeper analyze in the dimension of characteristic teacher, found that motivation for students during mathematics lesson is very important to give in a right time, The motivation's theory that suggested in this study is the John Keller's theory of motivation (in Reigeluth, 1983) that could also improve students' learning capabilities and their thinking skill.
2007
T33726
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Aprilia
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana peran pengetahuan metakognitif dalam memediasi pengaruh dari minat matematika terhadap kecemasan matematika yang dialami oleh siswa kelas 5 Sekolah Dasar. Data penelitian berasal dari 366 siswa kelas 5 Sekolah Dasar di Jakarta Selatan. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner yang terdiri dari alat ukur Modified Abbreviated Math Anxiety Scale, subskala interest value dari Subjective Task Value Scale, dan Metacognitive Knowledge in Mathematics Questionnaire. Berdasarkan hasil analisis, minat matematika berpengaruh secara signifikan terhadap kecemasan matematika. Selain itu, pengaruh dari minat matematika juga dimediasi oleh tiap-tiap dimensi dari pengetahuan metakognitif, yaitu self (a1b1 = -0,48, BCa CI [-0,71, -0,26]), task (a2b2 = -0,29, BCa CI [-0,49, -0,08]), dan strategy (a3b3 = -0,06, BCa CI [-0,14, -0,02]). Namun, total direct effect dari minat matematika terhadap kecemasan matematika ternyata lebih besar dibandingkan total indirect effect-nya, yaitu sebesar -0,974 dengan rentang confidence interval -1,258 sampai -0,690. Artinya, pengetahuan metakognitif hanya memediasi pengaruh antara minat matematika dengan kecemasan matematika secara partial, atau dengan kata lain pengaruh minat matematika secara langsung terhadap kecemasan matematika lebih besar dibandingkan dengan pengaruh minat matematika terhadap kecemasan matematika melalui pengetahuan metakognitif. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan agar peneliti juga memeriksa regulasi metakognitif dari siswa serta melakukan penelitian di wilayah selain Jakarta Selatan. ......This study conducted to see how the role of metacognitive knowledge in mediating the influence of math interest on math anxiety experienced by grade 5 elementary school students. The research data came from 366 grade 5 elementary school students in South Jakarta. Data collection was carried out using a questionnaire consisting of the Modified Abbreviated Math Anxiety Scale, the interest value subscale of the Subjective Task Value Scale, and the Metacognitive Knowledge in Mathematics Questionnaire. Based on the results of the analysis, math interest significantly influences math anxiety. In addition, the influence of math interest is also mediated by each dimension of metacognitive knowledge, namely self (a1b1 = -0,48, BCa CI [-0,71, -0,26]), task (a2b2 = -0,29, BCa CI [-0,49, -0,08]), and strategy (a3b3 = -0,06, BCa CI [-0,14, -0,02]). However, the total direct effect of math interest on math anxiety turns out to be greater than the total indirect effect, which is -0.974 (BCa CI [-1.258 to -0.690]). That is, metacognitive knowledge only mediates the influence between math interest and math anxiety partially, or in other words the direct effect of math interest on math anxiety is greater than the indirect effect of math interest on math anxiety through metacognitive knowledge. For further research, it is recommended that researchers also examine the metacognitive regulation of students and conduct research in areas other than South Jakarta.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peny Adreanty
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dukungan emosional dari guru, dukungan instrumental dari guru, dan kecemasan matematika siswa terhadap keterlibatan siswa dalam belajar matematika. Partisipan berjumlah 112 siswa kelas 4-5 sekolah dasar. Dukungan emosional, dukungan instrumental, dan kecemasan matematika diukur menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Federici dan Skaalvik (2014). Keterlibatan siswa dalam belajar matematika diukur menggunakan alat ukur School Engagement Measurement (SEM)-MacArthur. Hasil utama penelitian mengungkapkan bahwa dukungan emosional, dukungan instrumental, dan kecemasan matematika memiliki pengaruh signifikan terhadap keterlibatan siswa dalam belajar matematika secara bersama-sama. Lebih lanjut jika dilihat kontribusi setiap variabel prediktor secara terpisah, hanya dukungan emosional dan kecemasan matematika yang memiliki pengaruh signifikan terhadap keterlibatan siswa dalam belajar matematika sedangkan dukungan instrumental tidak. ...... This research aimed to examine the influence of emotional teacher support, instrumental teacher support, and student math anxiety on student engagement in math subject. The participants were 112 elementary school students in 4th - 5th grade. Emotional support, instrumental support, and math anxiety was measured using items developed by Federici and Skaalvik (2014). Student engagement was measured using School Engagement Measurement (SEM)-MacArthur. The result of this research revealed that emotional teacher support, instrumental teacher support, and student math anxiety have significant impact on student engagement in math subject simultaneously. Furthermore, if we look each predictors‘ contribution separatedly, only emotional tacher support and student math anxiety have significant impact, while the instrumental teacher support not.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56206
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library