Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Barents, R.
Abstrak :
Contents a. Monetaire organisaties.--b. Financieringsorganisaties.
's-Gravenhage: T.M.C. Asser Instituut, 1977
BLD 332.46 BAR o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Edy Kusuma Astuti
Abstrak :
Tujuan utama dari skripsi ini adalah untuk menentukan rangkaian penurunan tingkat bunga yang akan mempengaruhi biaya modal bagi investasi guna mencari tingkat stimuli yang optimal bagi perekonomian Indonesia, yaitu tingkat stimuli yang menyeimbangkan perkiraan kerugian dari terjadinya resesi dan inflasi, dan juga tingkat stimuli yang akan mendorong aktifitas ekonomi tanpa memperparah inflasi. Jika kebijakan penurunan tingkat bunga terlalu lambat, maka tidak ada yang akan investasi sehingga resesi berlanjut. Namun jika terlalu cepat, akan terlalu banyak yang investasi dan menyebabkan inflasi malah memburuk. Tujuan dari penulisan ini juga sekaligus membuktikan bahwa stimuli yang terlalu berhati-hati (cautious) akan terbukti tidak efektif. Hal ini karena penurunan yang sedikit kurang mendapatkan respon dari pihak swasta karena pihak swasta tahu bahwa jika sebuah pengurangan tingkat bunga gagal untuk mendorong pertumbuhan, pembuat kebijakan dipaksa untuk menurunkan tingkat bunga lagi. Pihak swasta kemudian mempunyai insentif untuk menunggu, untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari tingkat bunga yang diharapkan lebih rendah lagi. Demikian seterusnya lingkaran setan ini terjadi. Model Caplin dan Leahy adalah sebuah model yang memberi perhatian pada ciri-ciri utama dari latar belakang pembuatan kebijakan akhir-akhir ini. Pendekatan utama kita meliputi tiga ide, yaitu bahwa pembuat kebijakan tidak mengetahui dengan pasti tingkatan ekonomi, pembuat kebijakan belajar tentang tingkatan ekonomi dari respon perekonomian terhadap kebijakan, dan setiap strategi pencarian sistematis yang digunakan oleh pembuat kebijakan untuk mempelajari tingkatan perekonomian akan mempengaruhi respon perekonomian terhadap kebijakan, Metode regresi merupakan komponen integral dari setiap analisa data yang sering digunakan dalam statistika untuk menggambarkan hubungan antara variabel dependen dan sebuah atau lebih variabel independen. Pemilihan metode regresi yang digunakan adalah karena model Caplin dan Leahy ini lebih baik menggunakan variabel dependen yang diskrit, bukan kontinyu. Oleh karena itu di sini kita menggunakan metode analisa regresi multinomial logistik karena variabel dependen yang digunakan diskrit dan terdiri dari tiga kategori. Dari hasil regresi terhadap data perekonomian Indonesia sejak bulan Juli 1993 hingga Januari 1999, dapat diambil kesimpulan bahwa kita dapat melihat proses pengambilan keputusan, baik dari sisi investor maupun bank sentral Indonesia pada periode sebelum dan setelah terjadinya krisis. Ada satu hal yang menarik bahwa ternyata dari hasil regresi didapatkan bahwa pemerintah Indonesia lebih besar ketidaksukaannya terhadap unemployment dibandingkan dengan inflasi. Bahwa tingkah laku Bank Indonesia sebelum krisis sama dengan setelah krisis, yaitu jika investor berhati-hati dalam melakukan investasi maka respon pemerintah adalah is akan menurunkan tingkat bunga dengan cepat.untuk mendorong terjadinya investasi. Hal menarik lain yang dapat kita temukan adalah bahwa setelah memasuki periode krisis, ternyata variabel tingkat bunga tidak lagi menjadi variabel yang signifikan dalam mempengaruhi keinginan investor untuk investasi. Dan tingkah laku investor sebelum krisis berbeda dengan tingkah lakunya setelah krisis. Pada periode sebelum krisis, jika Bank Indonesia terlihat berhati-hati dalam menurunkan tingkat bunga maka investor juga akan berhati-hati dalam melakukan investasi. Sedangkan pada periode setelah krisis, jika BI terlihat berhati-hati dalam menurunkan tingkat bunga maka investor malah merespon untuk tidak berhati-hati dalam melakukan investasi.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
S19270
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hansen, Alvin Harvey, 1887-1975
Djakarta : Bhratara , 1961
332 HAN mt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Paish, F.W.
London: Macmillan, 1962
332.409 42 PAI s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Truman, Edwin M.
Washington, DC: Institute for International Economics, 2005
332.46 TRU p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Perry Warjiyo
Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebansentralan B.I., 2003
332.1 PER k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Zenathan Adnin
Abstrak :
Penelitian ini mencoba untuk menguji model yang dikembangkan oleh Guender (2002) dalam menentukan optimal rules bagi instrumen kebijakan moneter di Indonesia. Pengujian model dilakukan dengan cara melakukan estimasi terhadap parameter persamaan IS relation dan Forward Looking Phillips Curve. Hasil dari penelitian ini adalah suatu rules untuk menentukan nilai suku bunga optimal yang dipengaruhi oleh besarnya gap antara inflasi aktual dengan target inflasi yang ditetapkan Bank Indonesia dan pemerintah. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa dalam era inflation targeting, penetapan suku bunga sebagai instrumen kebijakan moneter Bank Indonesia belum sepenuhnya fokus pada stabilitas inflasi dibandingkan stabilitas output. Pada akhirnya, penelitian ini menyimpulkan bahwa penetapan suku bunga acuan, yaitu BI rate, belum optimal.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sri Suyanti
Abstrak :
Tulisan ini mengungkapkan masalah kegagalan kebijaksanaan Sanering dalam menaham laju inflasi pada masa Ekonomi Terpimpin. Kebijaksanaan Sanering tersebut oleh pemerintah dilakukan pada awal dan menjelang berakhirnya pembangunan sistem ekonomi terpimpin dengan munculnya pemerintahan baru dibawah Presiden Soeharto. Kebijaksanaan sanering tersebut kemudian dikenal sebagai Tindakan Moneter I, tanggal 25 Agustus 1959 yang dituangkan dalam Lembaran Negara No. 89 dan dan Tindakan Sanering II pada tanggal 13 I7esember 1965 dalam Lembaran Negara No. 102 tahun 1965. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Tindakan Moneter 1, secara kuantitatif berhasil mencapai target kebi/aksanaan, yaitu: a. Pengurangan secara drastis jumlah uang yang beredar, yang menurut pemerintah sebagai sumber yang paling mendasar terjadinya inflasi. b. Sebagai sumber penerimaan negara yang akan digunakan untuk menutup hutang pemerintah kepada Bank Indonesia Unit I yang telah mencetak uang baru untuk memenuhi pinjaman pemerintah tersebut. Dengan tindakan Sanering 1, pemerintah berhasil menghimpun dana melalui penurunan nilai uang Rp 500 dan Rp 1000 masing-masing menjadi Rp 50 dan Rp 100 dan pembekuan sebagian tabungan masyarakat sebesar Rp 8264 juta. Sebagian dari jumlah tersebut dapat menutup hutang pemerintah kepada Bank Indonesia Unit I, sehingga hutang pemerintah pada Bank Indonesia, khususnya dalam Triwulan 111/1959 menjadi minus sebesar Rp 4154, (Lampiran II Sub A) sedangkan jumlah uang yang beredar menjadi minus sebesar Rp 7622 juta (Lampiran II Sub E). Tindakan Moneter I tersebut juga berhasil mengurangi prosentasi kenaikan inflasi yang termasuk dalam golongan inflasi berat inflasi diatas 30%). Pada tahun 1958 inflasi telah mencapai kenaikan 45,76% dan pada tahun 1959 dengan kebijakan Sanering I intensitas inflasi hanya mengalami kenaikan 22,22%. Namun harga tetap menunjukkan kenaikan. Tetapi sejak tahun 1960 inflasi kembali mengalami peningkatan. Bahkan pada tahun 1962 inflasi telah meningkat menjadi hyperinflasi. Sejak saat itu harga barangbarang pada umumnya dan tahun ke tahun semakin tidak terkendali. Pada bulan November tahun 1965 telah terjadi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak sebesar 600%. Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Urusan Minyak dan Gas Bumi No. 160 M/Migas/1965, pemerintah telah menaikan harga bensin dari Rp 4 per liter menjadi Rp 250 per liter, sedangkan harga minyak tanah naik menjadi Rp 100. Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak tersebut mendorong kenaikan harga barang-barang pada umumnya. Kenaikan tersebut mendorong pemerintah untuk kembali melaksanakan tindakan Sanering yang dikenal sebagai Tindakan Moneter II, pada tanggai 13 Desember 1965 untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan harapan pemerintah berhasil mengendalikan lajunya hyperinflasi tersebut. Namun dengan Tindakan Moneter II, pemerintah secara kuantitatif tidak berhasil mencapai target kebijaksanaan yaitu menutup hutang pemerintah pada Bank Indonesia dan mengurangi jumlah uang yang beredar. Karena dana yang berhasil dihimpun oleh pemerintah melalui penurunan nilai rupiah (Rp 1000 uang lama) menjadi (Rp 1 uang baru) dengan pajak penukaran 10% tidak berhasil menutup hutang pemerintah pada Bank Indonesia pada Triwulan I tahun 1966 telah bertambah sebesar Rp 3.180 juta. (Lampiran XIV Sub E). Beberapa hari setelah pemerintah melakukan Tindakan Moneter II, pada tanggal 13 Desember 1959 beberapa hari kemudian pada tanggal 3 Januari 1966 pemerintah kembali menaikkan harga Bahan Bakar Minyak sebesar 400%. Dengan Surat Keputusan Minyak dan Gas Bumi No. 216/M/Migas11965, pemerintah menaikkan harga bensin dari Rp 250 per liter menjadi Rp 1000 per liter, minyak tanah dari Rp 100 per liter menjadi Rp 400 per liter. Dengan adanya desakan dari masyarakat untuk segera menurunkan harga BBM tersebut, maka pada tanggal 21 Ianuari 1966 pemerintah segera menurunkan harga bensin sebesar 50%. Dengan Surat Keputusan Minyak dan Gas Bumi No. 34/M/Migas/1966 harga bensin yang semula Rp 1000 turun menjadi Rp 500 per liter dan harga minyak tanah dari Rp 400 per liter turun menjadi Rp 200 per liter. Dengan kenaikan harga bahan bakar tersebut dengan sendirinya diikuti dengan kenaikan harga-harga baru lainnya yang mendorong inflasi mencapai puncaknya pada tahun 1966 naik sebesar 635,26%. Untuk menganalisis causal faktor perkembangan intensitas inflasi yang semakin tidak terkendali sebagaimana tersebut di atas, sehingga dapat menjawab permasalahan yang telah penulis rumuskan sebagaimana tersebut diatas, selain menggunakan beberapa temuan teori inflasi sebagai dasar untuk menganalisa permasalahan yang telah penulis rumuskan, maka penulis bertitik tolak dari Teori Transformasi struktur oleh Hollis Chinery, yang menekankan bahwa sebagai modal utama Pembangunan Ekonomi adalah suatu negara yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional (sub sistem) ke sektor industri. Karena tulisan ini penulis tempatkan dalam kerangka metodologi struktural, maka masalah meningkatnya inflasi yang semakin tidak terkendali pada masa Ekonomi Terpimpin, sangat berkaitan dengan beberapa kelemahan kebijakan sistem ekonomi yang dirumuskan oleh kelompok radikal khususnya PKI, militer yang mulai masuk dalam perekonomian, maupun Presiden Soekarno dan pendukungnya khusus PNI yang berhaluan kiri yang bertindak sebagai agent of change telah gagal mentransformasi struktur ekonomi kolonial ke nasional (sektor ekonomi yang bersifat esensial dikuasai/ dikelola penguasa pribumi). Dengan gagalnya kelompok radikal mentransformasi struktur ekonomi kita yang terletak pada sektor tradisional (pertanian) menuju sektor industri telah mengakibatkan terjadinya penurunan Produksi Nasional Bruto yaitu rata-rata pertahun hanya mencapai 2%. Pada masa ekonomi liberal, pemerintah telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 3,2%, perkembangan penduduk Indonesia rata-rata pertahun pada masa Ekonomi Terpimpin mencapai 2,3% maka pertumbuhan ekonomi perkapita menjadi minus. Terjadinya penurunan produksi nasional dan pertumbuhan ekonomi perkapita yang telah mengalami stagnasi secara langsung berdampak pada menurunnya penerimaan Negara. Dengan semakin menurunnya penerimaan Negara secara maka untuk membiayai pengeluarannya, pemerintah terus menerus menggunakan anggaran defisit dengan jumlah semakin meningkat. Bahkan sejak tahun 1962 defisit APBN telah melampaui penerimaannya yang mengakibatkan intensitas hyperinflasi semakin tidak terkendali, dengan semakin menurunnya produk nasional kita dan menurunnya penerimaan Negara kita secara bersama. Dalam tulisan ini dibahas bagaimana proses transformasi sosial mengalami kemunduran yang berdampak pada menurunnya Produk Nasional Bruto yang berakibat menurunnya pendapatan pemerintah yang pada gilirannya mendorong terjadinya defisit anggaran sebagai dasar untuk menganalisa masalah mengapa kebijakan Sanering pada masa ekonomi terpimpin gagal mengendalikan inflasi.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T11120
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2   >>