Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Soehartati Argadikoesoemo Gondhowiardjo
"Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan salah satu jenis keganasan yang sering ditemukan di Indonesia.' Data yang diperoleh dari registrasi kanker berdasarkan Patologi di Indonesia pada tahun 1991 menunjukkan adanya 1059 (5,6%) kasus KNF di antara 18,770 kasus keganasan. Hal ini menempatkan KNF pada urutan ke empat setelah karsinoma mulut rahim, payudara, dan kulit.
Di Sub.Bagian Radioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) I Rumah Sakit Umum Pusat Nasional - Cipto Mangunkusumo (RSUPN-CM) dalam kurun waktu 5 tahun, periode 1980 - 1984, terdapat 748 pasien KNF. Angka ini menyatakan bahwa KNF merupakan kasus ke tiga terbanyak setelah keganasan mulut rahim dan payudara. Sejumlah 74,5% kasus datang pada stadium IV, 18,6% kasus pada stadium III dan hanya 6,9% di antaranya yang berada pada stadium I dan 1I.' Data dari Bagian Telinga, Hidung dan Tenggorok (THT) FKUII RSUPN-CM memperlihatkan bahwa KNF merupakan kasus keganasan terbanyak (71,8%) dari semua jenis keganasan THT yang dijumpai.
Jenis keganasan ini sangat jarang ditemukan di daratan Eropa dan Amerika Utara, yaitu dengan angka kejadian kurang dari 1 di antara 100,000 penduduk. Sebaliknya, di daerah Asia Timur dan Tenggara didapatkan angka kejadian yang tinggi, bahkan angka kejadian tertinggi di dunia terdapat di propinsi Cina Tenggara, yaitu sebesar 40-50 kasus KNF di antara 100.000 penduduk."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
D43
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susworo
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1987
616.21 SUS k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Marion Cinta Kuntjoro
"ABSTRAK
Latar Belakang: Disfagia fase faring ditemukan pada sebagian besar pasien karsinoma nasofaring (KNF) pasca-kemoradiasi. Manuver Mendelsohn bertujuan untuk meningkatkan durasi elevasi kompleks hyolaringeal, telah digunakan dalam penatalaksanaan disfagia dengan berbagai penyebab. Penelitian ini menilai pengaruh latihan manuver Mendelsohn pada penderita KNF pasca-kemoradiasi dengan disfagia fase faring.
Metode: Desain kuasi eksperimen dengan penilaian sebelum dan sesudah latihan menelan dengan manuver Mendelsoh selama 6 minggu. Penelitian dilakukan pada 20 pasien KNF yang memenuhi kriteria penelitian. Sampel didapat secara konsekutif. Penilaian dilakukan dengan flexible endoscopic swallowing study (FEES) terhadap standing secretion, residu, penetrasi, dan aspirasi menggunakan konsistensi pure, thick liquid dan thin liquid.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakan pada penilaian standing secretion (p=0,034). Penilaian terhadap residu mendapatkan perbedaan bermakna pada pemberian pure dan thick liquid (p=0,021 dan p=0,008), sedangkan pada pemberian thin liquid tidak didapatkan perbedaan bermakna (p=0,129). Penilaian terhadap penetrasi mendapatkan perbedaan bermakna pada pemberian pure dan thick liquid (p=0,034 dan p=0,008), pada pemberian thin liquid tidak didapatkan perbedaan bermakna (p=0,059). Penilaian terhadap aspirasi tidak mendapatkan perbedaan bermakna pada pemberian ketiga konsistensi (p=>0,05).
Kesimpulan: Latihan menelan dengan manuver Mendelsohn selama 6 minggu memeperbaiki standing secretion, residu pada pemberian pure dan thick liquid, penetrasi pada pemberian pure dan thick liquid. Latihan ini tidak memperbaiki aspirasi secara bermakna pada pemberian ketiga konsistensi.

ABSTRACT
Background: Dysphagia is commonly seen in patients with nasopharingeal carcinoma (NPC) post chemoradiation. The Mendelsohn maneuver which promotes a prolonged voluntary of hyolaryngeal elevation at the peak of swallowing process has been used to treat various causes of pharyngeal dysphagia. The aim of the study was to see of the influence of swallowing exercise with Mendelsohn manuever in post-chemoradiation NPC patients with pharyngeal phase dysphagia.
Methods: A quasi experimental with pre and post-test assessment at before and after six weeks exercise of Mendelsohn manuever. The study was conducted on 20 NPC patients who met the study criteria. Flexible endoscopic of swallowing study (FEES) was used to asess standing secretion, residue, penetration, and aspiration by giving 3 consistency of food/fluid (pure, thick liquid and thin liquid).
Results: There was a significant difference in standing secretion assesment (p=0,034). Significant differences were found in residue assesment of pure and thick liquid, although no significant difference was found in thin liquid (p=0,129). There were also significant differences in penetration assesment of pure and thick liquid (p=0.034 and p = 0.008), but no significant difference in thin liquid ( p = 0.059 ). The study did not find significant differences in assesment of aspiration in all kind of consistencies (p > 0.05).
Conclusion: Six weeks swallowing exercise with Mendelsohn manuever can reduce severity of standing secretion, residue and penetration of pure and thick liquid. However the exercise improve aspiration status but did not reach significant difference at all consistencies. ;Background: Dysphagia is commonly seen in patients with nasopharingeal carcinoma (NPC) post chemoradiation. The Mendelsohn maneuver which promotes a prolonged voluntary of hyolaryngeal elevation at the peak of swallowing process has been used to treat various causes of pharyngeal dysphagia. The aim of the study was to see of the influence of swallowing exercise with Mendelsohn manuever in post-chemoradiation NPC patients with pharyngeal phase dysphagia.
Methods: A quasi experimental with pre and post-test assessment at before and after six weeks exercise of Mendelsohn manuever. The study was conducted on 20 NPC patients who met the study criteria. Flexible endoscopic of swallowing study (FEES) was used to asess standing secretion, residue, penetration, and aspiration by giving 3 consistency of food/fluid (pure, thick liquid and thin liquid).
Results: There was a significant difference in standing secretion assesment (p=0,034). Significant differences were found in residue assesment of pure and thick liquid, although no significant difference was found in thin liquid (p=0,129). There were also significant differences in penetration assesment of pure and thick liquid (p=0.034 and p = 0.008), but no significant difference in thin liquid ( p = 0.059 ). The study did not find significant differences in assesment of aspiration in all kind of consistencies (p > 0.05).
Conclusion: Six weeks swallowing exercise with Mendelsohn manuever can reduce severity of standing secretion, residue and penetration of pure and thick liquid. However the exercise improve aspiration status but did not reach significant difference at all consistencies. "
2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raissa Edwina Djuanda
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Santi
"Praktek residensi Keperawatan Medikal Bedah peminatan Onkologi yang telah dilaksanakan di RS Kanker Dharmais menetapkan satu kasus kelolaan utama yaitu karsinoma nasofaring dan 30 kasus resume kasus-kasus kanker dengan menggunakan pendekatan teori peaceful end of life. Saat melakukan praktek residensi telah dilakukan berbagai rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan permasalahan pasien kanker yaitu dengan memberikan asuhan keperawatan secara professional dan komprehensif kepada pasien-pasien kanker dan salah satu diantaranya adalah kanker nasofaring dengan menggunakan pendekatan teori peaceful end of life., melakukan suatu penerapan intervensi keperawatan yang berdasarkan Evidence Based Nursing yaitu intervensi kombinasi progressive muscle relaxation dan guided imagery untuk mengatasi mual muntah akibat kemoterapi pada pasien kanker payudara dan penerapan suatu proyek inovasi yaitu untuk mengatasi fatigue pada pasien kanker, dimana hampir sebagian besar pasien kanker mengalami fatigue sehingga penerapan intervensi Walking Exercise dengan menggunakan aplikasi J-HATI (Jalan Sehat Berenergi) diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker.

Medical Surgical Nursing residency practice specializing in Oncology which has been carried out at Dharmais Cancer Hospital establishes one main managed case, namely nasopharyngeal carcinoma and 30 cases of resume cancer cases using a peaceful end of life theory approach. During residency practice, various series of activities related to the problems of cancer patients have been carried out, namely by providing professional and comprehensive nursing care to cancer patients and one of them is nasopharyngeal cancer by using a peaceful end of life theory approach, implementing an intervention. nursing based on Evidence-Based Nursing, namely a combination intervention of progressive muscle relaxation and guided imagery to treat nausea, vomiting due to chemotherapy in breast cancer patients and the implementation of an innovative project, namely to overcome fatigue in cancer patients, where most of the cancer patients experience fatigue so that the implementation of the Walking intervention Exercise using the J-HATI (Energy Healthy Walk) application is expected to improve the quality of life of cancer patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sihaloho, Florensa
"Tujuan
Untuk mendapatkan data metastasis KGB retrofaring pada penderita KNF dengan
pemeriksaan CT nasofaring di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”.
Metode
Penelitian studi deskriptif analitik dari data sekunder CT nasofaring penderita
KNF yang belum mendapatkan terapi radiasi dan kemoterapi. Penilaian metastasis
KGB retrofaring dengan diameter aksial minimal ≥ 5 mm yang berada di level
atlas dekat arteri karotis interna. Penilaian massa tumor menurut TNM AJCC edisi
ke-7 tahun 2010. Dilakukan uji statistik untuk mengetahui adanya hubungan
metastasis KGB retrofaring dengan massa tumor, tipe histopatologi, invasi lateral,
dan massa tumor melewati midline.
Hasil dan diskusi
Sebanyak 85 penderita KNF dengan subyek terbanyak laki-laki, umur rerata 43,2
tahun, metastasis KGB retrofaring sebanyak 81 subyek, dan metastasis KGB
servikal level II merupakan metastasis KGB terbanyak.
Kesimpulan
Metastasis KGB retrofaring adalah metastasis KGB terbanyak kedua setelah KGB
servikal level II. Kedua metastasis KGB ini merupakan drinase pertama metastasis
KGB pada KNF.

Objectives
To get the data retropharyngeal lymph node metastatic in NPC patients with
nasopharyngeal CT examination in Dharmais Cancer Hospital.
Methods
Analytic descriptive study using secondary data from nasopharyngeal CT
examination of NPC patients who had not received radiation therapy and
chemotherapy. Assessment of retropharyngeal lymph node metastatic with
minimal axial diameter ≥ 5 mm at the level of the atlas near the internal carotid
artery. Tumor mass assessed according to the AJCC TNM 7th edition in 2010.
Performed statistical tests to determine the relationship retropharyneal lymph
node metastatic with tumor mass, histopathologic type, lateral invasion, and
tumor mass through the midline.
Result and discussion
A total of 85 patients with NPC most male subjects, mean age 43.2 years, 81
patients with retropharyngeal lymph node metastatic, and level II cervical lymph
node metastatic is the highest.
Conclusion
Retropharyngeal lymph node metastatic is the second highest after level II
cervical lymph node metastatic. Both of these lymph node metastatic is the first
drainage lymph node metastastic in NPC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Pertiwi
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
T58784
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Fossetta Manatar
"Latar Belakang: Karsinoma nasofaring (KNF) adalah karsinoma yang berasal dari epitel permukaan nasofaring dengan angka insidensi yang tinggi di Tiongkok dan Asia Selatan. KNF masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan prognosisnya dilaporkan buruk terkait dengan penanganan yang sering tidak optimal karena kebanyakan (60-95%) pasien berobat dalam stadium lanjut. Saat ini berkembang penelitian terhadap tumor microenvironment yang dapat dinilai melalui tumor infiltrating lympochyte (TIL) yang berkaitan dengan respons terapi pada beberapa tumor, termasuk KNF. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa TIL salah satunya dapat dinilai dengan Foxp3. Foxp3 diketahui sebagai penanda sel T regulator (Treg) yang turut berperan dalam immunoregulator lingkungan sel-sel tumor dan dapat digunakan sebagai salah satu faktor prognosis. Hubungan antara ekspresi Foxp3 dengan respons terapi dapat dipertimbangkan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi prognosis KNF.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ekspresi Foxp3 dengan respons terapi karsinoma nasofaring.
Metode: Penelitian analitik dengan desain potong lintang pada sediaan KNF tidak berkeratin di Departemen Patologi Anatomik FKUI/RSCM selama periode Januari 2018 hingga Desember 2020. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara consecutive sampling dari kasus yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sesuai perhitungan besar sampel untuk masing-masing kelompok. Pemeriksaan imunohistokimia menggunakan antibodi primer monoklonal Foxp3. Data imunoekspresi dianalisis untuk mengetahui hubungannya dengan respons terapi karsinoma nasofaring.
Hasil: Dari 60 kasus yang terdiagnosis KNF, sebanyak 40 kasus (66,7%) berjenis kelamin laki-laki dan 20 kasus lainnya (33,3%) berjenis kelamin perempuan dengan rasio 2:1. Terdapat perbedaan bermakna ekspresi Foxp3 intratumoral dengan respons terapi (p=0,01). Tidak terdapat perbedaan bermakna ekspresi Foxp3 peritumoral dengan respons terapi (p=0,114).
Kesimpulan: Ekspresi Foxp3 mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan hasil evaluasi respons pasca kemoradiasi karsinoma nasofaring.

Background: Nasopharyngeal carcinoma (NPC) is a carcinoma originating from the surface epithelium of the nasopharynx with a high incidence in Tiongkok and South Asia. NPC still become main health issue in Indonesia and the prognosis is reported to be poor due to suboptimal treatment because most of the patients (60-95%) are treated at an advanced stage. Currently, many research are developing on the tumor microenvironment that can be assessed by tumor infiltrating lymphochyte (TIL) which is associated with the treatment response in several tumors, including NPC. Some studies explore that TIL can be assessed with Foxp3. Foxp3 is known as a regulatory T cell (Treg) marker that plays a role in the immunoregulator environment of tumor cells and can be used as a prognostic factor. The relationship between Foxp3 expression and treatment response can be considered as one of the factors that influence the prognosis of NPC.
Aims: This study aims to determine the relationship between Foxp3 expression and treatment response of NPC.
Methods: An analytical study with a cross-sectional design on non-keratinizing NPC diagnosed at Anatomical Pathology Department of FKUI/RSCM during January 2018 until December 2020. The research sample was taken by consecutive sampling of cases that met the inclusion and did not include the exclusion criteria according to the calculation of the sample size for each group. Immunohistochemical examination using Foxp3 monoclonal antibody. Immunoexpression data were analyzed to determine its relationship with the treatment response of NPC.
Results: From 60 selected cases diagnosed with NPC, there were consisted of 40 male patients (66,7%) and 20 female patients (33,3%) with ratio 2:1. There was a significant difference in intratumoral Foxp3 expression with treatment response (p=0.01). There was no significant difference in peritumoral Foxp3 expression with treatment response (p=0.114).
Conclusion: Foxp3 expression had a statistically significant relationship with response therapy after chemoradiation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Kurnia
"Latar Belabog: Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan dengan
lcarakteristik epidemiologis khas. KNF relatif jarang di dunia dengan insidensi
rata-rata kurang dari I: 100.000, namun terdapat endemis pada populasi tertentu
termasuk Indonesia. KNF merupakan penyakit multifaktorial dimana limfosit T
diketahui berperan dalam patogenesisnya. Reseptor sel T (TCR) adalah molekul
pada permukaaan limfosit T yang penting untuk fungsi sel T.
Metode: Penelitian dilakukan dari bulan Mei-Juni 2010 dengan desain kasus
kontrol. Data penelitian didapatkan secara sekunder dari Departemen Biologi
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mencakup 50 kasus dan
50 kontrol yang diambil secara konsekutif di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Analisis polimorfisme gen TCR 13
dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Restriction Fragment
Length Polymorphism (RFLP) dengan enzim restriksi BgID. Hasil analisis RFLP
pada elektroforesis menunjukkan pita tunggal (229 pb) untuk alel A, dan dua pita
(142 pb dan 87 pb) untuk aiel B.
Basil: Dari 50 pasien KNF dan 50 kontrol sebat didapatkan frekuensi alotip A 37
% dan B 63 % pada kelompok KNF; A 26 % dan B 74 % pada kelompok kontrol.
Distribusi alotip antara kelompok kasus dan kontrol tidak berbeda bermakna (x2=
2,804, df= 1, P = 0,094, OR = 1,672, IK 95 % = 0,914-3,057). Namun demikian
frekuensi aiel A cenderung lebih tinggi pada penderita KNF.
Diskusi: Hasil pada penelitian dapat dipengaruhi oleb berbagai faktor yang
bersifat individual, pada satu individu terdapat berbagai faktor lain yang
mempengaruhi suseptibilitas individu terhadap KNF."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
S70367
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>