Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dan Mugisidi
Abstrak :
ABSTRAK
Karbon aktif dari tempurung kelapa dimodifikasi dengan menggunakan natrium asetat dengan konsentrasi 3%, 5%, 10%, 15%, 20% dan 30% dan dipergunakan pada kolom penyerapan untuk mempelajari penyerapan ion tembaga dan campuran ion- ion Cu, Ni dan Cr. Air limbah sintetis yang mengandung ion Cu(I1) diailirkan melalui karbon aktif tanpa modifikasi dan yang telah dimodifikasi. Penyerapan karbon alctif sebelum dan sesudah modifikasi mengikuti model kinetika Avrami. Karbon aktif tanpa modifikasi mampu menyerap hingga.20 mg ion Cu(II) dan hasil penyerapan yang tertinggi didapat dari karbon aktif yang dimoditikasi dengan menggunakan 15% nanium asetat yaim 45 mg inn Cu(ll) mu 2,2 kan dibandingkan dengan karbon aktif tanpa modifikasi. Setelah regenerasi dengan menggutamakan 20% NaOH, karbon aktif yang telah dimodifikasi mampu menyerap ion Cu(II) hingga mencapai 60 mg ion Cu(II) atau 3 kali karbon aktif yang tidak dimodifikasi. Pada penyerapan ion-ion campuran, karbon aktif yang telah dimodifikasi lebih selektif terhadap ion Cu(II) dan ion Cr(Vl) daripada terhadap ion Ni(ll`).
ABSTRACT
Activated carbon Hom coconut shell was modified with natrium acetate at concentrations of 3%, 5%, 10%, 15%, 20% and 30%, and used in a fixed-bed column to study the adsorption of copper and mixed Cu-Ni-Cr ions. Synthetic wastewater containing Cu(II) ions was passed through plain activated carbon and modified activated carbon. The adsorption of ion Cu(lI) onto activated carbon fit with Avrami kinetics model. Plain activated carbon was able to adsorb 20 mg of Cu(II), and the highest adsorption capacity was found for the activated carbon modified by treatment with 15% natrium acetate, which adsorbed 45 mg of .Cu(II) or 2.2 times as much as the plain activated carbon. After regeneration with 20% NaOH, activated carbon modified by treatment with 15% natrium acetate was able to adsorb 60 mg of Cu(II) or 3 times as much as the plain activated carbon. In the case ofa mixed ion solution, the absorbent was more selective for Cu(ll) and Cr(Vl) ions than Ni(Il) ions.
2007
D1232
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Firman Zailani
Abstrak :
Karbon aktif adalah padatan amorf yang memiliki luas permukaan internal dan volume pori yang sangat besar. Keunikan karakteristik ini berhubungan dengan sifatnya yang adsorptive terhadap zat adsorbat baik pada fasa cair maupun pada fasa gas. Karena sifat adsortifnya yang baik sehingga karbon aktif banyak digunakan untuk pengolahan limbah cair. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi distribusi ukuran pada karbon aktif (±20 mesh dan 30 mesh) terhadap kemampuan adsorpsi karbon aktif. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengontakkan secara langsung sampel dengan karbon aktif dengan cara mengalirkan sampel ke dalam buret. Sampel yang diambil sebanyak 6 buah di mana sampel pertama adalah kondisi awal dan sampel kedua sampai keenam diambil dalam rentang waktu 10 menit. Pada ukuran 20 mesh, waktu: 5 menit besarnya ion Fe yang terserap adalah 99.898% sedangkan pada ukuran 30 mesh mencapai 99.952% Persentase ion Fe terserap oleh karbon aktif dari larutan biner lebih rendah dibandingkan prosentase terserapnya dari larutan tunggal, karena pada penyerapan dari larutan biner terdapat persaingan penyerapan antara ion Fe dan Cr yang dipengaruhi sifat fisik dan kimia masing-masing adsorbat. Pada larutan tunggal prosentase ion Fe yang terserap 99-100% pada waktu 5-45 menit adsorpsi sedangkan pada larutan biner sebesar 34-82% pada rentang waktu yang sama.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41344
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randy Anggriany
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh karbon aktif berbahan dasar tempurung kelapa sawit dengan bahan pengaktif ZnCl2 terhadap penurunan konsentrasi gas CO serta penjernihan asap kebakaran. Proses aktivasi dilakukan secara kimia dan fisika. Karbonisasi dilakukan pada suhu 400oC selama 2 jam lalu dilanjutkan dengan aktivasi kimia dengan ZnCl2 dengan konsentrasi 25%. Aktivasi fisika dilakukan dengan mengalirkan gas N2 selama 1 jam pada suhu 850 ºC dan dilanjutkan dengan mengaliri gas CO2 selama 1 jam pada suhu 850 ºC. Penelitian ini menghasilkan karbon aktif yang memenuhi Standar Industri Indonesia dengan luas permukaan sebesar 743 m2/gram, kadar air 14,5%, dan kadar abu total 9,0%. Selain itu karbon aktif yang dihasilkan juga dapat diaplikasikan untuk mengadsorpsi gas CO dari hasil kebakaran dengan persen adsorpsi gas CO sebesar 11,3% pada ukuran partikel 50-37 μm. ......This research was conducted to determine the effect of activated carbon made from coconut palm with ZnCl2 as activating agent to decrease the concentration of CO gas and fire fumes purification. The activation process is done chemically and physically. Carbonization was carried out at 400oC for 2 hours and then followed by chemical activation with ZnCl2 at concentrations of 25%. Physical activation is done by flowing N2 gas for 1 hour at 850ºC and followed by flowing CO2 gas for 1 hour at 850ºC. This research produces activated carbon which follows Indonesian Industry Standard with surface area 743 m2/gram, water content 14.5%, and total ash content 9.0%. The activated carbon produced can also be applied to adsorb CO gas from the fire with the percent adsorption of CO gas by 11.3% in the particle size of 50-37 μm.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46908
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aria Ranaldo
Abstrak :
Pemisahan ion tembaga dengan karbon aktif modifikasi sodium asetat dan asetilaseton sudah dilakukan, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi karbon aktif terhadap ion Cu baik dengan sistem batch dan sistem kolom. Modifikasi dimulai dengan merendam 55 gr karbon aktif dengan 100 ml 0,6M sodium asetat dan 100 ml 0,6M asetilaseton selama 3 hari, setelah 3 hari karbon aktif dipisahkan dan dikeringkan pada suhu 500C selama 24 jam untuk modifikasi dengan sodium asetat sedangkan modifikasi asetilaseton dikeringkan pada suhu kamar selama 1 jam sebelum digunakan sebagai penyerap. Proses dilakukan dengan sistem kolom dengan berat sample 15 gr, debit 2 ml/mnt dan keluaran diambil setiap 7,5 menit, sistem batch dilakukan dengan berat sampel 3 gr dengan volume sampel 50 ml diaduk dengan kecepatan 300 rpm selama 20 menit. Modifikasi sodium asetat sistem kolom terjadi peningkatan kapasitas sebesar 47% dan sistem batch terjadi peningkatan sebesar 234% bila dibandingkan dengan yang tidak dimodifikasi, Modifikasi asetilaseton sistem kolom terjadi penurunan kapasitas sebesar 85% dan sistem batch terjadi peningkatan sebesar 8% bila dibandingkan dengan yang tidak dimodifikasi. Modifikasi sodium asetat sistem batch terjadi peningkatan kapasitas sebesar 209% bila dibandingkan dengan modifikasi asetilaseton, sedangkan pada sistem kolom terjadi peningkatan kapasitas sebesar 878%. ......The adsorption of copper ion by sodium acetate and acetylacetone modified active carbon had been conducted; the purpose of this research is to increase the active carbon?s copper ion adsorption capacity using batch system and column system. Modification is preceded with immersing 55gr active carbon with 100ml 0.6M sodium acetate and 100ml 0.6M acetylacetone for 3 days, after 3 days active carbon is separated and dried at 50oC for 24 hr for modification with sodium acetate; whereas, for modification with acetylacetone, active carbon is dried at room temperature for 1 hr before being used as adsorbent. Process was conducted using column system with sample weighing 15gr, flow rate 2ml/mnt and effluent was obtained every 7.5mnts; whereas, batch system was conducted with sample weighing 3gr, sample volume 50ml mixed with velocity 300rpm for 20mnts. Modification with sodium acetate resulted with increase in adsorption capacity as much as 47% using the column system and 234% using the batch system when comparing to the unmodified active carbon. Modification with acetylacetone resulted with decrease in adsorption capacity as much as 85% using column system and; however, increase in adsorption capacity as much as 8% using batch system when comparing to the unmodified active carbon. Modification with sodium acetate resulted with increase in adsorption capacity as much as 209% using batch system and 878% using column system when comparing to modification with acetylacetone.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latifah Hanum K.
Abstrak :
Limbah dari kegiatan Industri dan ruinah tangga dapat mengancam kelestarian lingkungan. Limbali dari industri tekstil merupakan salah satu industri yang mempunyai saham besar pada pencemaran lingkimgan. Ancaman iui dapat ditangguiangi dengan mengolah air linibah dengan pengolahan yang baik sebelum dibuang kesaluran uinmn. SaMi satu metode yang dapat dikembangkan dalain menangani masalah liinbah cair dan industri tekstil ini adalah dengan metode adsorpsi. Pada penelitian ini digunakan karbon aktif sebagai adsorben untuk inenyerap warna, bau dan zat-zat lain yang ada dalam limbah tekstil tersebut. Serbuk gergaji kayu jati yang dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan karbon aktif ini direndam dengan H3PO4 selama satu jam. Karbonisasi dilakukan pada suliu 170°C, setelah itu suhu dinaikkan lagi hingga 500°C. Karbon aktif yang dihasilkan keraudian dinetralisasi dengan cara pencucian beberapa kali dengan aquades hingga pH 6. Uji lod dan uji Metilen Biru dilakukan imtuk menguji kwalitas karbon aktif tersebut dibandingkan dengan karbon aktif standar. Karbon aktif yang telah dibuat tersebut kemudian dicoba untuk raenjernihkan limbah tekstil. Hasilnya sainpel limbah yang pada mulanya terlihat benvaraa biru, setelali diadsorpsi dengan karbon aktif tersebut terlihat berwama bening dan tidak berbau. Parameter yang digunakan untuk menguji apakali basil yang diperoleh telali memenulri standar adalah dengan uji kekerulian menggunakan alat turbidimeter dan mengukur COD. Kondisi optimum diperoleh dengan melakukan variasi konsentrasi karbon aktif dan variasi lama waktu kontak adsorben dengan adsorbatnya. Dengan menggunakan kondisi optimum pada penelitian Diana, Pembuatan Karbon Aktif dengan Aktivator Asam Fosfat dart Serbuk Gergaji Kayu Jati (Tectona Grandis ), Skripsi Sarjana Kimia ,2000 yaitu : - Waktu perendaman : 1 jam - Rasio asam fosfat dan serbuk gergaji; 1,5 (g:g) - Temperatur akliir ; 500°C Diperoleh karbon aktif yang memiliki karakter : - Bilangan lod ;795,663 mg/g - Bilangan Metilen biru: 230 niL/g sedangkan untuk karbon aktif merck diperoleh bilangan lod sebesar 869,265 mg/g. Pengolahan limbah tekstil yang dilakukan dengan cara adsorpsi menggunakan karbon aktif yang berasal dari serbuk kayu jati ini menghasilkan air yang bersih dan parameter yang diukur telah memenuhi standar baku rautu air limbah tekstil yang layak dibuang keperairan yaitu: - pH: 6,8-7 - Kekeruhan :8,13 NTU COD: 148,9664 mg/L - Wama:jemili Bau: tidak berbau.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistiyanto Nugroho
Abstrak :
ABSTRAK
Teknologi adsorpsi dengan memanfaatkan karbon aktif dapat digunakan dalam proses pengendaliau logam berat dalam limbah cair. Pada penelitian mengenai pengendalian kadar Cu dalam limbah cair, digunakan karbon aktif sebagai media adsorben karena memiliki beberapa keunggulan dalam hal struktur pori yang rncmberikan kapasitas penyerapan yang tinggi, bahan baku yang murah dan mudah diperoleh, serta dapat diregenerasi untuk beberapa lcali proses adsorpsi.

Proses adsorpsi karbon aktif terhadap larutan CuSO4 sebagai limbah Cu sintetik dilakukan pada sistem Batch. Dalam percobaan dilakukan beberapa macam variasi, yaitu ukuran danjumlah karbon aktif yang digunakan scrta beberapa macam konsentrasi awal larutan CuSO4, yaitu 50, 100, dan 250 mg/1. Dari proses adsorpsi yang dilakukan selarna 30 jam, diperoleh pola kuzva terobosan (brealdhrough curve) yang terjadi dalam waktu 2 jam pertama pross adsorpsi dan kesetimbangan adsorpsi tercapai bergantung pada konsentrasi awal larutan Cu, serta karbon aktif yang digunakan.

Dari hasil percobaan diperoleh bahwa karbon aktif yang berukuran 0,8 - 1 mm mempunyai kemampuan adsorpsi iebih besar dibandingkan dengan karbon aktif berukuran yang lebih besar, yaitu 1,4 - 1,7 mm. Agar kadar Cu limbah berada di bawah ambang batas I mg/l, lamanya proses adsorpsi dan jumlah kaxbon aktif yang dibutuhkan tergantung pada besamya konsentrasi awal dari limbah Cu.
2001
S49253
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edma Nadhif Oktariani
Abstrak :
Meningkatnya kebutuhan akan transportasi mengakibatkan meningkatnya pencemaran udara akibat emisi gas buang kendaraan bermotor dalam bentuk gas-gas berbahaya seperti karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon (HC). Untuk mengatasi ini, limbah sekam padi dipilih menjadi bahan baku pembuatan karbon aktif sebagai adsorben gas buang CO dan hidrokarbon karena mengandung selulosa yang tinggi. Metode aktivasi limbah sekam padi dilakukan malalui aktivasi kimia dan fisika. Aktivasi kimia menggunakan NaOH dan KOH sebagai activating agent sedangkan aktivasi fisika menggunakan N2. Karbon aktif hasil aktivasi kimia fisika ini akan dimodifikasi dengan MgO agar kapasitas adsorpsi dalam menyerap CO dan hidrokarbon dapat meningkat. Karakterisasi yang digunakan adalah uji bilangan iod, SEM, dan EDX. Dari uji bilangan iodin diperoleh luas permukaan karbon aktif teraktivasi kimia KOH 75% sebesar 1851,52 m2/g. Berikutnya, karbon aktif termodifikasi MgO diuji kapasitas adsorpsinya. Dari hasil uji emisi gas buang diperoleh karbon aktif dengan modifikasi MgO 1% memperoleh hasil terbaik dengan mampu mengadsorpsi gas CO sebesar 90,54% dan gas HC sebesar 62,84%. ......The increasing need for transportation causes problems. The biggest problem that arises from this is the catastrophic air pollution caused by motor vehicle exhaust in the form of dangerous gases such as carbon monoxide (CO) and hydrocarbons (HC). To overcome this, rice husk was chosen to be the raw material for making activated carbon as an adsorbent for CO exhaust gas and hydrocarbons due to its high cellulose content. The activating method of rice husk waste is carried out through chemical and physical activation. In this research, chemical activation used is NaOH and KOH as activating agents while physical activation uses N2. The activated carbon from chemical activation will be modified with MgO to increase the adsorption capacity to absorb CO and hydrocarbons. The characterization used is the iodine number test, SEM, and EDX. From the iodine test, the best surface area of activated carbon is obtained in physical-chemical activated carbon with 75% KOH, which is 1841,52 m2/g. Afterwards, activated carbon that has been modified withMgO is tested for its adsorption capacity. It is found that activated carbon with 1% MgO has the best adsorption capacity which capable of adsorbing CO and HC emissions 90,54% and 62,84% respectively.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Azmia Rizka Nafisah
Abstrak :
ABSTRAK
Gas emisi dari asap kendaraan bermotor merupakan contributor utama pada perubahan iklim dengan menyumbang total 14% emisi tiap tahunnya. Asap buangan kendaraan bermotor mengandung berbagai macam gas berbahaya, diantaranya adalah gas CO2 dan CO. Potensi yang paling besar untuk mengurangi polusi adalah dengan adsorpsi. Salah satu jenis adsorben yang menarik untuk dikembangkan adalah karbon aktif. Karbon aktif memiliki luas permukaan yang tinggi dan daya serap yang baik. Penggunaan karbon aktif komersial mulai ditinggalkan dan digantikan oleh karbon aktif berbahan baku biomassa. Salah satu limbah biomassa yang jumlahnya berlimpah di Indonesia adalah cangkang kelapa sawit. Dengan jumlah limbah sebanyak 4 ton pertahunnya, cangkang sawit dapat menjadi bahan baku alternatif untuk pembuatan karbon aktif. Salah satu tantangan yang dihadapi dalam pembuatan karbon aktif dari biomassa adalah struktur permukaannya yang tidak baik sehingga menurunkan kemampuan adsorpsinya. Untuk meningkatkan afinitas terhadap gas CO2 dan CO, dilakukan modifikasi menggunakan oksida logam MgO. Struktur kristal menjadi salah satu faktor penting yang menentukan kapasitas adsorpsi. Akan tetapi pengaruh perubahan struktur kristal karbon aktif modifikasi logam yang diwakili oleh d002 (lapisan aromatis), Lc (tinggi kristalit), dan La (diameter kristalit) terhadap adsorpsi emisi gas kendaraan bermotor belum banyak dikaji sehingga diperlukan analisa lebih mendalam mengenai hal ini. Pembuatan karbon aktif dilakukan dengan dua metode dan uij adsorpsi gas emisi dilakukan pada motor. Hasil penelitian menunjukkan karbon aktif yang dibuat menggunakan metode two-step menghasilkan struktur permukaan yang paling baik dengan nilai d002 sebesar 0.33 nm dan memiliki bilangan iodin sebesar 1168 mg/g. Penambahan MgO pada karbon aktif juga meningkatkan kemampuan penyerapan CO2 dan CO hingga 80%. Hasil karakterisasi menggunakan SEM menunjukkan pembentukan pori yang baik pada permukaan sehingga meningkatkan porositas dari karbon aktif. Kandungan utama dari karbon aktif adalah 80% karbon dibuktikan dari pengujian menggunakan EDX.
ABSTRACT
Gas emissions from motor vehicle are a major contributor to climate change by contributing a total of 14% of emissions annually. Motor vehicle exhaust contains various kinds of dangerous gases, including CO2 and CO gases. The best potential option for reducing pollution is using adsorption. One type of adsorbent that is interesting to be developed is activated carbon. Activated carbon has a high surface area and good adsorption capability. The use of commercial activated is replaced by activated carbon made from biomass. One of the abundant biomass wastes in Indonesia is the palm shell. With a total of 4 tons of waste per year, palm shells can be an alternative raw material for activated carbon producstion. One of the challenges faced in the activated carbon production from biomass is the ungood surface crystallite structure, thereby reducing the adsorption capability. To increase the affinity of CO2 and CO gases, a modification was carried out using a metal oxide, MgO. The crystallite structure is one important factor that determines the adsorption capacity. However, deeper analysis is needed in the crystalline structure modification represented by d002 (aromatic layer), Lc (crystallite height), and La (crystallite diameter) on the adsorption of motor vehicle gas emissions. The production activated carbon was carried out by two methods and the emission gas adsorption was carried out on the motorcycle. The results showed that activated carbon made using the two-step method produces the best surface structure with a d002 value of 0.33 nm and has an iodine number of 1168 mg/g. The impregnation of MgO to activated carbon also increases the ability to adsorb CO2 and CO up to 80%. The results of the characterization using SEM showed pore formation on the surface which increases the porosity of activated carbon. The main content of activated carbon is 80% carbon proven from EDX characterization.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Michael BM
Abstrak :
ABSTRAK
Karbon aktif merupakan bahan yang di kenal sebagai bahan adsorben untuk di gunakan pada sector industri pangan maupun non pangan. Selain itu, penggunaan karbon aktif sangat erat hubungannya dengan usaha perlindungan lingkungan. Semakin ketat pelaksanaan peraturan tentang perlindungan ini, maka pemakaian karbon aktif semakin meningkat.

Pemerintah DKI Jakarta telah mengeluarkan ketetapan baku mutu air minum. Ketetapan tersebut antara lain berisi tentang kandungan logam timbal maksimum yang diperbolehkan dalam air minum sebesar 0.01 mg/L. Sedangkan ?air PAM? yang tersedia memiliki kandungan timbal sebesar 2.3 mg/L. Menyadari hal tersebut, maka dimulailah penelitian mengurangi kadar timbal dalam ?air PAM? dengan karbon aktif granular melalui sistim kontinu.

Pada penelitian ini karbon aktif yang diguuakan dipanaskan terlebih dahulu pada temperatur 100 °C selama 24 jam, perlakuan ini dimaksud untuk memeperluas permukaan karbon aktif yang selanjutnya akan digunakan untuk mengadsorpsi timbal dari air.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakterisasi luas permukaan karbon aktif mengalami peningkatan pada saat sebelum aktivasi dan sesudah aktivasi yaitu sebesar 284 m²/gr menjadi 314.4 ml/gr.

Pada saat adsorpsi dengan vadasi waktu kontak didapat kondisi jenuh pada waktu kontak 10 menit disaat jam ke-16 dan pada waktu kontak 20 menit pada jam ke-10.

Untuk mendapatkan ?air PAM" dengan kandungan timbal sebesar 0.01 mg/L (sesuai dengan ketentuan baku mutu) akan di gunakan karbon aktif sebesar 0.061 gr/L air untuk waktu kontak 10 menit dengan Iaju alir sebesar 23.5 ml/menit, dan 0.029 gr/L air untuk waktu kontak 20 menit dengan Iaju alir 1 1.75 ml/menit.

Pada konsentrasi 312.3 untuk mendapatkan ?air PAM? dengan kandungan timbal sebesar 0.01 mg/L, maka diperlukan karbon aktif sebesar 480,44 gram untuk waktu kontak 10 menit dengan Iaju alir sebesar 23.5 ml/menit dan sebesar 227.02 gram untuk waktu kontak 20 menit dengan Iaju alir sebesar 11.75 ml/menit.
2000
S50848
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>