Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syariful Helmi S
Abstrak :
Ringkasan Eksekutif


Pengelolaan HTI sebagai salah satu sumber daya hutan yang menghasilkan bahan baku untuk industri harus mengacu pada kebijaksanaan pengelolaan hutan sebagai komponen lingkungan hidup, diharapkan terpadu dengan kebijaksanaan pembangunan sektor kehutanan. Industri hasil hutan harus mengoptimalkan pola produksi yang menghasilkan nilai tambah besar namun tetap mempertahankan aspek pengelolaan lingkungan hidup dengan diterapkannya eco-labelling.

Suatu HTI akan mempunyai kelayakan untuk dibangun dan diusahakan apabila jelas urgensi dan prospeknya. Oleh karena itu, keberhasilan program pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) Nasional berperan sangat strategis dalam upaya menjamin kesinambungan penyediaan bahan baku bagi industri perkayuan, khususnya industri pulp dan kertas di masa mendatang.

Kajian kelayakan pembangunan pabrik pulp terintegrasi dengan HTInya yang direncanakan oleh perusahaan kehutanan PT XYZ bekerjasama dengan BUMN Kehutanan berlokasi di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur dapat dikatakan layak dan dapat juga dikatakan tidak layak apabila dilihat dari sudut pandang yang berbeda terhadap parameter yang dikaji.

Apabila dikaji hanya dari faktor finansial maka pembangunan dan pengusahaan HTI dengan harga jual kayu HPH sebesar USD 22,7/m3 dan kayu HTI sebesar USD 20,9/m3 tidak dilayak diimplementasikan, karena nilai NPV pada discount rate biaya dana proyeknya (cost of capital) bernilai negatif. Besarnya biaya dana pembangunan HTI adalah 11,07 persen, dimana nilai NPV pada discount rate 11 persen adalah sebesar 1.768,6 juta, dan nilai NPV pada discount rate 12 persen sebesar 2.701,8 juta. Selain itu, nilai IRR proyek (10,65%) lebih kecil dari biaya dananya (11,07%) sehingga disimpulkan pembangunan dan pengusahaan HTI ini tidak layak apabila akan dilaksanakan.

Namun, mengingat adanya ketentuan apabila perusahaan baru akan mendirikan pabrik pulp harus terintegrasi dengan Hutan Tanaman Industri yang merupakan syarat perijinan yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, serta dengan tujuan agar pabrik dalam proses produksinya tidak menghadapi masalah pasokan bahan baku maka pembangunan dan pengusahaan HTI ini mutlak diperlukan.

Pertimbangan lain, adalah karena akan diterapkannya era labelling terhadap seluruh produk yang berbahan baku dari alam pada tahun 2000 nanti maka untuk mengantisipasi persyaratan tersebut, perusahaan yang akan mendirikan pabrik pulp oleh Departemen Kehutanan diwajibkan memiliki HPH dan HTI sebagai sumber pasokan bahan baku produksinya.

Kajian pembangunan dan pengusahaan HTI ini akan layak secara finansial apabila harga jual kayu minimal sebesar USD 25/m3 baik (untuk kayu HPH maupun kayu HTI. Harga jual kayu ini merupakan harga ketetapan yang diberikan oleh PT XYZ (pabrik) kepada PT SHS (perusahaan pengelola HTI) apabila pasokan kayu yang dihasilkan oleh PT SHS bersumber dari HTI yang dikelola berkesinambungan sebagaimana yang disepakati oleh kedua perusahaan yang bernaung di bawah group usaha yang sama.
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Magdalena Bertaria S.
Abstrak :

ABSTRAK
Peningkatan permintaan akan mempengaruhi perusahaan dalam mengambil keputusan. Ha! ini disebabkan kapasitas yang tersedia tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan yang meningkat sedangkan permintaan dari pelanggan harus tetap dipenuhi. Karenanya, perlu bagi perusahaan untuk memutuskan cara memenuhi permintaan tersebut, yaitu apakah tetap dibuat sendiri ataukah membeli dari subkontraktor yang merupakan mitra usaha perusahaan. Analisis untuk memutuskan hal itu disebut analisis keputusan buat atau beli (make or buy decision analysis)

Sebelum menganalisis, maka diperlukan pemilihan parts yang potensial untuk dianalisis. Pemilihan ini temtama berdasarkan proses permesinan dan jumiah komponen. Dalam hal ini dilakukan perhitungan kapasitas dan kebutuhan waktu proses sehingga diketahui mesin-mesin yang berbeban tinggi.

Parts yang dipiiih tersebut dihitung biayanya dan dibandingkan biaya pembelian dan pembuatan sehingga diketahui biaya yang diperlukan dalam mengambil keputusan.

Selain itu juga dilakukan metode peramalan untuk mengetahui berapa besar biaya yang dikeluarkan dari keputusan yang diambil untuk tahun yang akan datang, dan dipilih parts mana yang sangat potensial untuk tetap dibuat dan untuk dibeli dari subkontraktor berdasarkan keputusan ekonomis. Dari hasil perhitungan biaya tersebut, maka didapatkan kriteria-kriteria parts yang sebaiknya tetap diproduksi sendiri ataupun diproduksi subkontraktor.
1997
S36185
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library