Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Resti Mulya Sari
Abstrak :
Latar Belakang : Kanker ovarium merupakan penyebab kematian tertinggi pada kelompok kanker ginekologik dengan angka kekambuhan dua tahun sebesar 50%. Tujuan: mengetahui faktor yang berperan pada kekambuhan kanker ovarium. Metode : Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif dengan teknik analisis kesintasan untuk melihat peran faktor ekspresi Human Epidermal Receptor (HER-2), residu tumor post operasi, jenis subtipe sel kanker dan tingkat diferensiasi sel kanker terhadap kekambuhan kanker ovarium epitelial. Analisis bivariat menggunakan metode log rank test digunakan untuk menilai hubungan antara 2 variabel. Hasil Penelitian : Sebanyak 65 pasien kanker ovarium epitelial (tahun 1998-2012) yang telah remisi diamati selama 24 bulan. Terlihat bahwa median usia 50 tahun dengan proporsi kekambuhan sebesar 36,9% pasien dan mean waktu kekambuhan pertama 19,15 bulan. Volume residu tumor post operasi berukuran lebih dari 1 cm meningkatkan Rasio Hazard kekambuhan dua tahun pasien kanker ovarium epitelial, nilai p: 0,02 dan HR 3,31 (IK95% 1,46-7,49) sementara jenis subtipe histologi dan tingkat diferensiasi sel kanker tidak berhubungan dengan terjadinya kekambuhan ini. Satu dari 38 pasien memperlihatkan adanya cytoplasmic staining pada pemeriksaan ekspresi HER-2 dengan metode imunohistokimia. Simpulan : Volume residu tumor post operasi yang berukuran lebih dari 1 cm meningkatkan Rasio Hazard kekambuhan dua tahun pasien kanker ovarium epitelial, sementara jenis subtipe histologi dan tingkat diferensiasi sel kanker tidak berperan pada kekambuhan ini. Pada pemeriksaan ekspresi HER-2, menggunakan teknik imunohistokimia dilaporkan 1 sampel memperlihatkan cytoplasmic staining. ...... Background : Ovarian cancer was the leading cause of death in gynecologic cancer which had the two years recurrency rate of 50%. Aim : to know factors that influenced on epithelial ovarian cancer recurrency. Methods : We used retrospective cohort design with survival analysis technique for this study to examine the role of HER-2 expression, residual tumor post operation, cancer cell histological subtype and cancer cell grading on epithelial ovarian cancer recurrency. Bivariate analyze using log rank test methods were done to examine significance between two variables. Results : Sixty-five epithelial ovarian cancer patient (1998-2012) who had achieved remission were observed for 24 months. We reported median age of 50 years with recurrency rate of 36.9% and mean time of recurrency was 19,15 months. Volume of post surgery residual tumor more than 1 cm increase Hazard Ratio of two years recurrency of epithelial ovarian cancer, p value 0.02 and HR of 3.31 (95% CI 1.46-7.49) but histology subtype and cancer cell grading did not influence the recurrency. One of 38 patients showed cytoplasmic staining in HER-2 expression examination by imunohistochemistry methods. Conclusion : Volume of post surgery residual tumor more than 1 cm increase Hazard Ratio of two years recurrency of epithelial ovarian cancer while histology subtype and cancer cell grading did not influence the recurrency. One sample showed cytoplasmic staining on HER-2 examination by imunohistochemistry methods.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benedikta Diah Saraswati
Abstrak :
Kanker ovarium epitelial (EOC) merupakan kanker ginekologi paling mematikan yang salah satunya disebabkan karena progresivitasnya yang cepat. Berdasarkan tipe molekuler dan progresivitasnya, EOC dapat dibagi menjadi tipe high-grade dan low-grade. Pada tahapan karsinogenesis EOC seringkali melibatkan reaksi  inflamasi. Siklooksigenase‑2 diketahui berkontribusi pada progresivitas tumor dan dapat teraktivasi oleh jalur pensinyalan NF-κB . Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi varian genetik RELA rs11820062 dan PTGS2 rs20417 beserta ekspresi mRNA RELA dan PTGS2 di EOC pada pasien di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Indonesia. Adanya variasi RELA rs11820062 dan PTGS2 rs20417 diduga akan memengaruhi ekspresi mRNA RELA dan PTGS2. Penelitian ini menggunakan 65 sampel darah wanita normal dan total 80 biopsi ovarium dengan rincian: 15 kista ovarium sebagai kalibrator ekspresi, 36 EOC low-grade, dan 29 EOC high-grade. Distribusi genotipe dan alel dianalisis menggunakan ARMS PCR dan ekspresi mRNA menggunakan teknik qPCR. Tidak ditemukan perbedaan distribusi genotipe dan alel kedua varian antara kelompok normal dan EOC. Ekspresi mRNA RELA dan PTGS2 signifikan lebih tinggi pada kelompok EOC dibandingkan kelompok kista. Genotipe TT dari rs11820062 berkorelasi dengan ekspresi mRNA RELA yang lebih rendah pada EOC high-grade dan low-grade. Sedangkan genotipe PTGS2 rs20417 tidak berkorelasi dengan tingginya ekspresi mRNA PTGS2 pada EOC. Ekspresi RELA dan PTGS2 diketahui saling berkorelasi satu sama lain. ......Epithelial ovarian cancer (EOC) is the highest mortality type of gynecology cancer due to its progressivity. EOC can be divided based on its molecular type and progressivity into low-grade and high-grade EOC. Every step of EOC’s carcinogenesis is known to involve an inflammation reaction. Cyclooxygenase‑2 is one of the inflammatory factors contributing to tumor progression and can be activated by the NF-κB signaling pathway. Hence, we examined their distribution and correlation to RELA and PTGS2 mRNA expression in EOCs patients from Cipto Mangunkusumo Hospital, Indonesia. A total of 65 healthy subjects and 80 ovarian biopsies (15 ovarian cysts as expression calibrators, 36 low-grade EOC, and 29 high-grade EOC) were used in this study. The distribution of genotypes and alleles was analyzed using ARMS PCR and mRNA expression using the qPCR technique. There was no significant difference between genotype and allele distributions for both variants. Both genes’ mRNA relative expression was significantly higher in EOC than in ovarian cyst. RELA rs11820062 TT genotype is correlated with lower RELA mRNA relative expression in EOC. In contrast, PTGS2 rs20417 didn’t correlate with the considerably higher PTGS2 mRNA relative expression in EOC tissues. The increase of PTGS2 mRNA relative expression is known to correlate with RELA mRNA relative expression.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adithya Welladatika
Abstrak :
Latar Belakang: Kanker ovarium merupakan kanker kedelapan tersering, terhitung hampir 4% dari semua kanker pada perempuan di dunia. Kanker ovarium memiliki prognosis yang buruk dan angka kematian tertinggi. Setiap tahunnya terdapat 225.000 perempuan yang terdiagnosis kanker ovarium dan 140.000 perempuan meninggal disebabkan oleh penyakit ini. Berdasarkan jumlah tersebut, 90% kasus merupakan kanker ovarium epitelial. Bila berdasarkan stadium, lebih banyak pasien datang terdiagnosis dengan kanker ovarium stadium lanjut dibandingkan dengan stadium dini. Hal ini dikarenakan kanker ovarium bersifat asimtomatik, onset gejala yang terlambat dan belum adanya skrining yang terbukti efektif untuk kanker ovarium. Tujuan utama pengobatan kanker stadium lanjut adalah memperpanjang waktu untuk bertahan hidup dengan kualitas hidup yang baik dan tata laksana standarnya adalah operasi sitoreduksi. Di RSCM, evaluasi kesintasan dari pasien kanker ovarium epitelial stadium lanjut yang menjalani operasi sitoreduksi belum dianalisis.

Tujuan: Mengetahui kesintasan pasien kanker ovarium stadium lanjut yang menjalani operasi sitoreduksi di RSCM dan juga mengetahui kesintasannya berdasarkan hasil histopatologi dan pemberian kemoterapi ajuvan. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif dengan menggunakan data dari rekam medis. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling. Subjek penelitian adalah semua pasien kanker ovarium epitelial stadium lanjut yang menjalani operasi sitoreduksi pada bulan Januari 2013-Januari 2015 di RSCM.

Hasil: Dari 48 subjek yang diteliti, didapatkan sebanyak 23 (48%) subjek menjalani operasi sitoreduksi optimal dan 25 (52%) subjek menjalani operasi sitoreduksi suboptimal. Didapatkan kesintasan 5 tahun pada pasien yang menjalani operasi sitoreduksi optimal sebesar 43,5%, sedangkan untuk sitoreduksi suboptimal sebesar 32%. Pada pasien yang menjalani operasi sitoreduksi optimal, yang diberikan kemoterapi ajuvan didapatkan kesintasan 5 tahun sebesar 40%, sedangkan pada pasien yang tidak diberikan sebesar 46,2%. Pada pasien yang menjalani operasi sitoreduksi suboptimal, yang diberikan kemoterapi ajuvan didapatkan kesintasan 5 tahun sebesar 40%, sedangkan pada pasien yang tidak diberikan sebesar 20%. Pada pasien dengan hasil histopatologi seromusinosum didapatkan kesintasan 5 tahun sebesar 100%, sedangkan untuk serosa, musinosa, endometrioid dan sel jernih berturut-turut sebesar 50%, 33,3%, 25%, dan 21,4%.

Kesimpulan: Operasi sitoreduksi optimal memiliki kesintasan 5 tahun yang lebih baik dibandingkan dengan operasi sitoreduksi suboptimal. Operasi sitoreduksi suboptimal dan tidak dilanjutkan dengan pemberian kemoterapi ajuvan memiliki kesintasan yang buruk. Jenis histopatologi seromusinosum memiliki kesintasan yang lebih baik dibandingkan dengan jenis serosum, musinosum, endometrioid dan sel jernih. ......Background: Ovarian cancer is the eighth most common cancer, almost 4% of all cancers in women in the world. Ovarian cancer has a poor prognosis and the highest mortality rate. Every year 225,000 women are diagnosed with ovarian cancer and 140,000 women die from this disease. Based on this number, 90% of cases are epithelial ovarian cancer. Based on stadium, more patients diagnosed with advanced-stage ovarian cancer compared with early stage, because ovarian cancer is asymptomatic, delayed onset and there is no screening that has proven effective for ovarian cancer. The standard management for advanced stage ovarian cancer is debulking surgery. At RSCM, evaluation of survival of advanced stage epithelial ovarian cancer patients who were performed debulking surgery has not been analyzed.

Objective: Knowing the survival of patients with advanced-stage ovarian cancer who underwent debulking surgery at RSCM and also knowing their survival based on histopathological results and adjuvant chemotherapy. Methods: This was a retrospective cohort study using data from medical records. Sampling was done by consecutive sampling. The subjects of this study were all patients with advanced-stage epithelial ovarian cancer patients who were performed debulking surgery in January 2013-January 2015 at RSCM.

Results: From the 48 subjects, 23 (48%) subjects were performed optimal debulking surgery and 25 (52%) subjects were performed suboptimal debulking surgery. Overall survival in patients undergoing optimal debulking surgery is 43.5% with a median survival rate of 39 months, while for suboptimal debulking surgery is 32% with a median survival rate of 29 months. In patients who underwent optimal cytoreduction surgery, those given adjuvant chemotherapy obtained a overall survival is 40%, whereas in patients who were not given is 46.2%. In patients who underwent suboptimal cytoreduction surgery, those who were given adjuvant chemotherapy found a overall survival rate of 40%, whereas in patients who were not given is 20%. In patients with histopathological results seromucinous obtained 5-year survival by 100%, while for serous, mucous, endometrioid and clear cells simultaneously were 50%, 33.3%, 25%, and 21.4%.

Conclusion: Optimal debulking surgery has a better 5-year survival compared to suboptimal debulking surgery. Suboptimal cytoreduction surgery and not followed by adjuvant chemotherapy has poor survival. The histopathological type of seromucinous has better survival compared with the types of serous, mucinous, endometrioid and clear cells.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ubiet Junita Sari
Abstrak :
Kanker Ovarium merupakan salah satu dari tiga keganasan kanker ginckologi yang paling sering ditemukan pada alat genitalia wanita selain kanker serviks dan kanker uterus. lnsidens rata-rata kanker ovarium diperkirakan 15 kasus baru per 100 ribu populasi wanita daiam setahunnya. Di AS kanker ovarium merupakan penyebab kematian kanker urutan kelima pada wanita setelah kanker paru, kanker payudara, kanker kolorektal dan kankcr pankreas, Sedangkan di Indonesia merupakan penyebab kematian kedua karena keganasan akibat kanker ginekologik pada wanita setelah kanker serviks. 70% dari penderita kanker ovarium diperkirakan akan meninggal dengan angka ketahanan hidup 3 tahun sebesar 54% dan 5 tahun sebesar 44%. Penilaian angka ketahanan hidup umumnya digunakan untuk mengevaluasi pengaruh faktor prognosis terhadap ketahanan hidup penderita. Analisis yang dapat digunakan untuk menghitung angka ketahanan hidup adalah dengan metode Life table dan Kaplan Meier, untuk menilai pengaruh faktor prognosis terhadap risiko kematian penderita kankcr ovarium epitelial digunakan dengan metode regresi Cox. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh stadium kanker terhadap angka ketahanan hidup 3 tahun dan 5 tahun penderita kanker ovarium epitelial, dan penilaian pada variabel lain yaitu jenis histologi, derajat ditérensiasi sel, residual tumor, umur saat didiagnosa, asites, status perkawinan, keadaan umum setelah operasi, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan status pengobatan yang mempengaruhi hubungan antara stadium kanker dengan ketahanan hidup. Penelitian mempakan studi kohort retrospektif dengan menggunakan data sekunder dari rekam medik penderita kunker ovarium epitelial. Terdapat dua analisis ketahanan hidup yaitu ketahanan hidup 5 tahun untuk penderita yang didiagnosa dan menyelesaikan pengobatan pada 1993 sampai mei 2003 sebanyak 84 pendcrita dan 3 tahun untuk penderita yang didiagnosa dan menyelesaikan pengobatan pada i993 sampai mei 2005 sebanyak II6 penderita. Pengumpulan data melalui observasi rekam medik dan penelusuran melalui telepon. Hasil penelitian memperlihatkan secara keseluruhan angka ketahanan hidup 5 tahun sebesar 39% dan ketahanan hidup 3 tahun adalah 51%. Ada perbedaan yang bermakna secara statistik pada ketahanan hidup 3 tahun dan 5 tahun penderita dengan stadium awal (I-II) dengan stadium lanjut (III-IV) dcngan p=0,0007 dan p=0,0001. Angka ketahanan hidup 3 tahun pada stadium awal sebesar 83% dan stadium Ianjut sebesar 37%. Angka kctahanan hidup 5 tahun pada stadium awal sebesar 74% dan stadium Ianjut sebcsar 15%. Ada perbedaan bennakna pada probabilitas kctahanan hidup 3 tahun dan 5 tahun penderita kanker ovarium epiteiial dengan residual tumor < 2 cm dengan 2 2 cm dengan p=0,0003 dan p=0,0437. Risiko kematian 3 tahun penderita kankcr ovarium epitclia! dengan stadium lanjut 5 kali (95% Cl 1,76-14,22) dibandingkan stadium awal sebelum memperhitungkan variabel kovariat. Sctclah memperhitungkan variahcl derajat diferensiasi sel, residual tumor, umur saat didiagnosa, asites, dan status pengobatan risiko kernatian stadium lanjut scbcsar 5,09 kali (l,6\-|6,I0) dibanding stadium awal. Pada saat setelah mempcrhitungkan variabel jenis histologi dan status pengobatan risiko kematian nya adalah 4,47 kali (95% CI 1,50-13,37) dibanding stadium awal. Risiko kematian 5 tahun penderita kanker ovarium epitelial dcngan stadium Ianjut 5,84 kali (95% Cl 2,l8~i5,59) dibandingkan stadium awal sebelum memperhitungkan variabel kovariat. Setelah mempcrhitungkan variabel derajat diferensiasi sel, residual tumor, umur saat didiagnosa, asites, dan status penobatan risiko kematian stadium lanjut sebesar 4,02 kali (95% Cl 1,24-l2,99) dibanding stadium awal. Pada saat setelah memperhitungkan variabel jenis histologi dan status pengobatan risiko kematian nya adalah 4,68 kali (95% CI 1,53-l4,28) dibanding stadium awal. ......Ovaries cancer is one of three kind of gynecologncal cancers that mostly found on women genitalia, beside cervical and uterus cancers. the average incidence of the ovaries cancer is estimated around 15 new cases of l00 thousand women per year. ln the US, the ovaries cancer is the tifth of cause death by cancer on women. after lung, breast, colorectal and pancreatic cancers. Meanwhile, in lndonesia, ovaries cancer is causing death number two for gynecological cancer in women, after cervical cancer. Seventy percents of patients with ovaries cancer is estimated will bc death with the survival rate for 3 years is 54% and tbr 5 years is 44% respectively. The assessment on survival rate is usually use for evaluating the effect of prognosis factors on the patients survivorship. Analysis that can he use for calculating the survival rate is Life Table and Kaplan Meier methods, and to assess the eflect of prognosis factors to death risk of patients with epithelial ovaries cancer is using the Cox Regression. The aim ofthe study is to tind out the effect of cancer stadium on the survival rate at 3 and 5 years of patients with epithelial ovaries cancer, and assessments toward variables that influenced the correlation between cancer stadium and survival, namely: histology types, degree of cells differentiation, tumor residual, age of diagnosed, peritoneal fluid accumulation (ascites), marital status, post-surgery general condition, education, occupation, and medication received. The study applies a retrospective cohort design, using a secondary data on medical records of patients with epithelial ovaries cancer. There two analyses of survival, the 5 years on survival ol' patients diagnosed and finished the medication from |993 until May 2003, account for 84 patients, and the 3 years on survival of patient diagnosed and complete medication from 1993 to May 2005, comprise 116 patients. Data are collected through the observation on medical records and searched by phone. The study revealed that in overall, the suwi val rate of 3 years and 5 years are 5 l% and 39%. It is also found a statistically significant on 3 years and 5 years of survival of patients at beginning stadium (l-ll) and advance stadium (lil-IV) with P-value on 0.0007 and 0.000l. While the survival rate of 3 years at beginning stadium is 83% and at advance stadium is 37%, the survival rate of 5 years at beginning stadium is 74% and at advance stadium is 15%. A significant probability on survival of 3 and 5 years is found between tumor residual less than 2 cm and 3 2 cm, with P-value 0.0003 and O.437. Three years death risk of patients with epithelial ovaries cancer at advance stadium is 5 times (95% Cl; 1.76-14.22) compare to those at beginning stadium, before adjusted by its covariate variables. Alter adjusted with variables of cells differentiation, tumor residual, age of diagnosed, ascites, and medication status, then the death risk at advance stadium is 5.09 times (95% Cl: l.6l-l6.l0) compare to beginning stadium. When adjusted with variables of histology types and medication status, thc death risk at advance stadium is lower to 4.47 times (95% Cl: 1.50-l3.37) compare to beginning stadium. Of 5 years death risk for patients with epithelial ovaries cancer at advance stadium is 5.84 times (95% Cl: 2.l8-l5.59) compare to beginning stadium, before adjusted with its covariate variables. After adjusted with variables of cells diliercntiation, tumor residual, age of diagnosed, ascites, and medication status, then the death risk at advance stadium is lower to 4.02 times (95% CI: 1.24-l2_99) compare to beginning stadium, but the death risk is increase again when adjusted with variables of histology types and medication status, to 4.68 times (95% Cl: 1.53-l4.28) compare to beginning stadium.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T32358
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Loho, Ditha Adriana
Abstrak :
Latar Belakang: Kanker ovarium merupakan kanker yang menduduki peringkat kedelapan untuk angka kejadian dan peringkat ketujuh untuk mortalitas pada perempuan di seluruh dunia. Mayoritas pasien akan mengalami rekurensi, terutama pada tiga tahun pertama setelah terapi. Terdapat beragam faktor prognostik klinikopatologis yang mempengaruhi luaran dan rekurensi kanker ovarium, namun hasil penelitian yang telah ada menunjukkan hasil yang tidak konsisten mengenai pengaruh faktor-faktor tersebut. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah mempelajari kejadian rekurensi 3 tahun pasien kanker ovarium epitelial di RSCM dan faktor klinikopatologis yang mempengaruhinya. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif pada 102 pasien yang menjalani terapi untuk kanker ovarium epitelial di RSCM. Dilakukan pemantauan hingga 3 tahun pasca terapi atau hingga terjadi rekurensi yang didapatkan secara klinis atau radiologis. Dilakukan analisis kesintasan terhadap faktor klinikopatologis yaitu usia, stadium, keberhasilan sitoreduksi, sitologi asites, histopatologi, derajat diferensiasi dan keterlibatan KGB. Faktor yang didapatkan memiliki hubungan bermakna dengan kejadian rekurensi kemudian dianalisis dengan metode regresi Cox. Hasil: Pada penelitian ini didapatkan bahwa rekurensi kanker ovarium epitelial di RSCM pada 1 tahun adalah 17,7%, pada 2 tahun adalah 30,6%, dan pada 3 tahun adalah 36,3%. Median waktu hingga rekurensi adalah 94 minggu. Analisis kesintasan menunjukkan bahwa usia, histopatologi dan derajat diferensiasi tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian rekurensi 3 tahun. Di sisi lain, didapatkan bahwa stadium berdasarkan FIGO, keberhasilan operasi sitoreduksi, sitologi asites dan keterlibatan KGB memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian rekurensi 3 tahun. Setelah dilakukan analisis multivariat, keterlibatan KGB ditemukan sebagai faktor prognostik terhadap kejadian rekurensi 3 tahun pada kanker ovarium epitelial dengan hazard ratio 3,066 (IK 95% 1,186-7,923). Kesimpulan: Angka kejadian rekurensi 3 tahun untuk kanker ovarium epitelial adalah 36,3%. Faktor klinikopatologis yang mempengaruhi rekurensi adalah stadium, keberhasilan operasi sitoreduksi, sitologi asites, dan keterlibatan KGB. ......Background: Ovarian cancer is a cancer that ranks eighth for the incidence and ranks seventh for mortality in women around the world. The majority of patients will experience recurrence, especially in the first three years after therapy. There are a variety of clinopathologic prognostic factors that influence the outcome and recurrence of ovarian cancer, but the results of existing studies show inconsistent results regarding the influence of these factors. Objective: The purpose of this study was to study the 3-year recurrence rate of epithelial ovarian cancer patients in Cipto Mangunkusumo Hospital and the influencing clinicopathologic factors. Methods: This study was a retrospective cohort study of 102 patients undergoing treatment for epithelial ovarian cancer in the RSCM. Monitoring is carried out up to 3 years after therapy or until recurrences are obtained clinically or radiologically. Survival analysis of the clinicopathologic factors including age, stage, success of cytoreduction, ascites cytology, histopathology, degree of differentiation and involvement of lymph node was performed. The factors which were found to have a significant relationship with the recurrence event were then analyzed using the Cox regression method. Results: In this study it was found that the recurrence of epithelial ovarian cancer in the RSCM at 1 year was 17.7%, at 2 years was 30.6%, and at 3 years was 36.3%. The median time to recurrence is 94 weeks. Survival analysis showed that age, histopathology and degree of differentiation did not have a significant relationship with the incidence of recurrence at 3 years. Conversely, it was found that stage based on FIGO, successful cytoreductive surgery, ascites cytology and lymph node involvement had a significant relationship with the incidence of recurrence at 3 years. After multivariate analysis, lymph node involvement was found as a prognostic factor for the incidence of 3-year recurrence in epithelial ovarian cancer with a hazard ratio of 3.066 (95% CI 1.186-7.923). Conclusion: The 3-year recurrence rate for epithelial ovarian cancer is 36.3%. Clinicopathologic factors that influence recurrence are stage, success of cytoreductive surgery, ascites cytology, and lymph node involvement.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Johan Ricardo
Abstrak :
Latar Belakang: Kanker ovarium epitelial merupakan jenis keganasan ovarium yang paling sering ditemukan dan bersifat agresif. Upaya melakukan deteksi dini dilakukan dengan pemeriksaan ginekologi, dikombinasi dengan pemeriksaan ultrasonografi, advanced imaging (CT-Scan, MRI) dan pemeriksaan kadar serum CA-125, namun untuk menentukan diagnosis pasti diperlukan pemeriksaan histopatologi. Tujuan: Membandingkan temuan metastasis kelenjar getah bening pada advanced imaging (CT-Scan, MRI) dengan histopatologi pada kasus kanker ovarium epitelial.dan menentukan rentang waktu antara dilakukkan advanced imaging dengan tindakan operasi. Metode: Penelitian ini bersifat kohort retrospektif. Sampel penelitian adalah pasien dengan riwayat kanker ovarium epitelial stadium awal yang sudah dilakukan limfadenektomi di RSCM pada tahun 2017-2022 dengan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data melalui data sekunder. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji Mc Nemar atau Kappa. Hasil: Dari karakteristik didapatkan usia rata-rata 48 tahun, paling banyak dengan jenis clear cell carcinoma (36.7%), dan ditemukan paling banyak pada ovarium kanan (43.3%). Hasil advanced imaging tidak memiliki nilai kesepakatan yang berarti dengan hasil histopatologi (Kappa value -0.01, p >0.05). Hasil paling banyak ditemukan metastasis di pelvis kiri. Rentang waktu dilakukannya operasi setelah pemeriksaan advanced imaging, paling banyak dalam waktu kurang dari 3 bulan (50.0%). Kesimpulan: Semakin cepat waktu dilakukan tindakan operasi semakin tinggi survival rate. Tidak ada hubungan yang signifikan antara ditemukannya limfadenopati pada advanced imaging dan histopatologi. ...... Background: Epithelial ovarian cancer is the most common and aggressive type of ovarian malignancy. Efforts aimed at early detection are gynecological examination, combined with ultrasound examination, advanced imaging (CT-Scan, MRI) and CA-125 levels, but to determine a definite diagnosis a histopathological examination is needed. Objective: To compare the findings of lymph node metastases on advanced imaging (CT-Scan, MRI) with histopathology in cases of epithelial ovarian cancer. And to determine the time interval between advanced imaging and surgery. Methods: This study used a retrospective cohort. The sample of the study was patients with a history of early-stage epithelial ovarian cancer who had undergone lymphadenectomy at RSCM in 2017-2022 by consecutive sampling technique. Data collection through secondary data. Data were analyzed univariately and bivariately with the Mc Nemar or Kappa test. Results: The features revealed that the average age was 48 years, that clear cell carcinoma was the most prevalent form (36.7%), and that it was most frequently discovered in the right ovary (43.3%). According to the study's findings, there was no significant correlation between the outcomes of advanced imaging and those of histopathology (Kappa value: -0.01, p >0.05). The results showed that most metastases were found in the left pelvis. This study evaluated the length of surgery following enhanced imaging test revealed that 50% of patients underwent surgery in less than three months on average. Conclusion: The difference between preoperative and intraoperative findings will be minimized if surgery is conducted early. There was no significant correlation between lymphadenopathy findings on advanced imaging and histopathology.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library