Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dimar Kartika Listiyanti
Abstrak :
Jugun ianfu adalah istilah bagi perempuan yang dijadikan perempuan penghibur oleh tentara Jepang, lalu ditempatkan pada suatu rumah hiburan militer Jepang. Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, banyak diantara perempuan-perempuan ini yang merasakan ketidakadilan dari tentara Jepang. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini terfokus pada ketidakadilan gender yang dialami oleh jugun ianfu sebagai akibat dari konstruksi perempuan sebagai "other". Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan bentuk deskriptif yang bertujuan untuk menguraikan karakteristik atau sifat-sifat tentang suatu keadaan pada waktu tertentu yang meliputi pengumpulan informasi melalui berbagai dokumen dan sumber data yang lain. Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan dan wawancara dengan sumber yang mengerti mengenai masalah jugun ianfu. Sedangkan analisis dilakukan dengan teori dari Simone de Beauvoir. Dari analisis berdasarkan teori Simone de Beauvoir, disimpulkan bahwa: 1) perempuan jugun ianfu mengalami ketidakadilan gender dari tentara Jepang; 2) ketidakadilan gender tersebut meliputi marginalisasi, subordinasi, stereotip, violence, dan doubleburden; 3) ketidakadilan gender yang dialami oleh perempuan jugun ianfumerupakan akibat dari konstruksi perempuan sebagai "other".
Jugun ianfu is a term for woman who served to comfort the Japanese soldier in the Japanese military brothel houses. During the Japanese occupation in Indonesia, many women of jugun ianfu felt that they had been treated unfairly by the Japanese army. The focus of this study is the gender bias experienced by jugun ianfu resulting from a social construction that stated women as the "other". This study is a qualitative research using analytical descriptive method. The data were collected by literature study and interviews with people who are credible in jugun ianfu issue. The Analysis was made using the theory presented by Simone de Beauvoir. The conclusion of this study are: 1) jugun ianfu experienced gender bias fromJapanese army; 2) the gender bias comprises marginalization, subordination, stereotype, violence, and double burden; 3) the gender bias experienced by jugun ianfu was the result from the social construct that states women as the "other".
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S13544
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Weni Mayendri
Abstrak :
Tesis ini membahas suara perempuan dalam dua novel bertemakan jugun ianfu yang berjudul Jugun Ianfu Jangan Panggil Aku Miyako (2015) dan Momoye Mereka Memanggilku (2007). Analisis kedua novel menggunakan konsep gender (Millet 1970), teori objektifikasi perempuan (Nussbaum 1995, Langton 2009, Fredrickson dan Roberts 1997), serta konsep agensi (Davidson 2017). Teks bertemakan jugun ianfu merupakan wadah untuk mengungkap objektifikasi perempuan yang dilakukan oleh Jepang di negara jajahan. Melalui tokoh-tokoh perempuan yang dihadirkan, teks juga mengungkapkan bahwa objektifikasi perempuan dan perbudakan seksual tidak hanya dilakukan oleh para penjajah, akan tetapi juga masyarakat. Selain pemerkosaan, para budak juga harus menghadapi pandangan rendah masyarakat, rasa berdosa, trauma, serta cacat fisik yang berkepanjangan. Selain, membahas perbudakan kedua teks juga membahas perjuangan para budak seksual menghadapi dan melawan semua bentuk objektifikasi; penolakan, pertarungan fisik, keikutsertaan dalam perang gerilyawan, serta perjuangan untuk bertahan hidup setelah kemeredekaan. Akan tetapi, teks-teks ini juga bisa ditunggangi ide-ide patriarki dalam bentuk pemakluman dan romantisasi perbudakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kedua teks menghadirkan suara perempuan yang bertolakbelakang dalam mengungkap permasalahan jugun ianfu, meskipun keduanya seharusnya menjadi wadah untuk menyuarakan perjuangan para mantan budak seksual. ......This thesis discusses women’s voices in two novels with the theme of jugun ianfu, entitled Jugun Ianfu Jangan Panggil Aku Miyako (2015) and Momoye Mereka Memanggilku (2007). The analysis of the two novels uses the concept of gender (Millet 1970), the theory of woman objectification (Nussbaum 1995, Langton 2009, Fredrickson and Roberts 1997), and the concept of agency (Davidson 2017). The text with the theme of jugun ianfu is a forum to reveal the objectification of women carried out by Japan in colonial countries. Through the female characters presented, the text also reveals that the objectification of women and sexual slavery was not only done by the colonizers, but also by the community. In addition to rape, slaves also had to face society's low views, guilt, trauma, and prolonged physical disabilities. Apart from discussing slavery, the two texts also discuss the struggles of sexual slaves against all forms of objectification; rejection, physical struggle, participation in guerrilla warfare, and the struggle for survival after independence. However, these texts can also be ridden with patriarchal ideas in the form of proclamation and romanticize of slavery. The results of the study show that both texts present contradictory female voices in revealing the problems of jugun ianfu, even though both are supposed to be a forum for voicing the struggles of former sexual slaves.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Nabila Hayanto
Abstrak :
ABSTRAK
Comfort women merupakan para wanita yang dipaksa untuk menjadi budak seks untuk tentara Jepang pada masa Perang Dunia II. Mayoritas dari comfort women adalah wanita Korea, sehingga perlakuan kejam Jepang terhadap comfort women meninggalkan luka mendalam pada masyarakat Korea. Jepang terus menerus melakukan historical revisionism dalam bentuk penyangkalan dan pengubahan sejarah untuk keterlibatannya dalam perekrutan comfort women. Hal ini menimbulkan kemarahan pada masyarakat Korea Selatan dan membuat hubungan Jepang dengan Korea Selatan menjadi tegang. Penelitian ini akan membahas tentang historical revisionism pada isu comfort women di Jepang serta menganalisis pengaruh historical revisionism dalam hubungan Jepang dan Korea Selatan.
ABSTRACT
Comfort women are women that are forced to sexual slavery for the Japanese soldiers during World War II. The majority of these women were Korean women. Japan has been doing historical revisionism in the form of denying and changing the facts of history to cover up its involvement in the forced recruitment of comfort women. This movement evokes the anger of the South Koreans and put a strain on Japan-South Korean relations. This research aims to explain historical revisionism in Japan as well as its impact on Japan and South Korea relations.
2016
S65843
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library