Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dimas Agung Prasetyo
Abstrak :
Penerapan Internet of Things di sektor perkotaan di Indonesia sudah meluas dengan semakin bermunculannya Smart City di berbagai kota di Indonesia, dengan Jakarta Smart City adalah salah satunya. Pengukuran QoE layanan berbasis Internet of Things di Jakarta Smart City belum pernah dilakukan padahal operasional layanan belum tentu menjamin tingkat kepuasan sesuai dengan yang diharapkan oleh penggunanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur QoE layanan berbasis Internet of Things di Jakarta Smart City. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei kepada enam Dinas/SKPD maupun BUMD di Jakarta Smart City yang telah menerapkan Internet of Things dalam layanan mereka. Hasil pengukuran QoE Internet of Things melaporkan bahwa nilai rata-rata untuk parameter non-fungsional berkisar pada rentang nilai 1.58 hingga 2.06 dan untuk parameter fungsional berkisar pada rentang 0.6 hingga 2.75 yang berarti bahwa layanan berbasis Internet of Things memberikan pengalaman yang lebih baik dan bahkan sangat baik kepada pengguna dibandingkan sebelum menggunakan Internet of Things. Seluruh hasil pengukuran QoE Internet of Things memberikan hasil positif yang memberikan kesimpulan bahwa Internet of Things berhasil diterapkan di Jakarta Smart City. ......The application of the Internet of Things in the urban sector in Indonesia has expanded with the emergence of Smart City in various cities in Indonesia, with Jakarta Smart City is one of them. QoE measurement of the Internet of Things Services in Jakarta Smart City has never been done even though service operations do not necessarily guarantee the level of satisfaction as expected by its users. This research aims to measure Internet of Things based services in Jakarta Smart City. Data collection was conducted by surveying six Dinas/SKPD and BUMD in Jakarta Smart City that had implemented the Internet of Things in their services. The results of the QoE Internet of Things report that the mean values for non-functional parameters range from 1.58 to 2.06 and for functional parameters range from 0.6 to 2.75 which means that Internet of Things-based services provide a better and very good experience to users compared to before using the Internet of Things. All the results of the QoE Internet of Things measurements gave positive results which gave the conclusion that the Internet of Things was successfully implemented in Jakarta Smart City.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54146
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Dyahagitha Kusumawardhani
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai perkenalan program e-government yang dilakukan pemerintah kepada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Humas Pemprov DKI Jakarta dalam menyosialisasikan Program Jakarta Smart City serta mengetahui pendapat dari masyarakat Jakarta mengenai program ini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang menggunakan metode wawancara mendalam kepada informan sebagai metode pengambilan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Humas Pemprov DKI Jakarta berperan sebagai back-up management dalam sosialisasi Jakarta Smart City sesuai tugas dan fungsinya. Penelitian ini menyarankan bahwa humas memiliki peran penting dalam sosialisasi sehingga humas diperlukan untuk dapat memberikan saran kepada pembuat kebijakan. Selain itu, humas perlu menggunakan media, baik konvensional maupun internet, yang lebih beragam agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. ......This thesis discuss about introduction of e-government program held by the government for the citizens. The purpose of this research is to know the role of DKI Jakarta Provincial Government Public Relations on the socialization of Jakarta Smart City Program and to know the opinion of the Jakarta citizens regarding this program. This research is a descriptive qualitative research using in-depth interview on the informants as the method in collecting data. The result of this research shows that DKI Jakarta Provincial Government Public Relations have done a good role as back-up management in socialization Jakarta Smart City according to their duties and functions. This research suggests that public relations have an important role in socialization so that public relations have to be able to give recommendations to the policy makers. Furthermore, public relations need to use various types of media, whether conventional or Internet, in order to reach the whole citizens.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S63218
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Saefurrahman
Abstrak :
Fenomena VUCA merupakan suatu tantangan baru bagi sektor pemerintah. Untuk menghadapi tantangan tersebut diperlukan manajemen organisasi baru yang disebut sebagai konsep agile, pada sektor pemerintah disebut dengan agile government. Untuk dapat menerapkan konsep tersebut, organisasi sektor pemerintah memerlukan beberapa pendekatan pendukung, salah satunya yaitu agile human resource management. Jakarta Smart City merupakan salah satu organisasi sektor pemerintah yang bergerak dalam pengembang smart city kota Jakarta yang menerapkan konsep agile. Jakarta Smart City terdiri dari 17 pegawai ASN dan 200 Tenaga Ahli, juga memiliki status sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) membuat Jakarta Smart City fleksibel dalam melakukan manajemen sumber daya manusia, oleh karena itu peneliti tertarik melihat praktik agile human resource management pada Jakarta Smart City. Penelitian ini menggunakan teori agile human resource management dari Ranasinghe & Sangaradeniya (2021) yang memiliki enam dimensi yaitu agile recruitment, agile performance management, agile coaching, agile compensation, agile learning and development, dan agile career paths and succession management untuk menganalisis manajemen sumber daya manusia di Jakarta Smart City. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivist dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa mamanjemen sumber daya manusia di Jakarta Smart City sudah menerapkan 5 dimensi dan belum menerapkan satu dimensi. Lima dimensi yang berhasil diterapkan yaitu agile recruitment, agile performance management, agile coaching, agile learning and development, dan agile career paths and succession management. Satu dimensi yang dinyatakan belum siap yaitu dimensi agile compensation. ......The VUCA phenomenon is a new challenge for the government sector. To face these challenges, new organizational management is needed which is referred to as the agile concept, In the government sector it is called agile government. To be able to apply the concept, government sector organizations need several supporting approaches, one of which is agile human resource management. Jakarta Smart City is one of the government sector organizations engaged in developing smart cities in Jakarta that applies agile concepts. Jakarta Smart City consists of 17 civil servants and 200 experts, also has the status of a Regional Public Service Agency (BLUD) making Jakarta Smart City flexible in conducting human resource management, therefore researchers are interested in seeing agile human resource management practices in Jakarta Smart City. This research uses the agile human resource management theory from Ranasinghe & Sangaradeniya (2021) which has six dimensions, namely agile recruitment, agile performance management, agile coaching, agile compensation, agile learning and development, and agile career paths and succession management to analyze human resource management in Jakarta Smart City. This study used a post-positivist approach with data collection through in-depth interviews and literature studies. The results of this study show that human resource management in Jakarta Smart City has implemented 5 dimensions and has not implemented one dimension. The five dimensions that have been successfully applied are agile recruitment, agile performance management, agile coaching, agile learning and development, and agile career paths and succession management. One dimension that is declared not ready is the agile compensation dimension.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Bagus Pradana
Abstrak :
Data Perserikatan Bangsa Bangsa PBB pada tahun 2014 menunjukan bahwa populasi penduduk yang tinggal di perkotaan saat ini telah mencapai lebih dari setengah penduduk dunia. Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK untuk meningkatkan kualitas hidup dan kontribusi warga dalam pembangunan kota merupakan konsep dari Smart City. Pemerintah Provinsi Pemprov DKI Jakarta meluncurkan sistem layanan elektronik rdquo;Smart City rdquo; untuk mengetahui, memantau, sekaligus menindaklanjuti segala keluhan masyarakat memalui aplikasi mobile Qlue. Namun, dalam perkembangannya program tersebut menemui beberapa kendala, yaitu kurangnya partisipasi Rukun Tetangga dan Rukun Warga dalam program tersebut. Hal tersebut dibuktikan dengan berkurangnya jumlah pengguna aktif bagi pengguna RT dan RW yang diikuti dengan turunnya jumlah pengaduan. Selain itu, kurangnya partisipasi Rukun Tetangga dan Rukun Warga juga menyebabkan sulitnya untuk mengukur kinerja mereka. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi niat penggunaan berkelanjutan pada aplikasi mobile Qlue oleh pengguna RT dan RW di Jakarta. Data penelitian ini didapatkan secara online dan offline dan dianalisis dengan menggunakan pendekatan PLS-SEM. Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor perspektif teknologi dan pengalaman pengguna memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap niat menggunakan kembali.
The United Nations UN data of 2014 shows that the current urban population has reached more than half the world 39 s population. The use of Information and Communication Technology ICT to improve the quality of life and the contribution of citizens in urban development is a concept of Smart City. Jakarta Provincial Government Pemprov launches Smart City electronic service system to know, monitor, and follow up all complaints of people through Qlue mobile application. However, in its development the program encountered several obstacles, namely the lack of participation of Neighborhood Association and Citizen Association in the program. This is evidenced by the decrease in the number of active users for RT and RW users followed by the decline in the number of complaints. In addition, the lack of participation of Neighborhood Association and Citizen Association also makes it difficult to measure their performance. This study was conducted to identify factors affecting the sustainable use intentions of Qlue mobile applications by Neighborhood Association and Citizen Association users in Jakarta. This research data is obtained online and offline and analyzed by using PLS SEM approach. This study concludes that technological perspective factors and user experience have a significant positive effect on reuse intentions.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ananta Badhra P.
Abstrak :
Jakarta telah mengemban gelar sebagai sebuah Smart City, Dalam hal ini aspek keamanan mendapat dukungan dengan adanya beberapa Program dari Jakarta smart city y dengan tujuan membantu pihak Kepolisian dalam mencegah terjadinya kejahatan dengan menggunakan situational crime prevention. Namun sayangnya masih terjadi adanya fenomena kejahatan yang merupakan suatu permasalahan yang mengganggu kehidupan kota, salah satunya adalah fenomena Penjambretan di Kota Jakarta. Hal tersebut pada dasarnya akan menciptakan rasa takut pada masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya, karena berpotensi hilangnya harta benda dan memakan korban jiwa. Dalam empat tahun terakhir, kejadian Penjambretan di Kota Jakarta sering terjadi mengacu pada data statistik kepolisian dan data pemberitaan media lokal dan nasional. Melalui tulisan ini, penulis mengkaji upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Jakarta melalui Jakarta smart city dalam berpartisipasi dan membantu pihak kepolisian dalam melakukan upaya pencegahan kejahatan agar penjambretan dapat diatasi. Hal tersebut akan dijelaskan dengan teknik situational crime prevention guna melakukan upaya pencegahan dan pengembangannya terhadap pencegahan penjambretan. Selain itu, tulisan ini akan menganalisis kekurangan apa yang terdapat pada Jakarta Smart City yang menyebabkan masih munculnya penjambretan di kota Jakarta. ......Jakarta has assumed the title as a Smart City. In this case the security aspect has been supported by the existence of a number of programs from Jakarta smart city that aim to help the Police in preventing crime by using situational crime prevention. But unfortunately there is still a crime phenomenon that is a problem that disrupts city life, one of which is the mugging in the city of Jakarta. This basically will create fear in the community in carrying out its activities, because of the potential loss of property and loss of life. In the last four years, mugging in the city of Jakarta has often taken place referring to police statistics and local and national media reporting data. Through this paper, the author examines the efforts made by the Jakarta City Government through the Jakarta smart city in participating and assisting the police in preventing crime so that mugging can be overcome. This will be explained by situational crime prevention techniques to make efforts to prevent and develop prevention of mugging. In addition, this paper will analyze what deficiencies are found in the Jakarta Smart City which causes the emergence of mugging in the city of Jakarta.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Astuti
Abstrak :
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan ASN Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistk dalam mengimplementasikan Jakarta Smart City. Jakarta Smart City mulai diimplementasikan pada tahun 2014 untuk mempermudah kinerja aparat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam merespon keluhan warganya. Pada perkembangannya, implementasi Jakarta Smart City masih menemui sejumlah masalah yang berasal dari sisi pengelolaan Jakarta Smart City dan sisi sumber daya manusia pengelola Jakarta Smart City. Pengukuran terhadap ASN Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistk menjadi perlu dilakukan untuk melihat melihat kondisi kesiapan mereka dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penelitian ini menggunakan teori e-readiness dari Supriyanto dan Mustofa (2016) yang memiliki enam dimensi kesipan yaitu kesiapan organisasi, kesiapan tata kelola dan kepemimpinan, kesiapan pengguna, kesiapan kompetensi, kesiapan TIK, dan kesiapan hukum untuk menganalisis kesiapan ASN Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistk. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivist dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ASN Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistk dinyatakan siap pada lima dimensi dan belum siap pada satu dimensi. Lima dimensi yang dinyatakan siap adalah dimensi kesiapan organisasi, kesiapan tata kelola dan kepemimpinan, kesiapan pengguna, kesiapan kompetensi, dan kesiapan TIK. Satu dimensi yang dinyatakan belum siap adalah dimensi kesiapan hukum.
ABSTRACT The study aims to determine the readiness of the Civil Service Organization of the Communication, Informatics, and Statistics Office in implementing the Jakarta Smart City. Jakarta Smart City was implemented in 2014 to facilitate the performance of the DKI Jakarta Provincial Government officials in responding to the complaints from citizens. But, the implementation of Jakarta Smart City still faces several problems from the management side and the human resources side of managing the Jakarta Smart City. Measurements need to be done to see the condition of their readiness to carry out their duties and functions. This study uses the e-readiness theory from Supriyanto and Mustofa (2016) which has six dimensions of readiness, namely organizational readiness, governance and leadership readiness, user readiness, competency readiness, ICT readiness, and legal readiness to analyze the readiness of ASN Communication, Informatics, and Statistics. This study uses a post-positivist approach with data collection through in-depth interviews and literature studies. The results showed that ASN for the Communication, Informatics, and Statistics Office was declared ready in five dimensions and not ready in one dimension. The five dimensions that are declared ready are the dimensions of organizational readiness, governance and leadership readiness, user readiness, competency readiness, and ICT readiness. One dimension that is declared not ready is the dimension of legal readiness.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Kurniasari Dela
Abstrak :
Jakarta, sebagai sebuah kota, selalu menghadapi masalah dan tantangan yang bergerak dinamis dan kian kompleks. Untuk mengatasinya, diperlukan pengelolaan perkotaan yang lebih baik agar pembangunannya dapat diarahkan untuk membuat kota menjadi lebih layak huni. Salah satunya, ialah dengan memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi melalui konsep smart city. Untuk bertransformasi menjadi smart city, Jakarta punya program Jakarta Smart City yang kemudian dikembangkan dari dimensi-dimensi penting yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengembangan dimensi smart governance pada Jakarta Smart City. Peneliti menggunakan pendekatan post-positivist, dan metode kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa Jakarta Smart City telah mengembangkan dimensi smart governance, dengan memenuhi indikator partisipasi dalam pembuatan keputusan, transparansi, pelayanan publik dan pelayanan sosial, serta strategi politik dan perspektif. Pengembangan dimensi smart governance pada Jakarta Smart City ini diharapkan jadi penggerak untuk membangun dimensi esensial lainnya untuk mentransformasikan kota sepenuhnya menjadi smart city. ......As a city, Jakarta is always facing problems and challenges which getting more complex each day. To overcome this, an urban development is needed, so that the city can be directed to be more livable. One concept to make urban development in the city becomes better is by using the technology, information, and communication through smart city. To be able to transform into a smart city, Jakarta has Jakarta Smart City, which then being developed in many dimensions. This research aims to analyze how the development of smart governance dimension in Jakarta Smart City. The research using post-positivist approach and qualitative methods. The analysis showed that Jakarta Smart City has developed a smart dimension of governance, to fulfill the indicators participation in decision-making, transparency, public services and social services, as well as political strategy and perspective. Development of smart governance dimension in Jakarta Smart City is expected to be the driving force to build other essential dimensions to completely transform the city into a smart city.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S62680
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusuma Indriyani
Abstrak :
ABSTRAK
Aplikasi Qlue diperkenalkan kepada masyarakat bersamaan dengan peresmian Jakarta Smart City oleh Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2014. Aplikasi Qlue merupakan salah satu aplikasi penunjang Jakarta Smart City itu sendiri dengan tujuan meningkatkan pelayanan publik dan partisipasi masyarakat dalam membangun kota pintar. Pelayanan publik yang paling menonjol adalah pelayanan kebersihan yang dibuktikan dengan Dinas Kebersihan DKI Jakarta yang selalu berada di peringkat 3 teratas dinas terbaik menurut Qlue. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana penggunaan aplikasi Qlue pada Dinas Kebersihan DKI Jakarta serta implikasinya terhadap pelayanan kebersihan. Pendekatan yang dilakukan dalam melakukan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam, dan studi dokumen terkait. Hasil penelitian ini adalah terjadiya peningkatan pelayanan kebersihan melalui aplikasi Qlue pada Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Namun di sisi lin, banyaknya sisi negatif pada penggunaa aplikasi Qlue, seperti masyarakat yang menjadi malas dan hanya mengandalkan Qlue. Selain itu, koordinasi antara PPSU dan petugas kebesihan juga tidak jelas sehingga kinerjanya menjadi tidak optimal. Tidak adanya sosialisasi juga menyebabkan laporan yang terjadi berulang-ulang tanpa ada solusi yang preventif. Banyaknya keluhan juga dapat menunujukan kinerja Dinas Kebersihan DKI Jakarta tidak optimal sehingga indikator dalam menentukan peringkat terbaik dalam apliksi Qlue perlu disesuaikan dan ditinjau kembali, karena banyak keluhan belum tentu semakin baik.
ABSTRACT
Qlue is an application introduced together with Aplikasi Qlue Jakarta Smart City by Jakarta 39 s Governor in 2014. Qlue is a supporting application for Jakarta Smart City in increasing society 39 s participation to provide a better public services. The public services which most significant is cleaning sector which evidenced as Dinas Kebersihan DKI Jakarta always be in top three as Qlue recorded. The purpose of this research is to analyze how Qlue can be beneficial for supporting Smart City and Dinas kebersihan. The approach is with qualitative approach, data conducted by in depth interview and document study. This reserch found that sanitary services by the agency has increased with Qlue application in Dinas Kebersihan DKI Jakarta. In contrary, negative effects occurred in Qlue application users, like citizens became lazy and over used the application. Besides that, coordination between PPSU and sanitary staffs has become unclear and less performance. No socialization resulted in the repetititve report without real solutions. Increased amounts of problems also showed that Dinas Kebersihan DKI Jakarta performance is not optimized, indicators showed that Qlue applicaton ranks needed more evaluation.
2017
S66536
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asma Hanifah
Abstrak :
Pertumbuhan pengguna internet dan pengguna smartphone telah merubah gaya hidup masyarakat Indonesia ke arah digital, salah satunya dalam mencari informasi. Salah satu informasi yang banyak diakses oleh pengguna internet di Indonesia adalah informasi layanan publik. Selain itu, seiring dengan perkembangan teknologi dan internet, terdapat beberapa kota di Indonesia sedang bertransformasi menuju Smart City dan salah satunya adalah Jakarta. Dalam proses menuju Smart City, Pemerintah DKI Jakarta telah meluncurkan sebuah aplikasi mobile Jakarta Smart City untuk mempermudah masyarakat dalam mengakses informasi layanan publik. User experience UX merupakan faktor yang sangat penting bagi sebuah aplikasi mobile dalam memberikan kesan pertama tentang suatu produk yang ditawarkan melalui interaksi antara pengguna dengan produk. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis UX aplikasi mobile Jakarta Smart City dengan menggunakan pendekatan performance metrics, self-reported metrics melalui kuesioner Single Ease Question SEQ dan kuesioner Design-oriented Evaluation of Perceived Usability DEEP , serta issue-based metrics yang menilai kinerja, persepsi, perilaku, dan mengeluarkan apa yang dirasakan pengguna dalam berinteraksi dengan aplikasi serta mengetahui pengaruh pengalaman pada penggunaan aplikasi mobile. Berdasarkan hasil analisis, aplikasi mobile Jakarta Smart City memiliki penilaian usability yang belum baik dan ditemukan masalah pada desain aplikasi mobile tersebut. Oleh karena itu, dilakukan perbaikan desain tampilan atau user interface UI dengan menggunakan prinsip-prinsip desain UI, open card sort, dan Activity Relationship Chart ARC . Hasil penelitian ini adalah penilaian user experience, rekomendasi, dan desain tampilan aplikasi mobile Jakarta Smart City yang dapat meningkatkan usability pengguna. ......The growth of internet users and smartphone users has changed Indonesian society lifestyle towards digital, one of things is to search information. One of the information that is widely accessed by internet users in Indonesia is public service information. In addition, along with the development of technology and internet, there are several cities in Indonesia are being transformed into smart city and one of them is Jakarta. In the process towards smart city, the Government of DKI Jakarta has launched a Jakarta Smart City mobile application to facilitate the public in accessing public service information. User experience UX is a very important factor for an application to give a first impression about the product offered through the interaction between user and product. This study aims to analyze Jakarta Smart City mobile application by using performance metrics, self reported metrics through Single Ease Question SEQ questionnaire and Design oriented Evaluation of Perceived Usability DEEP questionnaire, and also issue based metrics approach that assess performance, perception, behavior, and filter out user feels as a result of the interaction with applications, and also reveal the effect of experience in using the application. Based on the analysis, the Jakarta Smart City mobile application has a relatively low usability score and found problems with the mobile application design. Therefore, interface redesign or user interface UI was developed using the principles of UI design, open card sort, and Activity Relationship Chart ARC . The output of this research are user experience evaluation, recommendation, and interface design to increase the user usability.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68201
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rias Aviolitha
Abstrak :
Ekonomi digital di DKI Jakarta merupakan salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan mengingat kemajuan teknologi berkembang sangat pesat. Maka, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan ekonomi digital di DKI Jakarta adalah dengan melakukan kolaborasi antar sektor yang dapat dilihat pada smart economy dalam Jakarta Smart City melalui program JakPreneur. Peneliti menggunakan konsep collaboration dynamics (Emerson dan Nabatchi, 2015) yang memiliki tiga dimensi utama, yaitu principled engagements, shared motivation, dan capacity for joint action. Metode dalam penelitian ini adalah post-positivist dengan menggunakan wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap dimensi memiliki keterikatan dan merupakan siklus yang berulang sehingga mulai dari prinsip awal hingga keputusan dan/atau tindakan yang hendak diambil adalah hasil kesepakatan bersama para aktor yang terlibat. Collaboration dynamics juga menggambarkan bahwa dimensi pada principled engagements para aktor saling menyamakan tujuan sebelum akhirnya dituangkan pada Perjanjian Kerja Sama (PKS). Kemudian pada dimensi shared motivation para aktor saling proaktif dalam membangun modal sosial melalui PKS yang menjadi arahan dari pelaksanaan kolaborasi. Sedangkan pada dimensi capacity for joint action para aktor saling mempertahankan kinerja kolaborasi yang mana akan memperkuat dimensi-dimensi lainnya. Meskipun memiliki banyak perbedaan dalam berkolaborasi, para aktor dapat mengatasi permasalahan melalui komunikasi yang intensif dan evaluasi berkala. ......Digital economy in DKI Jakarta is one of the importance aspect that need to be concerned due the technology advances has developed very fast. Thus, one of certain ways to manifesting the digital economy in DKI Jakarta is by collaborate in any sectors that can be seen in the smart economy of Jakarta Smart City through the JakPreneur program. Researcher used the concept of collaboration dynamics (Emerson and Nabatchi, 2015) that has three main dimensions, namely principled engagements, shared motivation, and capacity for joint action. Researcher used post-positivist paradigm for research methods by using in-depth interviews and literatures study. The result of this research showed that each dimensions has an attachment and is a recurring cycle so starting from the initial principleds to the decisions and / or actions that might be taken are the result of mutual agreement of the involved actors. Collaboration dynamics also described in principled engagements dimension each actors equalize their goals before finally pouring it into the Cooperation Agreement (PKS). Then in shared motivation dimension each actors mutually proactive to build the social principal through the PKS which is the direction of the implementation of the collaboration. While in capacity for joint action dimension, each actors mutually maintain collaboration performance which will strengthen the other dimensions.Though there are a lot of variety in collaboration, each actors can overcome the problem through the intensive communication and by periodical evaluation.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>