Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Handajani
Abstrak :
Kabupaten Tangerang merupakan wilayah pemerintahan yang berkembang pesat kota, perkembangan tersebut juga diikuti dengan meningkatnya populasi masyarakat yang ada di Kabupaten Tangerang pada saat ini, sarana kesehatan milik pemerintah hanya ada Puskesmas dan Rumah Sakit Umum. Dalam melakukan rencana pengembangan ini diperlukan pengorbanan perkiraan biaya investasi yang tidak sedikit, secara umum aspek-aspek yang akan dikaji dalam pengembangan ruang rawat inap ini meliputi : aspek pasar dan pemasaran, faktor sosio ekonomi dan budaya serta aspek sumber dananya acuan tersebut untuk merealisasikan rencana pengembangan. Rumah Sakit Islam Asshobirin merupakan rumah sakit swasta yang berazaskan keagamaan yang terletak di desa Pondok Jagung Tangerang Kecamatan Serpong berada dibawah naungan Yayasan Muslimin Tangerang yang terletak diwilayah pemukiman Bumi Serpong Damai. Dalam penelitian ini didapatkan gambaran tentang rencana pengembangan ruang rawat inap VIP dari 5 ruang VIP yang tersedia di rumah sakit Islam Asshobirin menjadi 20 ruang VIP, adapun penilaiannya dilakukan secara ekonomis dengan cara menghitung Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR), dan disesuaikan dengan bunga bank sebesar 10 % sedangkan bunga pinjaman sebesar 17 % pada saat ini, dalam penelitian ini menggunakan studi kasus dengan menggunakan data sekunder selama 5 tahun terakhir, serta menganalisis faktor internal dan eksternal di lingkungan rumah sakit Kabupaten Tangerang. Hasil studi ini dilatarbelakangi dengan angka kenyataan yang ada dan mengacu pada data demografi berdasarkan data BPS dan Profile Kesehatan Kabupaten Tangerang bahwa pemanfaatan ruang rawat inap dengan tempat tidur di rumah sakit Kabupaten Tangerang pada tahun 2000 dengan menggunakan rata-rata ALAS selama 4 hari, masih diperlukan lagi sebanyak 1917 sehingga bila diasumsikan menurut kebijakan Departemen Kesehatan 10 % dipergunakan untuk ruang rawat inap VIP maka masih ada sebanyak 191 tempat tidur VIP pada saat ini kenyataan yang ada di rumah sakit Kabupaten Tangerang untuk seluruh rawat inap VIP pada saat ini sebanyak 51 ruang VIP dengan, sehingga bila rumah sakit Islam Asshobirin ingin menambah atau mengembangkan ruang rawat inap VIP masih memungkinkan. Kabupaten Tangerang merupakan daerah kawasan industri, dimana peluang kebutuhan tenaga kerja yang berkualitas dibutuhkan sangat tinggi, sehingga dilihat dari pertumbuhan tenaga yang paling tinggi penempatannya ada pada tingkat sarjana muda maupun sarjana, disamping itu Kabupaten Tangerang juga merupakan penyangga Kota Jakarta dengan demikian diharapkan dalam pengembangan ruang rawat inap VIP dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat. Analisis keuangan dilakukan pada 4 (empat) jenis penghitunganyang berbeda pada struktur financingnya yaitu: (1) Equity, Rp.1.085.100.000,- Loan, Rp. 460.000.000,- (2)Equity, Rp.I.460.000.000; Loan, Rp. 0,- (3) Equity, Rp.645.100.000,-Loan, Rp. 1.000.000.000,- (4) Equity, Rp.270.100.000,- Loan, Rp.1.460.000.000,-. Pada penghitungan arus kas selama periode 10 tahun, didapatkan bahwa nilai NPV dan IRK dengan struktur financing yang berbeda adalah sebagai berikut: (1) NPV, Rp. 837.999.699,- , IRR 28,40% (2) NPV, Rp. 910.734.741,- , (3) NPV, Rp. 752.615.083,- , IRR 26,79% (4) NPV, Rp. 679.880.040,- , IRR 25,54%. Dari 4 (empat) alternatif tersebut diatas, alternatif yang dipilih adalah yang pertama dengan struktur financing adalah Equity Rp.1.085.100.000,- Loan, Rp. 460.000.000,- alternatif ini dipilih karena mempunyai nilai IRR. 28,40% yang artinya proyek ini layak dikembangkan karena nilai IRR lebih besar dari bunga yang disyaratkan yaitu 10% dan nilai NPV sebesar Rp. 837.999.699,- yang artinya proyek ini akan memberikan keuntungan dimasa mendatang, sehingga rumah sakit Islam Asshobirin layak untuk didirikan. Diharapkan hasil studi keputusan pengembangan ini harus segera dtindak lanjuti dengan Master Program atau Rencana Induk yang merupakan penjabaran kegiatan selanjutnya dari studi keputusan pengembangan ini agar tidak menjadi sia-sia. ...... Development Analysis of Inpatient VIP Room at Asshobirin Islamic Hospital, Tangerang, 2002District of Tangerang is a city of government territory that is growing fast, and follows with increasing of number of population in that district which has health care facilities only primary health care and public hospital. In doing this development, need much of investment cost estimation. Aspects that will be discussed in this thesis include marketing, social-economics and cultural and also funding resources to realize the development plan. Asshobirin Islamic Hospital is a private hospital with based on religious aspects and located in Pondok Jagung - Tangerang. This hospital is under Yayasan Muslimin Tangerang (Moslem Foundation of Tangerang) in Bumi Serpong Damai settlement. In this research we can get the description of development plan of inpatient VIP room with increasing from 5 of VIP rooms to 20 VIP rooms. The assessments done economically with estimated the Net Present Value (NPV) and Internal Rate of Return (IRR), and adjusted with the bank interest about 10 % and loan interest in this time about 17 %. This research used case study using secondary data in the past 5 years and analyzed the internal and external factors in environment of District Hospital of Tangerang. The result of this study is based on the real number and relies on data of demography from BPS and Health Profile of Tangerang District. It said that utilization of inpatient room in Hospital of Tangerang using ALOS (Average Length of Stay) is four days. It means that need more about 1917 rooms so when it formulates with the Health National Department policies, 10% of inpatient rooms are VIP's. Therefore there are 191 VIP's beds. In Hospital of Tangerang District VIP's beds are 51 rooms, so it's possible for Asshobirin Islamic Hospital to increase or develop VIP's inpatient rooms. District of Tangerang is industrial area where there are the chances of high quality labors. Moreover when we see the growth of labors is dominant with bachelors and undergraduate level. Besides that, District of Tangerang is a support city of Jakarta so it is expected that the development of inpatient VIP's room can fill the needs of public health care. Financial analysis done with 4 types of different estimation in structure of financing, there are: (1) Equity, Rp.1.085.100.000,- Loan, Rp. 460.000.000,- (2) Equity, Rp.1.460.000.000,- Loan, Rp. 0,- ; (3) Equity, Rp.645.000.000,- Loan, Rp. 1.000.000.000,- ; (4) Equity, Rp.270.100.000,- Loan, Rp. 1.460.000.000,-. In estimation of cash flow in 10 years period, the value of NPV and IRR with structure of financing are: (1) NPV, Rp. 837.999.699,- , IRR 28,40%; (2) NPV, Rp. 910.734.741,- ; (3) NPV, Rp. 752.615.083; , IRR 26,79% ; (4) NPV, Rp. 679.880.040; , IRR 25,54%. From four types of previous alternative, the chosen alternative is the first one, it is: Equity Rp.1.085.100.000, - Loan, Rp. 460.000.000,-, this alternative is being chosen because of the value of IRR 28, 40% which means this project is worth enough to be developed because the value of IRR bigger than qualification interest (10%) and the value of NPV is Rp. 837.999.699, - which means this project will give future profit so Asshobirin Islamic Hospital is qualified to be built up. It is expected that the result of decision of this development followed with Master Program or Master Plan which explain about next activities from the results, so this result is not useless.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T13040
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Alamsyah
Abstrak :
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa Rumah Sakit Islam adalah ujung tombak penyampaian risalah Islam di bidang kesehatan. Pengamatan terhadap misi beberapa rumah sakit bernafaskan Islam di Jakarta, Surabaya, Surakarta, dan Malang menunjukkan sebuah warna yang sama yaitu ingin menegakkan nilai Islam dalam melakukan pelayanan. Hal ini dimaksudkan agar nilai-nilai Islam dapat membudaya dalam organisasi. Namun, dari wawancara dengan direktur dan Litbang beberapa rumah sakit bernafaskan Islam, misi untuk berbudaya Islami itu belum berupaya untuk diukur padahal pengukuran dalam manajemen sangatlah penting. Penelaahan terhadap literatur menghasilkan konsep budaya organisasi Islami yang terbagi menjadi 3 dimensi yaitu nilai dan perilaku individual, nilai dan perilaku antar individu dan nilai dan perilaku kepemimpinan. Ketiga dimensi tersebut dijabarkan menjadi 40 variabel. Kemudian disusun pertanyaan untuk mengukur 40 variabel tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan konsep dan instrumen pengukuran budaya organisasi Islami untuk rumah sakit bernafaskan Islam. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian Kualitatif adalah eksplorasi kepustakaan dan konfirmasi untuk menguji validitas isi dan menyempurnakan konsep dengan Focus Group Discussion. Penelitian kuantitatif adalah eksplorasi dengan kuesioner pendahuluan dan penghitungan statistik terhadap kuesioner untuk melihat validitas dan reliabilitas instrumen. Validitas konstruk dilihat dengan melakukan analisis item dan analisis ANOVA, sedangkan validitas kriterium dilakukan dengan analisis korelasi dan regresi. Hasil penelitian menghasilkan instrumen budaya organisasi lslami yang terdiri dari 112 pertanyaan. Dua pertanyaan gugur karena tidak valid, sehingga kuesioner akhir menjadi 110 pertanyaan. Validitas instrumen berada dalam kategori rendah sampai agak rendah. Reliabilitas instrumen berada dalam kategori rendah sampai sedang. Analisi ANOVA menunjukkan bahwa umur dan masa kerja tidak berpengaruh terhadap hasil pengisian instrumen sehingga tidak perlu mencari responden dengan kriteria umur dan masa kerja tertentu ketika instrumen ini digunakan. Analisis Korelasi dan Regresi menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara dimensi perilaku individu, antar individu dan kepemimpinan. Persamaan garis regresi dari 3 dimensi itu sangat baik menjelaskan variasi budaya organisasi lslami.
Concept and Instrument Development of Islamic based Corporate Culture for Islamic HospitalThe background of the research was fact that Islamic hospital playing some important roles in public health. Observation of the missions in several Islamic hospitals at Jakarta, Surabaya, Surakarta and Malang sight the same purpose that Islamic hospitals have the same ambitions to do Islamic values in every operational activity at hospitals. In discourses of organizational behavior, group of behaviors and values that have done in organization called corporate culture. But, from in-depth interview with directors of any Islamic hospitals, there are the same facts that the missions to do Islamic based corporate culture have not measured yet. It can be a serious problem because in management sciences, measuring of organization goals are very important. If we can measure, we can not manage. Therefore, the purpose of this research was to develop concept and instrument to measure Islamic based corporate culture for Islamic Hospitals. The types of research were quantitative and qualitative study. Qualitative studies of the research were literature review and focus group discussion to examine content validity. Quantitative study of the research was statistical analysis. Construct validity was obtained from item analysis and ANOVA. Criterion validity was obtained from correlation and regression analysis. The result of the research is the concept and instrument of Islamic based corporate culture. There are 112 question, 2 questions are not valid so in last questionnaire there are 110 questions. ANOVA analysis showed that age and work time did not influence the result of questionnaire. Correlation analysis showed that there is significant level of correlation from 3 dimensions, individual behavior, inter-individual behavior and leadership behavior. Regression analyses showed that individual behaviour have the largest contribution to get Islamic based corporate culture.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 10637
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sefi Samba Takarianto
Abstrak :
Pada penelitian ini disusun strategi pemasaran yang tepat untuk Rumah Sakit Islam Asshobirin dengan mempertimbangkan faktor eksternal dan internal melalui teknik SWOT analisis, untuk melengkapi data eksternal dikumpulkan juga data kepuasan pasien melalui wawancara dengan quesioner. Penyusunan strategi dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pertama input stage, yang menganalisis situasi untuk menentukan peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan melalui proses Concensus Decision Making (CDM) dengan menggunakan alat bantu matrix EFE dan IFE. Tahap kedua yaitu matching stage, yang menentukan tujuan dan alternatif strategi dengan menggunakan TOWS, IE, dan Grand Strategy Matrix. Tahap ketiga dicision stage yang menetapkan prioritas strategi pemasaran dengan menggunakan matrix QSPM. Berdasarkan analisis tersebut, posisi pelayanan Rumah Sakit Islam Asshobirin berada pada posisi hold dan maintain. Kemudian dengan perpaduan (matching) antara keempat analisis tersebut diperoleh alternatif strategi yang dianjurkan yakni market penetration, market development, dan product development. Strategi yang terpilih sebagai prioritas dari hasil analisis menggunakan QSPM adalah market penetration. Strategi penetrasi pasar yang perlu dikembangkan dalam strategi operasional adalah dengan melakukan segmentasi individu dan perusahaan baik secara geografis, demografis dan psikografis, dengan posisi pasar memberikan solusi paripurna bagi konsumen. Sedangkan bauran pemasaran yang dilakukan adalah dengan lima P (5 P) yaitu product, price, place, promotion, dan people.
Planning on Marketing Strategy of the Outpatient care in the Asshobirin Islamic Hospital, Tangerang 2003 - 2005This research aimed to formulate an appropriate marketing strategy for the Asshobirin Islamic Hospital in Tangerang by analyzing the external and internal factors of the outpatient care SWOT System. In order to improve the external factor (costumer's) data on patient, satisfaction was also collected through interviews whit questions. The strategy development conducted in three stages; the first stage is the input stage that analyzes the situation in identify opportunities, and threats, strengths and weaknesses through the Consensus Decision Making (CDM) process using the EFE and WE Matrix. The second stage, which is the matching stage, determines the goal and alternative strategy using the TOWS, IE, and Grand Strategy Matrix. The third stage, the decision stage, determines the marketing strategy priorities using the QSPM Matrix. Based on the above analysis, the Asshobirin Islamic Hospital is in the Hold and Maintain Position. Matching all the alternatives given by the four analyses, the recommended Strategies are Market Penetration, Market Development, and Product Development. The prioritize strategy selected using QSPM is Market Penetration. Implementing the Market Penetration Strategy to be developed in its operation Strategy is by segmentation both to individual customer's and companies either geographically, demographically and psycho graphically with a market position giving comprehensive solution the costumer's. The Marketing mix implemented are (5 P): Product, Price, Place, Promotion, and People.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 11208
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Rayadi
Abstrak :
Rumah Sakit Islam Assyifa Sukabumi sebagai institusi pemberi layanan kesehatan dituntut berperan aktif dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat sekitarnya. Salah satu penunjang pelayanan tersebut adalah obat-obatan, apabila obat dikelola dengan baik akan meningkatkan sumber pendapatan bagi rumah sakit. Adanya perencanaan kebutuhan obat yang kurang baik akan berpengaruh kepada proses yang lainnya, sehingga dapat mengurangi kesempatan menambah penghasilan bagi RS. Islam Assyifa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bentuk perencanaan kebutuhan obat antibiotik untuk Ruang Rawat Inap RSI. Assyifa, serta berupaya memperbaikinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan survei dengan analisis deskriptip dan kuantitaip terhadap obat-obatan golangan antibiotik yang tersedia di RSI. Assyifa, untuk kebutuhan Ruang Rawat inap. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder untuk pemakaian antibiotik, BOR, LOS, lama hari rawat. Sedangkan untuk analisa indeks kritis ABC digunakan data primer. Dari hasil penelitian didapatkan obat yang termasuk golongan A 10 jenis (15,63 %), golongan B 35 jenis [54,69 %), golongan C 19 jenis (29,68 % )., Jumlah antibiotik 64 macam. Nilai pembelian antibiotik untuk 6 bulan sebesar Rp. 13 9.162. 860. Selanjutnya didapatkan data rata-rata BOR 55,93, rata-rata LOS 3,97, rata-rata lama hari rawat 1569. Pola penyakit pasien rawat inap penderita penyakit non infeksi 61,29 % dan penderita penyakit infeksi 38,71 % . Jumlah pasien rawat inap rata-rata perbulan 298 orang. Hasil penelitian ini juga menunjukan prosedur tetap perencanaan kebutuhan belum baik. Upaya yang diperoleh untuk memperbaiki perencanaan kebutuhan adalah dengan berpedoman kepada standar peringkat, jenis, dan jumlah obat yang kemudian divalidasi dengan BOR, LOS, lama hari rawat dan protap perencanaan kebutuhan.. Selain itu juga perlu perbaikan proses pengawasan dalam perencanaan tersebut.
Analysis of Antibiotic Needs for In-patient Wards of Assyifa Islamic Hospital in Sukabumi during the periode of April to August 1999Assyifa Islamic Hospital (RSI Assyifa) in Sukabumi as a health care provider institution is demanded to take an active role in the public health service efforts of its surrounding. One of the supporting elements for the service are medicines, when they are managed properly they will increase the source of revenue for the hospital. The less proper planning of medicinal needs will influence the other processes, so that it will decrease the opportunity to increase revenue for RSI Assyifa. The aim of this study is to find a form of needs planning for antibiotic category of medicines for in patient wards of RSI Assyifa, besides striving to revise it. This study adopts- a survey approach with descriptive an quantitative analyses of antibiotics available in RSI Assyifa for the needs of inpatient wards. Data collection is done by using secondary data of antibiotics use, BOR, LOS, number of caring days. While for the analysis of ABC critical index, primary data are used. From the result of the study it is found that medicines included in group A are 10 kinds (15,65%), group B 35 kinds (54,69 %), group C 19 kinds (29,68 % ). The antibiotics consist of 64 kinds. This purchase value for antibiotics for 6 months is at Rp. 139.162.860. Beside that, data of BOR is at average 55,93, average LOS is 3,97, average number of caring days is 1569. These disease pattern of inpatients consists of non-infections disease at 61.29 % and infectious disease at 38,71 %. The number of inpatients is at average 298 per month. The study results also show that the fixed procedure for needs planning of medicines has not been good. The effort found to revise the needs planning is by referring to the standards of grade, kind , and number of medicines which are validated with the inclusion of BOR, LOS, number of caring days and fixed procedure in needs planning. Beside that, revision in the process of supervision in the planning is also needed.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Aya Sofia
Abstrak :
Instalasi Farmasi di rumah sakit merupakan salah satu revenue center utama yang berperan panting dalam menentukan baik tidaknya pelayanan rumah sakit. Di Rumah Sakit Islam Asshobirin pengeluaran untuk instalasi farmasi tahun 2002 sebesar 50% dari total pengeluaran rumah sakit, dan dari jumlah tersebut 30% - 40% adalah untuk obat, sedangkan jumlah item obat adalah 565. Dengan jumlah investasi yang sangat besar tersebut ditambah jumlah item obat yang cukup banyak memerlukan suatu sistem pengendalian obat yang akurat. Pengendalian obat akan lebih mudah dilakukan apabila dibuat pengelompokan obat menurut. tingkat pemakaian, tingkat investasi dan tingkat kekritisannya, kemudian menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis dan frekuensi pemesanannya. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Asshobirin dan merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan operation research, dimana melalui pendekatan kuantitatif diharapkan diperoleh informasi tentang pengelolaan obat, sedangkan dengan operation research didapatkan bahwa dengan jumlah persediaan yang optimal akan mengeluarkan biaya yang lebih rendah dan sekaligus dapat mengoptimalkan pelayanan. Dengan analisis ABC diketahui kelompok berdasarkan pemakaian dan besarnya investasi kemudian dilakukan analisis ABC indeks kritis dan didapat obat kelompok A 71 item (12,57%) dengan nilai investasi Rp. 722.592.469,- (57,46%), kelompok B 309 (54,69%) item dengan nilai investasi Rp. 439.400.090,- (34,94%) serta kelompok C 185 item (32,74%) dengan nilai investasi Rp. 95.569.225,- (7,60%). Dilakukan forecasting untuk obat kelompok A Analisis ABC Indeks Kritis dengan indeks 12 untuk jumlah kebutuhan bulan Januari - Maret 2003 dengan metode exponential Smoothing with Linear Trend dan untuk patokan perhitungan adalah Mean Absolute Deviation (MAD) yang terkecil. Selanjutnya dibandingkan dengan perencanaan yang dilakukan rumah sakit dengan membandingkan nilai MAD. Kemudian dilakukan perhitungan jumlah pemesanan optimal serta perhitungan frekuensi pemesanan optimal untuk periode tahun 2003. Dari hasil perhitungan dan perbandingan Sub Total Inventory Cost (TIC) EOQ dan RS diperoleh TIC RS tiga kali lebih besar dari TIC EOQ. Disarankan kepada rumah sakit untuk menggunakan analisis ABC indeks kritis dan perhitungan EOQ serta frekuensi pemesanan untuk obat kelompok A analisis ABC indeks kritis. Kepustakaan : 21 ( 1980 - 2002 )
Pharmaceutical installation by center revenue have an important role in determining the quality of service in the hospital. In Islamic Asshobirin Hospital on 2002, the cost of this installation is about 50% of total cost of the hospital from such amount 30% .-40% is paid for 565 items of medicine. Referring a large amount of such invest beside a large number of medicine, the accurate controlling system medicine is required. Controlling of large number of medicine could be simplified by grouping the medicine according to level of use, level of invest and level of critical point. Then, determining amount of economic order and frequency order. This research was conducted in pharmaceutical installation of Islamic Asshobirin Hospital by quantitative approach with operation research. By quantitative approach, we expect the information about medicine. More over, operation research could be define that optimal amount of stock would cost less even optimize the service. According to critical index ABC analyses , there are 3 big pharmacy logistic groups. Group A comprises of 71 items (12,57%) with total cost of Rp. 722.592.469,-(57,46%), Group B comprises of 309 items (54,69%) with total cost of Rp. 439.400.990,- (34,94%), Group C comprises of 359 items (32,74%) with total cost of Rp. 95.569.225,- (7,60%). Regruitment in January - March 2003 have been estimated for A group with index 12 using Exponential Smoothing with Linear Trend anf calculation point is Mean Absolute Deviation (MAD). Further more, the value were compared with the data of planning which done by the hospital, which compared the value MAD. The result is forecasting using Exponential Smoothing with Linear Trend method is better than forecasting which done by the hospital Economic Order Quantity (EOQ) and economic order frequency have been calculated for period 2003. Further more, calculation of Sub Total Inventory Cost EOQ (TIC EOQ) and compared with Sub Total Inventory Cost from hospital, the result showed TIC hospital three times more than TIC EOQ. Therefore, it could be advised to the Asshobirin Islamic Hospital to grouping all the medicine according to the critical index ABC analyses and then calculated Economic Order Quantity and economic order frequency for group A critical index ABC analyses.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13013
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrotiah
Abstrak :
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan kuratif yang bertujuan untuk memulihkan pasien yang dirawat, salah satu bentuk upaya rumah sakit untuk memulihkan pasien adalah memberikan pelayanan gizi sesuai kebutuhan gizi dan termakan habis oleh pasien. Pelayanan gizi pasien di ruang rawat inap dilaksanakan oleh tenaga ahli gizi ruangan. Di Rumah Sakit Islam Jakarta Pusat pelayanan gizi kepada pasien belum berlangsung secara optimal, terlihat dari masih rendahnya cakupan pasien rawat inap yang mendapat layanan konsultasi gizi dan masih banyaknya keluhan pasien tentang makanan selama dirawat di ruang rawat inap. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana gambaran pelaksanaan tugas ahli gizi di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Jakarta Pusat tahun 2004 dan sejauhmana karakteristik individu (pengetahuan, pelatihan, masa kerja, beban kerja) dan karakteristik organisasi (kepemimpinan, standard operation procedures/SOP, sarana, insentif, pengawasan) mempengaruhi pelaksanaan tugas ahli gizi di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Jakarta Pusat tahun 2004. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan maksud menggali secara mendalam data-data yang diperoleh serta melakukan eksplorasi informasi tentang pelaksanaan tugas ahli gizi di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Jakarta Pusat tahun 2004 melalui sumber-sumber informan. lnforman yang diambil dari manajer tingkat atas, menengah, dan bawah serta pelaksana (ahli gizi ruangan). Dari hasil penelitian didapatkan informasi bahwa pelaksanaan tugas ahli gizi di ruang rawat inap masih kurang baik tergambar dari masih kurangnya pengetahuan ahli gizi dalam gizi terapan, belum pernahnya mengikuti pelatihan, beban kerja yang berat sehingga hasil kerja yang didapat kurang maksimal karena pasien yang mendapat asuhan gizi hanya yang berdiet khusus saja dan yang mengalami gangguan dalam pelaksanaan dietnya. Hasil lainnya dari penelitian ini adalah gambaran tentang komunikasi di lingkungan kerja kurang komunikatif, sarana pelayanan khususnya trolley untuk membawa makanan pasien sudah tidak memadai, pengawasan dari atasan masih kurang. Dengan hasil penelitian tersebut di atas saran yang diajukan oleh peneliti adalah : sebaiknya pimpinan berupaya meningkatkan pengetahuan semua ahli gizi yang ada, mengirimkan petugas/ahli gizi untuk mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan gizi klinik/gizi institusi, menambah jumlah ahli gizi untuk mengurangi beban kerja yang berat, memperbaiki sarana: pelayanan, membuat SOP tertulis, dan melakukan pengawasan secara intensif
Hospital is curative care facility to recover the hospitalized patients. One aspect of this care is palatable nutritional care according to the need of patients. The nutritional care in in-hospital wards is implemented by the ward nutritionist. Nutritional care in Jakarta Islamic Hospital was not optimally implemented, reflected by low coverage of patients who receive nutrition consultation and many complaints about the food provided. The objective of this study was to know the description of work implementation of nutritionist in in-hospital care ward of Jakarta Islamic Hospital year 2004 and how individual characteristics (knowledge, training, length of work, workload) and organizational characteristics (leadership, SOP, facilities, incentive, inspection) influence the work implementation of nutritionist in in-hospital care wards. The study was qualitative aimed at exploring information through different sources. Informants were high, middle and low level managers, and the implementer (ward nutritionist). The study showed that the work implementation of nutritionist was not optimal reflected by lack of knowledge, particularly on applied nutrition, no training was attended, and heavy workload resulted in suboptimal and patients who received nutritional, care were limited to those followed special diet and those who had diet problems. Other study result exhibits lack of communication in work place, lack of facility especially food trolley, and lack of monitoring. Based on the study results, it is suggested to managers to increase nutritionist's knowledge, to send nutritionist to trainings related to clinical/institutional nutrition, to add more nutritionists to reduce workload, to add necessary facilities, to provide written SOP, and to conduct intensive monitoring.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13067
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samsam Usama
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kualitas pelayanan unit rawat jalan di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang dengan memakai konsep servqual yang ditunjukkan dengan model gap kualitas pelayanan yang telah dikembangkan oleh Parasuraman et al. (1985, 1986, 1988, 1991, 1993, 1994; Zeithaml et al., 1990). Dengan menggunakan metode acak, 169 responden yang pernah menerima, mengalami pelayanan dari unit rawat jalan RSI Siti Khadijah dipilih untuk menjawab setiap pertanyaan dari kuisioner Servqual yang sudah dirancang. Kuisioner berisi masing-masing pertanyaan ekspektasi dan persepsi dari para pasien tentang pelayanan unit rawat jalan RSI Siti Khadijah. Studi ini mengidentifikasi 5 (lima) dimensi Servqual, yaitu bukti fisik, kehandalan, daya tanggap, jaminan dan empati berdasarkan persepsi pasien unit rawat jalan RSI Siti khadijah. Dimensi empati merupakan dimensi prioritas dari para pasien, dengan nilai servqual Score -1,357 dan weight servqual score 30.18 dilanjutkan dengan dimensi lain yaitu bukti fisik (SqS = - 1.124; WSS = 21.953), daya tanggap (SqS = - 1.124; WSS = 21.210), Kehandalan (SqS = - 0.933; WSS = 19,294), dan dimesi jaminan (SqS = - 0.911; WSS = 16,985). Dimana kelima urutan tersebut adalah menjadi urutan prioritas perbaikan kualitas pelayanan di RSI Siti Khadijah Palembang. ......The purpose of this research is to determinants quality of Service of Outpatient Service Unit at Islamic Hospital Siti Khadijah Palembang with the concept service quality and has demonstrated the model of service quality gaps developed by Parasuraman et al. (1985, 1986, 1988, 1991, 1993, 1994; Zeithaml et al., 1990). And using methodology randomly, 169 respondents, who have recently benefited from outpatients service unit of Islamic hospital Siti Khadijah in Palembang were selected to answer a modified version of the servqual questionnaire. The questionnaire contained both service expectations and perceptions questions. This study identifies five dimension Servqual ; Tangibility, Reliability, Responsibiliy, Assurance and Emphaty regarding the service quality as perceived in outpatient service unit of hospital. These are : empathy, giving priority to the outpatients needs, with servqual score (SqS) ' 1.357 and weight servqual score (WSS) 30.18. Relationships between staff and patients, or the courtesy and understand customer's need. The next priority dimension is Tangible (SqS = - 1.124; WSS = 21.953), Responsiveness (SqS = - 1.124; WSS = 21.210), Reliable (SqS = - 0.933; WSS = 19,294), and assurance (SqS = - 0.911; WSS = 16,985). All rank of dimension is the sequence priority action for improvement of outpatients service unit at Islamic hospital Siti Khadijah Palembang.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52130
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Baidoeri
Abstrak :
Kinerja perawat merupakan cerminan mutu pelayanan rumah sakit dimana perawat mnerupakan SDM yang paling dominan dan berperan penting dalam memberikan dan menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Sebagian besar kontak pasien dilakukan dengan perawat dengan memberikan pelayanan penuh dan mendampingi pasien selama 24 jam sehari. Dari karakteristik perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Asshobirin (RSIA) Tangerang didapatkan bahwa 62% perawat berpendidikan SPK. Jumlah perawat di Rumah Sakit Asshobirin (RSIA) Tangerang sebanyak 68 orang untuk melayani 100 tempat tidur dengan BOR 78%, dirasakan kurang. Beban kerja yang tinggi dan tidak berjalannya SOP yang sedikit banyak dapat mempengaruhi motivasi kerja, merupakan faktor yang berpengaruh dalam memacu kinerja seseorang.perawat dalam bekerja. Dengan latar belakang kepala ruangan yang semuanya adalah SPK, perlu dilihat lebih lanjut hubungan kepemimpinan kepala ruangan karma peran sentral seorang pemimpin dalam memberikan dukungan dan bimbingan perlu dicermati sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam meneerminkan kinerja seseorang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran kinerja perawat di ruang rawat inap RSIA Tangerang serta melihat hubungan karakteristik individu yaitu umur, jenis kelamin, masa kerja, pendidikan, dan status perkawinan; motivasi kerja perawat yaitu persepsi peran, desain pekerjaan, kondisi kerja, pengembangan karir dan imbalan; dan kepemimpinan atasan yaitu kredibilitas, komunikasi dan supportive terhadap kinerja perawat. Desain penelitian ini adalah penelitian survey dengan menggunakan kuesioner melalui pendekatan cross sectional terhadap seluruh 61 orang perawat pelaksana di ruang rawat inap dengan tidak mengikutsertakan 7 orang kepala ruangan. Dari hasil penelitian didapatkan 51% perawat yang mempunyai kinerja buruk. Lebih lanjut penelitian memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan antara dua karaktersitik individu yaitu umur dan pendidikan; semua komponen motivasi kerja (persepsi peran, desain pekerjaan, kondisi kerja, pengembangan karir dan imbalan) dan kepemimpinan atasan (kredibitlitas, komunikasi dan supportive) dengan kinerja perawat. Persepsi peran dan supportive merupakan variable yang berpengaruh terhadap kinerja perawat. Namun dari kedua variable tersebut, variable supportive merupakan paling berpengaruh. Disarankan agar rumah sakit lebih memberdayakan perawatnya dengan memberikan pelatihan dan membuka kesempatan yang seluas-luasnya untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan melalui pendidikan formal. Struktur organisasi keperawatan perlu ditinjau ulang untuk menghindari rankap jabatan. Posisi Kepala rawat inap yang dipegang rangkap oleh seorang kepala ruangan harus lebih jelas digambarkan dalam struktur besar organisasi RSIA. Struktur organisasi keperawatan sebaiknya dipisahkan dari pelayanan medis sehingga dapat berdiri sendiri dan lebih otonom dengan menunjuk seorang perawat yang kompeten sebagai pimpinan. Sistem imabalan dapat diberikan dalam bentuk lain selain materi seperti pelatihan, penghargaan, kesempatan untuk mengembangkan diri dan kondisi fisik kerja yang lebih menyenangkan sehingga dapat lebih memotivasi perawat dalam bekerja. Sistem penilaian kinerja yang baku perlu disusun sebagai pedoman dan standard kompetensi dalam penyusunan jenjang karir dan sistem imbalan. Disamping masa kerja, tingkat pendidikan dan ketrampilan perlu diperhitungkan dalam penyusunan jenjang karir. Pimpinan keperawatan perlu menyusun kembali dan merevisi SOP yang sudah ada secara rinci dan jelas sehingga perawat mempunyai acuan dan pedoman yang jelas dalam bekerja serta mensosialisasikannya. Untuk mengatasi beban kerja yang tinggi terutama di bangsal Mina dan Namira, perlu diadakan penambahan jumlah perawat sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik. ......Nurse performance represents the service quality of a hospital. Nurses themselves are the dominant human resource that plays an important role in delivering and maintaining the quality of health service. Most patients rely on nurses' services 24 hours. A condition that can influence the work performance is the fact that 62% nurses are graduated from nursing high school With the capacity of 100 bed and 70% bed occupancy rate, 68 nurses employed by the hospital is considered not enough. Heavy workload and less implementation in SOP can more or less influence the work motivation, which is one of the factors that can increase the nurse's work performance. Since the background of the entire nurse head are nursing high school graduate, the central function of a leader in providing support and guidance should be noticed as an inseparable part in reflecting work performance The aim of this research is to give a description of the overall nurse performance in inpatient service in Asshobirin Islamic Hospital and to look at the relationship of individual characteristic such as age, gender, length of work, education and marital status; nurse's work motivation which consist of role perception, work design, working condition, career development and reward; and nurse head leadership which comprise of credibility, communication and supportive towards nurse performance, The research surveys 61 nurse in inpatient department and excluding 7 head nurse using a questionnaire in a cross sectional approach. The result shows that 51% of the nurse has bad work performance. The research also shows that there have been significant relationships between 2 components of individual characteristic, which are age, and education with nurse performance. All of the components of nurse's work motivation (role perception, work design, working condition, career development and reward) and head nurse leadership (credibility, communication, supportive) with nurse performance. Role perception and supportive are considered as the influential factors towards nurse performance and the most influential factor between both of them is supportive. It is advisable that the hospital empowered the nurses with trainings and opportunities to upgrade their skills and knowledge through formal education. To maximize the role of leadership, the organizational structure should be reorganized to avoid double position that can interfere good Leadership implementation. Furthermore the position of the head of inpatient department which is also head by a head nurse should be clearly stated in the hospital's organization structure. On the other hand nursing department should stand separately from medical service department to give a more autonomy and appoint a competent nurse as the head of the department. Reward system can be given in other forms like training, merit, opportunity for self-actualization and a more conducive work condition, all of which can increase work motivation. A standardized performance appraisal has to be made as a guidance and standard of competence in developing career path and reward system. The head of nursing department must improve and socialize the SOP in a vivid and clear document for nurses in their daily work. To deal with high workload especially in Mina and Namira, additional number of nurses is necessary.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T13019
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yufie Afiati Hasyim
Abstrak :
Perawat sebagai tulang punggung pelayanan keperawatan, menduduki posisi yang tidak tergantikan di rumah sakit. Perawat adalah satu-satunya unit kerja yang memberikan pelayanan terus-menerus selama 24 jam per hari, 7 hari dalam sepekan, dan 52 pekan dalam setahun. Perawat juga merupakan unsur tenaga kerja dengan jumlah terbanyak di RS. Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa SDM keperawatan merupakan `komponen kritis' organisasi RS. Sebagai langkah awal yang sangat menentukan bagi tersedianya SDM keperawatan yang berkualitas - yang akan banyak menentukan keberhasilan dan masa depan RS - adalah dilakukannya proses rekrutmen dan seleksi yang efektif. Rekrutmen adalah aktivitas untuk memikat pelamar kerja yang memiliki kemampuan, keahlian, dan pengetahuan yang diperlukan organisasi, untuk kemudian dilakukan seleksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya kesenjangan (gap) antara jumlah dan kualifikasi staf perawat baru yang diminta oleh bidang perawatan dengan pemenuhannya oleh sub bagian personalia dalam proses rekrutmen dan seleksi staf baru keperawatan di RS Muhammadiyah Bandung (RSMB). Penelitian ini menggunakan metoda deskriptif - analitik non-eksperimental dengan pendekatan kualitatif Analisis data dilakukan secara induktif - kualitatif. Fokus penelitian adalah pada tiga kali rekrutmen yang berlangsung antara bulan Februari - Juli 1997. Dari hasil pengamatan di lapangan dan wawancara mendalam, teridentifikasi bahwa kesenjangan itu terjadi karena adanya perbedaan persepsi tentang SDM keperawatan antara direksi dan kepala bagian umum di satu pihak, dengan kepala bidang perawatan di pihak lain, khususnya dalam menentukan persyaratan pendidikan bagi staf perawat baru. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa aktivitas rekrutmen belum mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari manajemen RSMB, terbukti dari tidak adanya kebijakan tertulis sebagai kerangka acuan bagi pembuatan keputusan yang berkaitan dengan rekrutmen; tidak tersedianya dana khusus bagi aktivitas rekrutmen; dan tidak tersedianya deskripsi kerja yang jelas bagi personil yang terlibat dalam proses rekrutmen. Sebagai akibatnya, rekrutmen di RSMB memiliki kinerja dan efektivitas yang rendah terlihat dari rasio yang sangat rendah antara jumlah pelamar yang qualified yang hadir pada tes pertama dengan jumlah pelamar yang diterima, yaitu: (11:4), (19:6), dan (24:11). Perbedaan persepsi yang terjadi pada manajemen RSMB berkaitan dengan rekrutmen SDM dapat dikembalikan pada misi, tujuan dan rencana strategis RSMB. Sekiranya RSMB belum memiliki rencana strategis, maka disarankan agar manajemen RSMB menindaklanjuti penelitian ini dengan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan perencanaan strategis (strategic planning) RSMB. ......Recruitment Function Analysis of Human Resources Management for Nursing Division in Muhammadiyah Islamic Hospital of Bandung Nurses, as the backbone of nursing care services, have been placing position without one can substitute them in hospital. Nurses are a part of man-power working in hospital who have been working at 24 hours a day, 7 days for a week, and 52 weeks for a year. They are also the largest pair of man-power working in hospital. Therefore, the human resource of nursing is "a critical component" in hospital organization. The first step to keep availability on qualified nursing resources -- to ensure the hospital successfully for this time and the future -- is doing effectively recruitment process and selection. Recruitment is activity to attract prospective employee candidate with ability, expertise, and knowledge that is needed by organization. The purpose of this study is identify the important factors that occurring gap between amount and qualification of new staff of nursing needed by nursing division with the number of qualified nurses that is consented by personnel manager within recruitment process and selection of new staff of nursing in Muhammadiyah Islamic Hospital of Bandung (RSMB). This study was using non-experimentally descriptive method with qualitative approach. That was utilized qualitative-inductive analysis, the study focused three times process of recruitment which performed between February - July 1997. Based on observation and in-depth interviewing, that was identified that the gap presence because of a different perception about human resources of nursing between director and personnel manager in one hand with head of nursing in the other hand, especially on standardization of qualification of education for new nursing staff. This study is also represent that recruitment activity not become a major attention from RSMB management; because of there are no policy for basic reference decision-making on recruitment; no budget for recruitment activity; and no job description on staff which involved in recruitment. All of these are to cause the outcomes of recruitment process have low performance and effectiveness. There are represent on ratio between the qualified applicant who attended in the first test and applicant who accepted as employee: (11:4), (19:6), and (24:11). Different perception on RSMB management related with recruitment of human resources should be back to mission, goal, and strategic plan of RSMB. We suggest to RSMB management to follow-up the study with advanced research related with strategic planning of RSMB.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satimin Hadiwidjaja
Abstrak :
ABSTRAK Banyak faktor yang ikut menentukan citra dari suatu rumah sakit; salah satu diantaranya ditentukan atas mutu dari asuhan keperawatannya. Pelaksana asuhan keperawatan kepada penderita terutama dilakukan oleh perawat. Perawat yang berkualitas dengan jumlah yang cukup mempunyai andil dalam menciptakan mutu asuhan keperawatan yang baik kepada penderita. Masalah yang dihadapi oleh administratur RSU Islam Kustati Surakarta bukan hanya terbatas didalam memperoleh perawat yang berkualitas saja, tetapi leblh dari itu untuk mempertahankan perawat yang telah ada pun mengalami kesulitan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan kuesioner, yang merupakan studi kasus di RSU Islam Kustati Surakarta dengan maksud untuk menganalisis faktor-faktor penyebab keluarnya perawat dari RSU Islam Kustati. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini ialah bahwa keluarnya perawat dari RSU Islam Kustati Surakarta dipengaruhi oleh karakteristik perawat sendi.ri serta banyak variabel. Kesimpulan dari penelitian ini ialah bahwa atribut dalam karakteristik perawat serta budaya masyarakat Jawa mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keluarnya perawat dari RSU Islam Kustati Surakarta. Atribut dalam karakteristik perawat dan variabel bebas tersebut dibawah ini mempunyai pengaruh terhadap keluarnya perawat dari RSU Islam Kustati Surakarta. Atribut umur, jumlah anak, golongan/ruang gaji, jarak rumah-rumah sakit adalah atribut dalam karakteristik perawat yang mempunyai pengaruh bermakna terhadap keluarnya perawat dari RSU Islam Kustati. Variabel kepuasan gaji, variabel kepuasan jaminan hari tua, variabel kepuasan lingkungan kerja dan variabel kepuasan status PNS/PPB adalah variabel bebas yang mempunyai pengaruh bermakna terhadap keluarnya perawat dari RSU Islam Kustati. Berdasarkan hasil penelitian, saran yang diajukan ialah : 1. Untuk Departemen Kesehatan. - Menambah jumlah peserta didik di SPK maupun AKPER. - Memberikan kemudahan kepada pihak swasta yang ingin berpartisipasi dalam pendidikan keperawatan. 2. Untuk Administratur RSU Islam Kustati Surakarta. - Memberikan asuransi jaminan hari tua kepada karyawannya. - Memberi gaji karyawan yang lebih besar daripada gaji pegawai negeri pada tingkat yang sama.
ABSTRACT Causative Factors of Nurse-Discharge level in The Kustati General Islamic Hospital of SurakartaOne of many factors involve in determining a hospital reputation is the quality of nursing care, which mostly done by nurses. The good quality and sufficient number of nurses have a sharing contribution in the achievement of the quality level nursing. Problem faced by Kustati General Islamic Hospital Administration is not only limited to the enrollment of qualified nurses, but also the maintenance of the employed nurses. The purpose of this descriptive case study was to analyze factors caused nurses discharge in the Kustati General Islamic Hospital. The study indicated that the level of nurse-discharge in the hospital, influenced by may factors including nurse- characteristic attributes. It is concluded that the nurse-characteristic attributes and Javanese culture have great influence. - The following nurse-characteristic attributes, namely age, number of children, salary rank and scale, distance of lively place had significance influence to the nurse discharge level. - The other significance factors were salary satisfactions, pension welfare satisfactions, work-environment satisfactions and PNSTPPB employment status satisfactions. Based on the above result, the following recommendations are addressed to : 1. Health Department - To increase the number of the enrolled students in the Nursing School and or Academy - To gave more chances of the Private Sector participation and contribution in Nursing Academy 2. Kustati General Islamic Hospital Administrator - To establish the pension welfare insurance in the present salary scale scheme. - To increase the amount of the present employee salary scale, higher than the civil employee salary scale at the same rank.
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>