Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nuria Astagini
Abstrak :
Perempuan PRT adalah perempuan pekerja yang menerima upah dengan melakukan pekerjaan domestik. Di Indonesia, perempuan PRT masih dikategorikan sebagai anggota keluarga sekaligus pekerja. Oleh karena itu muncul pemahaman yang mempersepsikan bahwa perempuan PRT bukanlah pekerja profesional. Hal ini mengakibatkan relasi yang tidak setara antara perempuan PRT dan pihak lain, dan memunculkan perbedaan kewenangan bagi mereka. Salah satu upaya perempuan PRT untuk mensetarakan posisi adalah melalui ekspresi narasi terkait profesi profesi mereka. Studi ini mengkaji narasi identitas profesi yang diekspresikan oleh perempuan PRT dengan menggunakan teori interaksionisme simbolik. Serta dengan memasukkan konsep kewenangan serta aspek emosi yang muncul dari proses interaksi. Pengumpulan data dilakukan dari enam perempuan partisipan penelitian yang berprofesi sebagai PRT di daerah Jabodetabek, ditambah tujuh orang partisipan penelitian yang merupakan pengguna jasa dan anggota keluarga perempuan PRT. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh beberapa temuan, antara lain bahwa proses pembentukan identitas profesi pada perempuan PRT terjadi melalui interaksi antara mind, self dan society dalam interaksi soaial dengan pihak lain. Partisipan menggunakan istilah pembantu dan asisten untuk mengidentifikasi profesi mereka. Namun partisipan melekatkan makna baru pada kata pembantu, yaitu sebagai pekerja keras yang berpengalaman dan terampil, jauh berbeda dari konsep pembantu yang dikenal masyarakat selama ini. Pembentukan makna profesi yang dipahami oleh para partisipan tidak lepas dari peranan significant others yaitu keluarga yang berinteraksi dengan partisipan.Dalam interaksinya dengan keluarga, partisipan mempertukarkan simbol posisi. Sedangkan dalam interaksi dengan pengguna jasa mereka mempertukarkan simbol profesi. Dalam interaksi ini, para partisipan tidak hanya menerapkan aspek Me yang bersifat sosial tetapi juga mengedepankan aspek I yang aktif untuk menunjukkan bahwa perempuan PRT memiliki posisi tawar. Proses interaksi juga merupakan sarana pembelajaran bagi perempuan PRT untuk mendapatkan sumber daya yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai strategi penolakan untuk mensetarakan posisi mereka dalam kehidupan sehari-hari. ......Domestic workers are women who receive wages by doing domestic work. In Indonesia, domestic workers still categorized as a family member as well as a worker. Therefore, they are not perceived as professional workers which make them unequal with other parties and lead to differentiation of power. To equalize their position, women domestic workers expressing narratives regarding their profession. This study is observing the narrative expression of work identity by women domestic workers with the use of Symbolic Interactionism theory. Also, by incorporating the concept of power and emotional aspects that emerge through the interaction process. Data collection was conducted on six women research participants who work as domestic workers in the Greater Jakarta area (Jabodetabek), with the addition of seven research participants consist of the employer and domestic worker’s member of the family. Based on the results of data analysis, several findings were obtained, among others work or profession identification in women domestic workers occurs through the interactions of mind, self and society in their social interactions with other parties. The participants were using term helper and assistant to identify their profession. Yet, research participants embed new meaning in the term of helper, which is identified as hardworking women, experienced and skillful. This definition differs from the existing definition of helper in society. The meaning making of the profession by the participants cannot be separated from the significant others, namely the family who interacts with the participants. In their interaction with the family, the participants are exchanging the symbols of position. While interacting with the employers, they are exchanging the symbols of profession. In these interactions, the participants apply not only the social aspect of me but also put forward the I aspect which is active to show that women domestic workers do have bargaining position. Interaction process also become a learning field for women domestic workers to gain capital and formulating resistance strategy which they use to equalize their position in their daily lives.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Bambang Santosa
Abstrak :
Artikel ini menjelaskan tentang pemaknaan upacara Dewa Masraman di Pura Panti Timah Paksebali Klungkung. Tujuan dari artikel ini adalah untuk melihat lebih detail seperti apa bentuk, fungsi, makna, dan nilai-nilai yang terkandung dari simbol-simbol upacara Dwa Masraman. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Lokasi penelitian berada di Pura Panti Timah Paksebali Klungkung. Konstruksi makna upacara Dewa Masraman dianalisis dalam interaksionisme simbolik yang terbagi menjadi tiga, yaitu pemaknaan upacara dipercaya untuk mewujudkan hubungan keseimbangan antara manusia dnegan Tuhan, pemaknaan waktu upacara diyakini sebagaisebuah cermin kehidupan untuk merenung agar dapat memaknai hidup dan pemaknaan tahapan upacara memperlihatkan fungsi sosial yang mengatur, mempertahankan, dan memindahkan sentimen-sentimen yang menjadi landasan kelangsungan dan ketergantungan sekalian orang dalam masyarakat yang bersangkutan, dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
Denpasar: Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, 2017
902 JPSNT 24:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Halimatusyadiah
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas bagaimana Nilai-Nilai Yang Dimiliki Motivator (Studi Interaksionisme Simbolik Pada Motivator KB Pria Pelaku Vasektomi di Sumatera Utara). Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi kasus dan paradigma interpretitive. Kasus dalam penelitian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan konsep interaksionime simbolik dari George Herbert Mead. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam kepada dua informan (pria) yang dipilih melalui rancangan sampling purposif sesuai dengan tujuan dari penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa ada berbagai nilai-nilai yang dimiliki dan disampaikan motivator KB pria terhadap calon akseptor KB, salah satunya adalah saat seorang pria (ayah) mengambil peran dalam ber KB dan memutuskan untuk melakukan vasektomi. Peneliti juga menemukan bahwa nilai tanggung jawab orangtua terhadap anak tercermin saat ayah berperan dalam Keluarga Berencana dengan cara melakukan vasektomi
ABSTRACT
This research discusses about the Values Owned Motivator (Interactionism Symbolic Studies toward Vasectomy Motivators and also Performers in North Sumatera). Case study and interpretative paradigm are qualitative method approach used to complete this research. George Herbert Mead concept about symbolic interactionism was used to analyze the research data descriptively. Data collection performed through observation, in-depth interviews with two male informants, which selected in accordance with the objective of the research through the purposive sampling design, furthermore the research found a range of values that are owned and delivered by vasectomy motivator to the prospective acceptors, one of which is when a man ( father ) take part in family planning and decided to do a vasectomy. Researchers also found that the value of parental responsibilities towards children reflected when the father role in family planning by performing vasectomy
2016
T46439
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Pandapotan
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan, pertama, untuk mengetahui praktek peran dan tanggung jawab AP terhadap informasi laporan keuangan auditan pada klien yang mengikuti program pengampunan pajak dan penerapan pertama kali PSAK 70 serta mengetahui standar audit dan peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur dan memberikan jaminan hukum terhadap praktek peran dan tanggung jawab AP atas pelaksanaan audit pada klien yang mengikuti program pengampunan pajak. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan paradigma interaksionisme simbolik sebagai metode analisis praktek peran dan tanggung jawab AP. Teknik analisis data dilakukan dengan model interaktif Milles dan Huberman. Hasil analisis penelitian menunjukan 1 AP dalam pelaksanaan audit atas transaksi pengampunan pajak memiliki peran dan tanggung jawab sesuai dengan Standar Audit 250, Standar Audit 315 dan Dokumen TJ 07 serta PSAK 70 sebagai standar akuntansi, sehingga transaksi pengampunan pajak menghasilkan adanya risiko yang harus diminimalisasi melalui prosedur audit; 2 Hasil evaluasi atas standar audit dan peraturan perundang-undangan menunjukan tidak ada standar audit dan peraturan peraturan pemerintah yang saat ini berlaku untuk membatasi tanggung jawab AP dan memberikan kepastian jaminan hukum terkait praktek peran dan tanggung jawab AP ketika mengaudit transaksi pengampunan pajak meskipun UU No. 11 tahun 2016 membatasi AP sebagai pihak ketiga untuk menguji transaski pengampunan pajak. ......This study aims, firstly, to know the practice of Public Accountant PA roles and responsibilities to the audited financial statement information on clients engaged to Indonesia tax amnesty program and the initial application of PSAK 70 and also to know audit standards and legislation specifically provide legal guarantees on the practice of PA roles and responsibilities in conducting audit on clients participated in tax amnesty programs. This research was conducted with qualitative approach through symbolic interactionism paradigm as PA role and responsibility analysis method. Data analysis techniques were conducted with Milles and Huberman interactive models. The results analysis show 1 PA roles and responsibilities when conduct the audit on tax amnesty transactions in accordance with Audit Standards 250, Audit Standards 315, Document TJ 07 and PSAK 70 as accounting standards, so risk on tax amnesty transactions were minimized through audit procedures 2 there is no audit standards and current government regulation rules to cap the role and responsibility of the PA and provide certainty of legal guarantees relating to the practice of PA roles and responsibilities before, current and post period of tax amnesty.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Wicaksana
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang proses pembentukan konsep diri pada penyandang disabilitas melalui komunikasi antarpribadi dengan pekerja sosial. Dengan berlandaskan paradigma konstruktivis, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana konsep diri penyandang disabilitas terbentuk dan faktor-faktor apa yang membentuknya. Melalui teori interaksionisme simbolik dan tahapan pembentukan konsep diri, peneliti berusaha menjelaskan bagaimana self seseorang terbentuk melalui interaksi dengan orang lain, khususnya dengan significant others-nya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kaitan yang erat antara komunikasi antarpribadi yang dilakukan pekerja sosial terhadap konsep diri yang terbentuk pada diri penyandang disabilitas. Peneliti merekomendasikan agar penelitian ini bisa terus dikembangkan dengan melihat faktor lain yang dapat membentuk konsep diri penyandang disabilitas seperti media, lingkungan, dan lain-lain. ......This thesis discusses the process of the formation on the concept of selft in interpersonal communication through the disabled with social worker. With the constructivist paradigm, based on this research aims to examine how the concept of the disabled self is formed and what factors that shape it. Through the theory of symbolic interactionism and the stages of self concept formation, researchers try to explain how a persons self is formed through interaction with others, especially with the significant others. The results of this study indicate a close relationship between interpersonal communication conducted by social workers to the concept of self that is formed on the disabled. Researchers recommend that this research can continue to be developed by looking at others factors that can shape the concept of selft disabled people such as media, environment, and others.
Depok: Univesitas Indonesia. Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik, 2018
T50086
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sapta Dwi Putri
Abstrak :
Studi ini menggambarkan makna perkawinan oleh informan remaja perempuan yang sudah menikah dan yang belum menikah. Menggunakan pendekatan interaksionisme simbolik, untuk melihat konstruksi nilai dan norma melalui proses sosialisasi dari significant others kepada remaja perempuan. Makna perkawinan bagi informan sudah menikah yakni membuat hidup menjadi bahagia, telah dapat memiliki anak, dan membuat hidup lebih mandiri. Sedangkan makna perkawinan bagi informan belum menikah yakni dapat memiliki keturunan, perkawinan dianggap sakral dan merupakan ibadah, pelegalan hubungan seks, tempat penyaluran kasih sayang, dan dapat membangun keluarga harmonis. Makna perkawinan yang dikonstruksikan pada informan belum menikah dan sudah menikah berbeda. Makna perkawinan pada informan sudah menikah merupakan penggabungan makna normatif dan hasil pengalaman subjektif. Sedangkan Informan belum menikah, dihasilkan melalui proses internalisasi dari significant others melalui interaksi dan sosialisasi. ......This study describes the meaning of marriage by informants adolescent women are married and unmarried. Using symbolic interactionism approach, to see the construction of values and norms through the socialization process of women's significant others to adolescents. The meaning of marriage from married informant that make life happier, have been able to have children, and make life more independently. While, the meaning of marriage for unmarried informants that can have children, marriage is considered sacred and was worship, legalized sex, the distribution affection, and can build a harmonious family. The meaning of marriage which is constructed on the married and married informant is different. Meaning of marriage on married informant which is combination of normative meaning and subjective experience. While, for unmarried informants, the meaning is produced through a process of internalization of significant others through interaction and socialization.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S45790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Namirah Tzalsavila
Abstrak :
Penelitian ini membahas konsep diri yang ada dalam ekspresi dengan kata umpatan di Twitter yang dilakukan oleh dewasa muda yang tinggal di perkotaan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif untuk melihat konsep diri para pengumpat di Twitter. Penelitian ini memiliki tujuan untuk memahami bagaimana konsep diri yang merupakan bagian dari Teori Interaksionisme Simbolik dalam ekspresi mengumpat oleh kaum dewasa muda melalui media sosial Twitter dan mengetahui alasan individu dewasa muda mengumpat menggunakan Twitter. Pengambilan subjek penelitian ini dilakukan menggunakan teknik snowball sampling. Subjek penelitian ini terdiri dari lima orang yang berusia 21-22 tahun dan berdomisili di perkotaan yakni Jakarta dan Surabaya. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam untuk mendapatkan data yang dapat menjawab pertanyaan penelitian. Kesimpulandari penelitian ini menjelaskan bahwa konsep diri setiap individu yang berbeda didapatkan dari interaksi sosial individu dengan keluarga, teman, dan media sosial tetap memicu individu mengungkapkan ekspresi dengan kata umpatan yang kemudian hal ini memberikan kontribusi bagi perilaku mengumpat di Twitter. ......This study discusses the self-concept that exist in the expression of swear words on Twitter by young adults who live in urban areas. This research is qualitative research to see the self-concept of the slanderers on Twitter. This study aims to understand how the self-concept which is part of the Symbolic Interaction Theory in the expression of swearing by young adults through social media Twitter and to find out the reasons why young adults swear using Twitter. The subject of this research was taken using snowball sampling technique. The subjects of this study consisted of five people aged 21-22 years and domiciled in urban areas, namely Jakarta and Surabaya. Data collection was carried out by in-depth interviews to obtain data that could answer research questions. The conclusion of this study explain that each individual's different self-concept obtained from individual social interactions with family, friends, and social media still triggers individuals to express expressions with swear words which then contribute to cursing behavior on Twitter.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thasya Adillah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konten pacaran dalam aplikasi TikTok sebagai wujud dari fenomena Public Display of Affection (PDA) di dunia digital. Penelitian ini berangkat dari keterbatasan studi-studi sebelumnya mengenai PDA yang lebih banyak dianalisis dalam perspektif komunikasi dan psikologi, serta melihat PDA hanya dalam konten media sosial secara umum sebagai wujud eksistensi diri akan status hubungan. PDA menggambarkan fenomena baru yang disebut sebagai intimasi digital, dimana dewasa ini intimasi difasilitasi dan dimobilisasi melalui teknologi. Secara sosiologis berdasarkan teori interaksionisme simbolik, budaya dan kewajaran tersebut dihasilkan melalui interaksi sosial, dimana dalam prosesnya individu saling bertukar simbol dan makna dalam interaksi yang terjalin. Aktor yang terlibat dalam proses ini tidak hanya terbatas pada individu di dalam hubungan saja, melainkan juga melibatkan pengguna lain sebagai audiens, serta lingkungan terdekat seperti teman dan keluarga. Peneliti menemukan bahwa feedback dari pengguna lain menjadi indikator atau simbol utama dari keberhasilan individu dalam menggambarkan hubungannya. Peneliti juga menemukan bahwa feedback yang diperoleh dari konten tersebut dapat dimonetisasi melalui kegiatan endorsement, sehingga PDA yang dilakukan tidak hanya terbatas pada keintiman dan relationship. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif studi kasus dengan observasi dan wawancara mendalam bersama beberapa informan yang memproduksi konten PDA di aplikasi TikTok. ......This research aims to analyze dating content on the TikTok application as a manifestation of the phenomenon of Public Display of Affection (PDA) in the digital world. The study departs from the limitations of previous studies on PDA, which were mostly analyzed from communication and psychology perspectives, and considers PDA only in the context of social media content in general as a manifestation of self-existence in relationship status. PDA illustrates a new phenomenon referred to as digital intimacy, where intimacy is currently facilitated and mobilized through technology. Sociologically, based on symbolic interactionism theory, this culture and rationality are generated through social interaction, wherein individuals exchange symbols and meanings in the process of interaction. The actors involved in this process are not limited to individuals in the relationship alone but also include other users as the audience and the immediate environment such as friends and family. The researcher found that feedback from other users serves as the primary indicator or symbol of an individual's success in portraying their relationship. The researcher also found that feedback obtained from such content can be monetized through endorsement activities, expanding the scope of PDA beyond mere intimacy and relationship. This study was conducted using a qualitative case study method with observations and in-depth interviews with several informants who produce PDA content on the TikTok application.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Profesi tukang kiridit keliling yang menjual berbagai peralatan rumah tangga, merupakan profesi khas orang Tasikmalaya. Ciri khas usaha kiridit ini di antaranya; tidak menggunakan jaminan, tidak mengharuskan uang muka, dan pembayaran angsuran sangat fleksibel bisa dilakukan secara harian, mingguan, dan bulanan. Dalam bisnis seperti ini, trust merupakan faktor utama yang dijadikan pegangan tukang kiridit. Realitas demikian menyebabkan tidak sedikit pelanggan kiridit yang mengkhianati dan lari dari kewajibannya menyelesaikan pembayaran angsuran. Tujuan penelitian adalah untuk memahami dan menganalisis: latar belakang dan proses menjadi tukang kiridit; persepsi tukang kiridit terhadap diri dan profesinya; proses komunikasi interpersonal tukang kiridit dengan pelanggannya; dan konstruksi sosial tukang kiridit tentang faktor trust terhadap pelanggannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian menggunakan paradigma konstruktivisme dan metode penelitian kualitatif, dengan subjek penelitian terdiri dari 13 orang tukang kiridit yang dipilih secara purposif. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah interaksionisme simbolik dan teori konstruksi sosial atas realitas, dan untuk mengumpulkan data digunakan wawancara mendalam, observasi partisipan dan studi dokumentasi. Temuan penelitian di antaranya: proses menjadi tukang kiridit dikategorikan menjadi tukang kiridit milu dulur dan milu batur. Pandangan tukang kiridit terhadap diri dan profesinya umumnya sangat positif. Proses komunikasi interpersonal tukang kiridit dengan pelanggannya banyak diwarnai dengan pengelolaan kesan baik secara verbal dan nonverbal. Konstruksi trust terhadap pelanggan banyak didasarkan pada perilaku komunikasi nonverbal pelanggan dan kondisi ekonomi pelanggan.
384 JKKOM 1:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Lenggogini
Abstrak :
[sABSTRAK
Media massa seringkali menampilkan tubuh langsing sebagai standar tubuh ideal bagi perempuan. Tubuh gemuk dikaitkan dengan masalah kesehatan sehingga perempuan gemuk seperti diharuskan untuk menurunkan berat badannya Penelitian ini berusaha mencari tahu bagaimana usaha perempuan gemuk pelaku hidup sehat dalam mencapai harapan masyarakat untuk memiliki tubuh ideal dan bagaimana hegemoni tersebut dipertukarkan melalui interaksi antara keluarga, masyarakat, dan diri perempuan. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa hasil interaksi antara keluarga, teman, dan masyarakat yang memberi respons negatif terhadap tubuh gemuk perempuan membuat mereka merasa butuh untuk menurunkan berat badannya. Hegemoni muncul karena pencapaian citra tubuh sehat yang dilakukan tidak cukup. Hal ini karena perempuan menganggap butuh untuk memiliki citra tubuh ideal agar diterima oleh lingkungan sosial sekitarnya.Media massa seringkali menampilkan tubuh langsing sebagai standar tubuh ideal bagi perempuan. Tubuh gemuk dikaitkan dengan masalah kesehatan sehingga perempuan gemuk seperti diharuskan untuk menurunkan berat badannya Penelitian ini berusaha mencari tahu bagaimana usaha perempuan gemuk pelaku hidup sehat dalam mencapai harapan masyarakat untuk memiliki tubuh ideal dan bagaimana hegemoni tersebut dipertukarkan melalui interaksi antara keluarga, masyarakat, dan diri perempuan. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa hasil interaksi antara keluarga, teman, dan masyarakat yang memberi respons negatif terhadap tubuh gemuk perempuan membuat mereka merasa butuh untuk menurunkan berat badannya. Hegemoni muncul karena pencapaian citra tubuh sehat yang dilakukan tidak cukup. Hal ini karena perempuan menganggap butuh untuk memiliki citra tubuh ideal agar diterima oleh lingkungan sosial sekitarnya. ABSTRACT
Mass media often featured slim body as body ideal standard for women. Fat body is associated with health problems so obese women required to lose their weight. This study analyzed how healthy-living obese women?s attempt in order to achieve society?s expectations to have the ideal body. This study also analyzed how hegemony is exchanged through interaction within family, society, and the women herself. The results show the result of interaction that exchanged between family, friends and society who gave negative responses to the obese women?s bodies make them feel the need to lose weight. Hegemony plays the role because the accomplishment of having healthy body is not enough for them. This is because obese women think that they need to have an ideal body in order to be accepted by their particular others and society. , Mass media often featured slim body as body ideal standard for women. Fat body is associated with health problems so obese women required to lose their weight. This study analyzed how healthy-living obese women’s attempt in order to achieve society’s expectations to have the ideal body. This study also analyzed how hegemony is exchanged through interaction within family, society, and the women herself. The results show the result of interaction that exchanged between family, friends and society who gave negative responses to the obese women’s bodies make them feel the need to lose weight. Hegemony plays the role because the accomplishment of having healthy body is not enough for them. This is because obese women think that they need to have an ideal body in order to be accepted by their particular others and society. ]
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S61898
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library