Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zulfah
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas audit energi pada peralatan utama pemanfaat gas sebagai bahan bakar pada industri minyak dan gas dengan mengambil studi kasus di lapangan Y, Kalimantan Timur. Audit energi perlu dilakukan untuk mengetahui efisiensi serta intensitas energi pada proses produksi di lapangan minyak dan gas bumi serta mengidentifikasi ruang-ruang perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi tersebut. Perhitungan efisiensi dan intensitas energi dilakukan pada peralatan utama pemanfaat gas berupa generator dan turbokompresor dengan pengambilan data untuk perhitungan dilakukan pada periode 2015 hingga 2017. Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa nilai efisiensi termal generator berkisar antara 13.54% - 17.45%. Nilai efisiensi ini dipengaruhi oleh load power generator, sehingga efisiensi generator akan semakin baik jika load power meningkat. Sementara itu, efisiensi termal kompresor berkisar antara 28,36% - 33,79%. Nilai efisiensi ini bergantung pada variabel proses serta volume gas yang dikompresi. Adapun nilai intensitas energi berkisar antara 64,554 - 71,064 dan emisi GRK yang dihasilkan berkisar antara 160,48-208,17 kt CO2 eq. Ruang-ruang perbaikan yang diidentifikasi untuk meningkatkan efisiensi dan menurunkan intensitas energi yaitu dengan mengoperasikan satu generator dan satu kompresor.
ABSTRACT
This thesis discusses about energy audit on main equipment consuming fuel gas in oil and gas by taking a case study at Field Y, East Kalimantan. Audit energy is essential to be carried out to understand the efficiency and energy intensity on oil and gas production facility and to identify room for improvement that is potential to be done to increase the said efficiency. Calculation on efficiency and energy intensity has been carried out on main equipment consuming fuel gas, which are generators and turbocompressors. Data from 2015-2017 were collected to perform the calculation. Calculation results showed that generator thermal efficiency range from 13,54% - 17,45% which was affected by generator load power itself. The efficiency will be improved if the load power is increased. Meanwhile, compressor thermal efficiency ranged from 28,36% - 33,79% depending on process variables and compressed gas volume. Energy intensity calculation result showed the value of 64,554 - 71,064 and greenhouse gas emission ranged from 160,48-208,17 kt CO2 eq. Room for improvements identified to increase efficiency and to reduce energy intensity are to operate one generator and one compressor in normal operation.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50030
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riky Maulana Ikhwan
Abstrak :
Penelitian terdahulu yang meneliti pengaruh mengekspor terhadap intensitas energi masih terbatas. Studi ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh mengekspor terhadap intensitas energi perusahaan manufaktur di Indonesia. Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penelitian ini mengunakan data panel perusahaan manufaktur Indonesia dari tahun 2010 hingga 2014. Melakukan estimasi fixed effect dengan sampel utuh, penelitian ini menemukan bahwa koefisien status ekspor bertanda negatif pada level signifikansi 20%. Namun, mayoritas subsektor juga menunjukkan bahwa mengekspor tidak signifikan mempengaruhi intensitas energi, bahkan pada level signifikansi 20% kecuali pada lima industri. Sebagai tambahan, studi ini juga menemukan bahwa kepemilikan asing berdampak negatif terhadap intensitas energi perusahaan. ......Previous study on the impact of exporting on energy intensity is limited. This study aims to investigate the impact of exporting on energy intensity in Indonesia. To answer the research question, this study uses panel data of Indonesian manufacturing firms from 2010 to 2014. Estimating using fixed effect for full sample, this study finds that the coefficient of export status shows negative sign at 20% significance level. However, majority of the subsectors show that exporting does not have significant effect on energy intensity, even at 20% significance level except for five industries. In addition, this study also finds that foreign ownership has negative effect on firms energy intensity.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T54916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Kartiasih
Abstrak :
Abstract AbstrakStudi ini memperkaya kajian energi di Indonesia dengan menganalisis konsumsi dan intensitas energi, sertafaktor-faktor yang memengaruhi intensitas energi di Indonesia baik secara agregat (nasional) maupunsektoral. Indeks Ideal Fisher digunakan untuk mendekomposisi perubahan intensitas energi (esiensi danperubahan aktivitas ekonomi). Analisis Vector Autoregressive (VAR) atau Vector Error Correction Model(VECM) digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel ekonomi terhadap intensitas energi.Studi ini menunjukkan bahwa intensitas energi di Indonesia meningkat selama periode 1977-2010. Faktorutama yang memengaruhi intensitas energi di tingkat nasional adalah perubahan aktivitas ekonomi,sedangkan di tingkat sektoral adalah efek esiensi.
2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Irawan
Abstrak :
Urbanisasi merupakan suatu fenomena negara berkembang yang perlu dikaji mendalam karena mempunyai dampak yang bervariasi antara lain peningkatan konsumsi energi. Konsumsi energi perlu dikendalikan agar terdapat keseimbangan antara penyediaan dan permintaan energi disetiap provinsi. Dalam penelitian ini, Intensitas energi akan digunakan sebagai alat ukur dari konsumsi energi serta unsur kewilayahan digunakan untuk menangkap keanekaragaman kondisi setiap provinsi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1) Apakah terdapat korelasi spasial dalam intensitas energi di Indonesia; dan 2) Bagaimanakah dampak spasial (langsung, tidak langsung dan total) urbanisasi terhadap intensitas energi pada wilayah Indonesia, Kawasan Indonesia Timur (KTI), dan Kawasan Indonesia Barat (KBI). Metode penelitian yang digunakan adalah analisis spasial menggunakan Moran Test, Spatial Durbin Model dan analisis dekomposisi lanjut pada spatial spillover effect. Hasilnya adalah adanya korelasi spasial terhadap intensitas energi yang terjadi di masing-masing provinsi. Urbanisasi menunjukkan dampak signifikan negatif terhadap intensitas energi pada efek langsung di KTI dan KBI dan juga pada efek tidak langsung dan efek total di wilayah Indonesia dan KBI. ......Urbanization is a phenomenon on developing countries that needs to be studied in depth because it has various impacts, including an increase in energy consumption. Energy consumption needs to be controlled in order to balancing energy supply and demand in each province. In this study, energy intensity will be used as a measurement of energy consumption and regional elements are used to capture the diversity of characteristics in each provinces. The purpose of this study is to 1) Is there a spatial correlation in energy intensity in Indonesia; and 2) What is the spatial (direct, indirect and total) impact of urbanization on energy intensity in the Indonesian region, Eastern Indonesia Region (KTI), and Western Indonesia Region (KBI). The research method used is spatial analysis using Moran Test, Spatial Durbin Model and advanced decomposition analysis on the spatial spillover effect. The result is a spatial correlation to the energy intensity that occurs in each province. Urbanization shows a significant negative impact on energy intensity on the direct effect on KTI and KBI and also on the indirect effect and the total effect in the territory of Indonesia and KBI.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beni Agus Permana
Abstrak :
Industri baja merupakan industri padat energi yang memerlukan energi dalam jumlah yang sangat besar dalam proses produksi baja. Dari sisi intensitas energi, industri baja di Indonesia memiliki intensitas energi yang lebih besar dibandingkan industri sejenis di kawasan Asia, hal ini berarti konsumsi energi untuk menghasilkan satu ton produk baja di Indonesia lebih besar dibandingkan produk impor. Mengacu pada biaya energi, dengan konsumsi energi yang lebih tinggi dari negara lain di Asia, dapat menyebabkan produk baja Indonesia kurang kompetitif di pasar Asia. Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah menetapkan target produksi baja dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan baja nasional dan meminimalisir ketergantungan terhadap produk impor. Hal ini perlu diikuti dengan perencanaan kebutuhan energi dan upaya untuk menurunkan biaya energi agar produk baja Indonesia lebih kompetitif di pasar Asia dan dapat memenuhi kebutuhan baja nasional secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan jumlah energi yang diperlukan dalam bauran energi yang optimal dan menemukan cara menurunkan intensitas energi oleh industri baja dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan baja nasional. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pada tahun 2020 diperkirakan industri baja dalam negeri memerlukan energi sebesar 57,75 juta MSCF gas alam; 14,91 TWh listrik dan 1,49 milyar liter bahan bakar diesel untuk menghasilkan produk baja sesuai target Restra Kementerian Perindustrian yaitu sebesar 5 juta ton besi sponge, 20 juta ton baja kasar dan 20 juta ton baja akhir. Terdapat potensi efisiensi energi pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 29,80 juta GJ atau setara dengan 8,28 TWh. Potensi ini dapat direalisasikan dengan menerapkan teknologi hemat energi antara lain adalah teknologi zero reformer DRI pada pembuatan besi sponge, yang dapat menurunkan intensitas energi sebesar 3,77 GJ/ton besi sponge atau dapat menurunkan biaya energi sebesar Rp. 200.068,00 per ton besi sponge. ...... The steel industry is an energy intensive industry that requires energy in very large quantities in the steel production process. In terms of energy intensity, the steel industry in Indonesia have greater energy intensity than similar industries in the Asian region, this means that the energy consumption to produce one ton of steel products in Indonesia is higher than imported products. Referring to the cost of energy, the energy consumption is higher than other countries in Asia, may cause Indonesian steel products less competitive in the Asian market. The Government through the Ministry of Industry has set a target of domestic steel production to fulfill national steel demand and minimize dependence on imported products. It is necessary be followed by the energy demand planning and efforts to reduce the cost of energy that Indonesian steel products more competitive in the Asian market and can fulfill national steel demand optimally. This study aims to estimate the amount of energy required in the optimal energy mix and find a way of reducing energy intensity in the domestic steel industry to fulfill the national steel demand. The result showed that in 2020 the domestic steel industry is estimated to require an energy of 57.75 million mscf natural gas; 14.91 TWh of electricity and 1.49 billion liters of diesel fuel to produce steel products as targeted the Ministry of Industry of 5 million tonnes of sponge iron, 20 million tons of crude steel and 20 million tons of finished steel product. There is the potential for energy efficiency in 2020 was estimated at 29.80 million GJ, equivalent to 8.28 TWh. This potential can be realized by implementing energy-saving technologies include zero reformer DRI technology in the manufacture of sponge iron, which can reduce the energy intensity of 3.77 GJ / tonne of sponge iron or can reduce energy costs by Rp. 200,068.00 per tonne of sponge iron.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42180
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Akbar Nurisra
Abstrak :
Setiap tahunnya konsumsi energi final Indonesia mengalami pertumbuhan. Namun, pertumbuhan yang terjadi masih disertai oleh pemanfaatan energi yang belum efisien serta masih bergantungnya Indonesia terhadap sumber energi yang tidak terbaharukan (Kartiasih et al, 2012). Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi energi adalah intensitas energi. Hingga tahun 2018, kondisi intensitas energi indonesia cenderung mengalami stagnan bahkan pada tahun 2018 menunjukkan cenderung mengalami peningkatan. Hal tersebut masih belum sejalan dengan kebijakan energi nasional yang menargetkan penurunan intensitas energi sebesar 1% di semua sektor setiap tahunnya. Salah satu sektor yang memiliki penggunaan energi yang besar di Indonesia adalah sektor industri manufaktur. Oleh karena itu, tujuan studi ini adalah untuk memberikan gambaran rata-rata intensitas energi perusahaan di sub sektor industri manufaktur serta mengetahui bagaimana pengaruh ekspor terhadap intensitas energi di industri manufaktur Indonesia. Studi ini menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis ekonometrika. Hasil studi menunjukkan bahwa dalam konteks Indonesia, ekspor perusahaan secara signifikan dan konsisten dapat menurunkan intensitas energi (indirect effect) atau dapat memperbaiki tingkat efisiensi energi. Selain itu, hasil studi ini juga menunjukkan bahwa Perusahaan-perusahaan di Industri Barang Galian Bukan Logam (23) merupakan salah satu yang memiliki rata-rata intensitas energi total, gas, dan petroleum yang besar.
Every year Indonesias final energy consumption grows. However, the growth that occurred is still accompanied by inefficient energy utilization and Indonesia's dependence on non-renewable energy sources (Kartiasih et al, 2012). One indicator that can be used to measure the level of energy efficiency is energy intensity. Until 2018, the condition of Indonesia's energy intensity tends to stagnate, even in 2018 showing an increase. This is still not in line with the national energy policy which targets to reduce energy intensity by 1% in all sectors each year. One sector that has a large energy use in Indonesia is the manufacturing industry sector. Therefore, the purpose of this study is to provide an overview of the average energy intensity of companies in the manufacturing industry sub-sector as well as find out how the effect of exports on energy intensity in the Indonesian manufacturing industry. This study uses descriptive analysis and econometric analysis methods. The study results show that in the context of Indonesia, company exports can significantly and consistently reduce energy intensity (indirect effect) or can improve the level of energy efficiency. In addition, the results of this study also show that companies in the Non-Metal Mining Industry Industry (23) are among those who have a large average total energy intensity, gas, and petroleum.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Ramdhan
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara Perusahaan FDI dengan intensitas energi pada industri manufaktur Indonesia dan sub-sektor industri . Data yang digunakan berasal dari Survei Industri Manufaktur diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS dengan periode observasi 2007-2015. Model pada penelitian ini diestimasi menggunakan metode estimasi fixed effect. Hasil estimasi dari model menunjukkan bahwa perusahaan FDI berkorelasi negatif terhadap intensitas energi artinya terdapat penurunan intensitas energi atau efisiensi energi. Sedangkan pada sub-sektor industri, perusahaan FDI menunjukkan intensitas energi yang bervariasi, akibat dari karakteristik yang berbeda pada sub-sektor industri. Sementara itu, analisis tambahan pada sub-sektor padat energi, sub-sektor industri galian bukan logam menunjukan hasil negatif dan signifikan terhadap intesitas energi. Namun, pada sub-sektor logam dasar menunjukkan hasil positif signifikan. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh efek teknik dari sub-sektor industri tersebut masih rendah sehingga tidak terjadi penurunan intensitas energi.
ABSTRACT
This study aimed to analyse the relationship between FDI firms with energy intensity in Indonesian manufacturing industry and its sub-sector. The data used are from the Manufacturing Industry Survey obtained from the Central Statistiks Agency BPS with observation period 2007-2015. The model in this study were estimated used the fixed effect estimation method. Estimation results from the model showed FDI firms tend to had a negatifly correlated to the energy intensity that mean there is a decrease in energy intensity which indicates energy efficiency. In the industrial sub-sector FDI firms show varying correlation with the energy intensities. in additional, sub-sector with high energy intensif showed the non-metal excavation industry sector had a negatifly correlation and significant results on energy intensity, However, the base metals sector showed significant positive results that might occur due to the engineering effect of this industrial sector which was so low that there was no decrease in energy intensity.
2019
T54891
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhisa Azaliah
Abstrak :
Konvergensi intensitas energi merupakan suatu alat bantu dalam menilai efektifitas kebijakan dalam mengurangi intensitas energi. Studi ini menganalisis konvergensi intensitas energi di Indonesia berdasarkan data panel 33 provinsi untuk periode 2008-2015 dengan mengukur konvergensi sigma, konvergensi beta absolut dan kondisional. Untuk mengukur kebergantungan spasial dari intensitas energi maka dalam pengukuran konvergensi beta digunakan metode ekonometrika spasial. Hasil empiris menunjukkan bahwa terdapat bukti dari kedua konvergensi beta absolut dan kondisional tetapi tidak dengan konvergensi sigma. Variabel-variabel yang mendorong terjadinya konvergensi intensitas energi seperti pendapatan provinsi, peran industri menufaktur, peran perdagangan internasional, FDI dan kepadatan penduduk. Dari hasil analisis, didapatkan bahwa menggunakan teknologi industri yang lebih efisien, menarik investasi asing kepada sektor non-industri, mengembangkan ekspor dari sektor yang sedikit menggunakan energi merupakan kebijakan yang dapat dikembangkan. Selain itu dorongan dari dampak limpahan spasial mengindikasikan bahwa intensitas energi dari suatu provinsi turut berkontribusi pada intensitas energi provinsi tetangganya. Oleh karena itu, koordinasi antar daerah berperan besar dalam mendorong penggunaan energi lebih bijaksana.
Energy intensity convergence is a tool to assess the effectiveness of policies in reducing energy intensity. This study analyzes the convergence of energy intensity in Indonesia based on panel data of 33 provinces for the period 2008-2015 by measuring sigma convergence, absolute and conditional beta convergence. To measure the spatial dependence of energy intensity, spatial econometric are used in the measurement of beta convergence. Empirical results show that there is evidence of both absolute and conditional beta convergence but not with sigma convergence. Variables that encourage the convergence of energy intensity such as provincial income, the role of manufacturing industries, the role of international trade, FDI and population density. From the analysis, it found that using more efficient industrial technology, attracting foreign investment to non-industrial sectors, developing exports from sectors that use less energy are policies that can be developed. In addition, the encouragement of the effects of spatial spillover effect indicates that the energy intensity of a province contributes to the energy intensity of neighboring provinces. Therefore, coordination between regions plays a major role in encouraging wiser use of energy.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T52820
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulhafidz
Abstrak :
Tesis ini membahas mengenai audit energi pada fasilitas utama dan fasilitas pendukung yang sudah cukup lama di Lapangan X provinsi Sumatra Selatan. Tujuan dilakukan audit energi adalah untuk mendapatkan profil konsumsi penggunaan bahan bakar dan intensitas energi serta kontribusi emisi gas rumah kaca (GRK) CO2eq di Lapangan X. Audit energi ini juga memberikan rekomendasi perbaikan (room for improvement) agar penggunaan energi menjadi optimal dan emisi gas CO2eq dapat diminimalisasi. Kerangka pemikiran mengacu pada ISO 50001:2011 mengenai Sistem Manajemen Energi. Analisis perhitungan menggunakan metode kuantitatif dengan Microsoft Excel®. Berdasarkan hasil penelitian, nilai intensitas energi dan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan selama periode 2016, 2017 dan 2018 mengalami kenaikan. Nilai intensitas energi mengalami peningkatan dari 1,58E-01 GJ/TOE pada tahun 2016 menjadi 1,77E-01 GJ/TOE pada tahun 2018. Nilai emisi GRK mengalami peningkatan 21,48 kton CO2eq pada 2016 menjadi 23,30 kton CO2eq pada 2018. Peningkatan terjadi karena konsumsi bahan bakar fuel gas yang meningkat dan terjadi penurunan total produksi minyak dan gas bumi. Rekomendasi perbaikan yang didapat adalah dengan mengganti penggerak pada pompa transfer yang sebelumnya menggunakan gas engine menggunakan electric motor (elmot). Hal ini terlihat dari hasil simulasi yang menunjukkan nilai efisiensi generator meningkat hingga 20-an% dan terjadi penghematan penggunaan fuel gas. ......This thesis discusses about energy audit at the main and supporting facilities which quite old in Field X South Sumatra province. The purpose is to obtain a profile of fuel consumption, energy intensity and the contribution of CO2eq greenhouse gas (GHG) emissions in Field X. This also provides room for improvement so energy used is optimal and CO2eq emissions can be minimized. The frameworks used refers to ISO 50001:2011 on Energy Management Systems. Calculation analysis uses quantitative methods with Microsoft Excel®. Based on research, the value of energy intensity and greenhouse gas emissions produced during 2016, 2017 and 2018 has increased. Value of energy intensity increased from 1,58E-01 GJ/TOE in 2016 to 1,77E-01 GJ/TOE in 2018. Value of GHG emissions increased by 21,48 kton CO2eq in 2016 to 23,30 kton CO2eq in 2018. This occurred due to increase of fuel gas consumption and decrease in total oil and gas production. Room for improvement is to replace the drive on the transfer pump that previously used a gas engine with electric motor (elmot). This can be seen from the simulation that shows the efficiency of the generator increases by 20% and there is a savings in the use of fuel gas.
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kunaefi
Abstrak :
Intensitas energi merupakan salah satu indikator yang umumnya digunakan dalam menilai keberhasilan pelaksanaan efisiensi energi di suatu negara. Intensitas energi didefinisikan sebagai besarnya jumlah energi yang digunakan untuk meningkatan aktifitas ekonomi (energi/GDP) Pada level makro, penilaian efisiensi energi dengan melihat indikator intensitas energi berpotensi menghasilkan kesimpulan yang bias. Penurunan intensitas energi tidak langsung dapat diartikan teijadi peningkatan efisiensi energi, namun bisa saja dikarenakan adanya faktor perubahan struktur penggunaan energi. Dengan metode Divisia, perubahan intensitas energi dapat didekomposisi ke dalam bentuk perubahan struktur penggunaan energi dan efisiensi energi. Dengan memisahkan komponen struktur penggunaan energi, analisis efisiensi energi dapat lebih mudah dilakukan. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa selama tahun 1990-2007 telah teijadi pergeseran struktur penggunaan energi dari sektor padat energi (industri, transportasi) ke sektor rendah energi (komersial/jasa). Selain itu pada periode setelah krisis ekonomi (tahun 2000-2007) penggunaan energi oleh masyarakat cenderung lebih hemat. Berdasarkan model regresi juga menunjukkan hubungan positif antara harga energi dan efisiensi energi, serta hubungan negatif antara pendapatan per kapita dan efisiensi energi. ......Energy intensity is one of indicator commonly used to assess energy efficiency in a country. Energy intensity defined as amount of energy used to increase economic activity (energy/GDP). Assessment of energy efficiency through energy intensity often can potentially bias the results. Decline of energy intensity is not direct meaning occurs improvements in energy efficiency, however caused structural energy consumption change. By Divisia methodL, energy intensity change can be decomposed into structural economy change and energy efficiency. By isolating the importance structural energy consumption, analysis of energy efficiency can be easier done. The result of this study show that during year 1990-2007 occur shift of structural energy consumption from energy intensive sector (industry, transportation) to energy non intensive sector (commercial/service). In periode of after economic crisis (year 2000-2007), the using of energy tend more efficient. Based on result of regression model too show positive relation between energy price and energy efficiency, as well as negative relation between income per capita and energy efficiency.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26440
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>