Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2749
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Ria Andrini
Abstrak :
Terjadinya peningkatan sikap dan perilaku seksual di kalangan remaja menimbulkan berbagai masalah, karena bukan Jianya tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang ada di Indonesia, namuiTjuga menimbulkan dampak negative lainnya, seperti kehamilan di luar nikah, depresi, penyakit kelamin, bahkan tertularnya penyakit AIDS. Untuk memecahkan permasalahan ini, yang harus dilakukan bukan hanya memperbaiki remajanya saja, tetapi juga dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mendukung usaha tersebut. Isu-isu perilaku seksual remaja, akhirnya selalu berujung pada satu kesimpulan yang sama, yakni pentingnya diberikan pendidikan seks pada remaja sebagai langkah antisipatif untuk mencegah kesalahan perilaku. Orang tua sebagai individu yang terdekat dengan anak seharusnya dapat menerangkan arti yang sebenarnya dari seks dengan cara yang sehat dan baik karena ia sangat berperan dalam pembentukan nilai dan sikap anak. Namun, pendidikan seks itu sendiri menyebabkan timbulnya pendapat yang saling bertentangan dan kerap kali sulit untuk diterapkan oleh orang tua karena adanya nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat yang menganggap seks merupakan suatu hal yang tabu untuk dibicarakan. Dari permasalahan inilah, maka ingin diketahui bagaimana intensi orang tua untuk memberikan pendidikan seks kepada anak remajanya. Penelitian ini berdasarkan teori Planned Behavior (Ajzen, 1988) yang merupakan respon dan pengembangan dari teori Reason Action. Teori ini mengatakan bahwa intensi adalah penentu langsung dari tingkah laku dan pengukuran intensi yang tepat akan memberikan peramalan tingkah laku yang akurat. Lebih lanjut, teori ini menyatakan bahwa intensi ditentukan oleh tiga faktor, yaitu sikap terhadap tingkah laku, norma subyektif, dan perceived behavior control (baik perceived behavior control belief (PBCb), maupun perceived behavior control direct (PBCd)). Dalam menentukan intensi, masing-masing faktor memiliki kekuatan yang berbeda-beda dan perbedaan tersebut dapat menjelaskan latar belakang timbulnya intensi yang hendak diteliti. Dengan tehnik incidental sampling, sebanyak 116 orang tua yang memiliki anak pra remaja, dilibatkan sebagai subyek penelitian. Prosedur dan alat pengumpulan data mengikuti model Ajzen dan Fishbein (1980). Untuk pengolahan data, digunakan komputer sebagai alat bantu untuk mendapatkan perhitungan persentase, korelasi pearson, regresi berganda, t-test, dan anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah subyek penelitian ternyata memiliki intensi yang kuat untuk memberikan pendidikan seks kepada anak remajanya. Selain itu, juga diketahui bahwa terdapat hubungan linear antara sikap, norma subyektif, PBC (baik PBCb maupun PBCd) dengan intensi. Dari hasil analisis berganda diketahui hanya PBCb yang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap intensi. Sedangkan sikap, norma subyektif, dan PBCd memiliki pengaruh yang siginifikan, dengan sumbangan terbesar diberikan oleh norma subyektif. Jadi, intensi orang tua untuk memberikan pendidikan seks kepada anak remajanya sangat dipengaruhi oleh persepsi mereka mengenai harapan orang-orang yang dianggap penting bagi dirinya agar ia memberikan pendidikan tersebut kepada anak remajanya. Dari penelitian ini juga diketahui bahwa hampir separuh subyek penelitian berpendapat bahwa pendidikan seks kepada remaja paling baik diberikan oleh orang tuanya sendiri dan separuh dari jumlah subyek menyetujui pemberian pendidikan seks kepada anak di usia remaja awal (12 -15 tahun). Beberapa saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebaiknya jumlah sampel diperbesar dengan penyebaran berdasarkan data kontrol yang merata sehingga dapat dilakukan pengolahan statistik lebih lanjut, untuk mendapatkan hasil yang lebih kaya dan rinci. Selain pemberian kuesioner, sebaiknya juga dilakukan wawancara untuk mendapatkan jawaban yang lebih kaya dan akurat dalam peramalan intensi. Selanjutnya juga disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut, seperti topik-topik masalah seks yang sering dibicarakan dan ditanyakan antara anak dan orang tua, disarankan agar melakukan wawancara kepada para orang tua karena ternyata dari penelitian ini diketahui terdapat perbedaan pengetahuan antara apa yang ingin diberikan orang tua dan yang ingin diketahui anak. Pengetahuan mengenai pendidikan seks, ternyata bukan hanya diperlukan bagi remaja, tetapi juga bagi orang tua karena berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks masih kurang. Hal bisa dilakukan dengan memperbanyak seminar, menyediakan buku-buku panduan mengenai pendidikan seks, dll.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2896
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silaban, K. Romeo P.
Abstrak :
Peranan orang tua sangat penting dalam membangun spiritualitas dalam diri anak. Untuk membangun spiritualitas, pendidikan keagamaan perlu diberikan kepada anak. Salah satu caranya adalah dengan memasukkan anak ke sekolah minggu di gereja. Kenyataannya, tidak semua orang tua memasukkan anaknya ke sekolah minggu. Penelitian ini dilakukan untuk melihat intensi orang tua HKBP dalam memasukkan anaknya ke sekolah minggu; melihat peran sikap, norma subyektif dan perceived behavioral control secara bersama-sama terhadap intensi; serta melihat variabel mana diantara ketiganya yang berperan secara signifikan terhadap intensi orang tua di gereja HKBP di Jakarta. Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori Planned Behavior dari Ajzen (1988). Penelitian ini dilakukan pada sebanyak 50 orang subyek dari 2 (dua) gereja di Jakarta dengan metode pengambilan sampel incidental sampling. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan regresi berganda untuk melihat bobot variabel-variabel prediktor terhadap intensi subyek. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kuesioner yang disesuaikan dengan teori Planned Behavior yang disusun oleh Ajzen. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa intensi orang tua untuk memasukkan anaknya ke sekolah minggu tergolong tinggi. Sikap subyek cenderung positif terhadap tingkah laku memasukkan anak ke sekolah minggu, normative beliefsnya cukup tinggi, namun motivation to complynya sedikit di atas rata-rata. Selain itu, perceived behavioral control subyek penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memudahkan atau menghambat dimunculkannya tingkah laku memasukkan anak ke sekolah minggu dapat diantisipasi oleh subyek penelitian meskipun ada kemungkinan perbedaan persepsi subyek tentang faktor yang memudahkan atau menghambat tersebut. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kecenderungan intensi subyek untuk memasukkan anak ke sekolah minggu tergolong tinggi. Persentase variabilitas yang dapat dijelaskan oleh model dengan variabel sikap, norma subyektif dan perceived behavioral control sebagai prediktor adalah sebesar 14 %. Dari ketiga variabel prediktor intensi, hanya sikap yang memberi sumbangan yang signifikan. Melalui penelitian ini beberapa saran dapat dikemukakan yaitu perlunya pendekatan teori selain teori pianned behavior untuk menjelaskan intensi orang tua memasukkan anak ke sekolah minggu; variabel lain perlu dicari untuk membantu meramalkan intensi; perlunya diadakan penelitian dengan sampel yang lebih banyak pada gereja HKBP atau selain HKBP; serta perlunya diadakan penelitian yang membandingkan orang tua yang belum memasukkan dengan yang sudah memasukkan anak ke sekolah minggu.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3462
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library