Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta : Lembaga Demografi-FEUI, 1993
UI-MDI 20:39 (1993)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Primades Atriyanto
"Angka kematian bayi (AKB) sebagai salah satu indikator mortalitas derajat kesehatan di Indonesia telah menurun cukup berarti, namun masih jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN serta negara-negara maju. Angka kematian neonatal merupakan sekilar 40% dari AKB, dengan penyebab utama adalah bayi berat lahir rendah (BBLR) sebesar 29% (SKRT, 2001). Berbagai studi menyebutkan banyak faktor yang menyebabkan terjadinya BBLR, faktor kualitas pelayanan antenatal merupakan salah satu faktor risiko yang sangat penting, disamping faktor-faktor lain seperti paritas, jarak kelahiran, riwayat kehamilan terdahulu, pertambahan berat badan selama hamil, tingkat aktifitas fisik ibu, komplikasi selama hamil, perilaku merokok, umur ibu, tinggi badan ibu, tingkat pendidikan ibu, etnis atau ras, tingkat sosial ekonomi dan jenis kelamin bayi yang dilahirkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor kualitas pelayanan antenatal (berdasarkan frekuensi pelayanan, jadwal pelayanan, dan konseling) terhadap kejadian BBLR di Indonesia.
Penelitian dirancang secara kasus kontrol dengan menggunakan data terdokumentasi basil SDKI 2002-2003. Kasus adalah subjek dengan atribut efek positif (BBLR) dicarikan kontrolnya yaitu subjek dengan atribut efek negatif (Tidak BBLR). Populasi studi adalah seluruh sampel SDKI 2002-2003 yaitu semua wanita berusia 15-49 tahun yang sudah pernah kawin dan melahirkan dengan lahir hidup dalam lima tahun terakhir sebelum survei, dengan kriteria inklusi kasus dan kontrol adalah kelahiran tunggal, ditimbang saat lahir, dan bapak juga diwawancarai, sedangkan kriteria eksklusinya adalah data terdokumentasi tidak tersedia lengkap. Dengan menggunakan rumus Batas minimal sampel untuk kasus kontrol tidak berpadanan didapatkan kasus sebanyak 82 dan kontrol 328. Dengan analisis regresi logistik ganda, model akhir pengaruh kualitas pelayanan antenatal terhadap kejadian BBLR didapatkan nilai OR = 2,71 (95% CI: 1,60-4,58), artinya bahwa responden yang mendapatkan kualitas pelayanan antenatal (berdasarkan frekuensi pelayanan, jadwal pelayanan, dan konseling) dengan kualitas buruk kemungkinan berisiko 2,71 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mcndapatkan kualitas pelayanan antenatal balk setelah dikontrol dengan komplikasi selama hamil, umur ibu, dan jenis kelamin bayi. Variabel yang terbukti signifikan secara statistik dengan kejadian BBLR adalah komplikasi selama hamil (OR = 3,98 atau 95% CI: 2,06-7,67), umur ibu (OR = 1,98 atau 95% CI: 1,02-3,85), dan jenis kelamin bayi (OR = 1,93 atau 95% CI: 1,14-3,28), sedangkan variabel yang tidak terbukti berpengaruh signifikan secara statistik adalah paritas, riwayat kehamilan, dan pendidikan ibu.
Dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan antenatal (berdasarkan frekuensi pelayanan, jadwal pelayanan, dan konseling) terbukti mempunyai pengaruh bermakna secara statistik terhadap kejadian BBLR setelah dikontrol dengan variabel komplikasi selama hamil, umur ibu, dan jenis kelamin bayi, sehingga perlu menjadi bahan pertimbangan oleh para pengambil kebijakan dalam upaya menurunkan kejadian BBLR di Indonesia.

Infant Mortality Rate (IMR) as one of mortality indicators of health level degraded in Indonesia significantly, but it is higher than many countries in ASEAN and also development countries. Neonatal mortality is almost 40% of infant mortality rate with main reason of low birth weight is 29% (SKRT, 2001). Various study mentioned many factors which caused a low birth weight occurrence, antenatal service quality factor is one of the important risk factors compared with other factors such as parity, birth interval, past pregnancy history, weight increased during pregnancy, activity level of mother's physic. Complication during pregnancy, smoking behavior, mother's age, mother's tall, education level of mother, ethnic or race, social and economic level, and baby gender which is born. This Research purpose is to know effect of antenatal service quality factor (according to service frequency, service schedule, and counseling) to low birth weight occurrence.
Research designed with a control case by using result of documentation data SDKI 2002-2003. Case is subject with positive effect attribute (low birth weight) by looking for its control that is subject with negative effect attribute (no low birth weight). Study population are all samples of SDKI 2002-2003 that are all women 15-49 years old who have married and born with life birth in last five years before survey, with inclusion criterion of case and control are single birth, weighted when she born, and father is also held an interview, while its inclusion criterion of available documentation data is not complete. By using a minimum limit formula of samples for non match control case, it founded 82 cases and 328 controls. By analysis of multiple logistic regression, final model effect of antenatal service quality to low birth weight occurrence got a value of OR = 2,71 (95% CI: 1,60-4,58), this means responders who got antenatal service quality (according to service frequency, service schedule, and counseling) with a bad quality of risk possibility are 2,71 times bigger to bear with low birth weight compared with mother who got good quality of antenatal service after controlled with a complication during pregnancy, mother's age, and baby gender. Significant variable with a low birth weight occurrence statistically is complication during pregnancy (OR = 3,98 atau 95% CI: 2,06-7,67), mother's age (OR = 1,98 or 95% Cl: 1,02-3,85), and baby gender (OR = 1,93 or 95% CI: 1,14-3,28), while variables who does not significant effect statistically are parity, pregnancy history, and mother?s education.
It is concluded that antenatal service quality (according to service frequency, service schedule, and counseling) have significant effects statistically to low birth weight occurrence after controlled with complication variable during pregnancy, mother?s age, and baby gender, so it is important to become consideration for all policies makers decreasing effort of low birth weight occurrence in Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T 19040
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Robby Alexander
"Studi ini bertujuan untuk menganalisa hubungan pengeluaran publik pemerintah daerah dan angka kematian bayi. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pengeluaran publik kesehatan dengan menggunakan data panel Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 ? 2008. Pendekatan model data panel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Fixed Effect Model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran publik kesehatan memiliki hubungan yang signifikan secara statistik terhadap penurunan angka kematian bayi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel kontrol lain memiliki hubungan yang signifikan secara statistik terhadap penurunan angka kematian bayi.

This study aims to analyze the relationship between local spending and infant mortality rate in the Province of West Java from the year of 2005 to 2008. The model developed for this study is fixed effect model of panel data regression. The result show that local spending on health and control variables have a statistically significant in reduce infant mortality rate.;This study aims to analyze the relationship between local spending and infant mortality rate in the Province of West Java from the year of 2005 to 2008. The model developed for this study is fixed effect model of panel data regression. The result show that local spending on health and control variables have a statistically significant in reduce infant mortality rate."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T27645
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sahril Kasim
"Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator penting dalam bidang kesehatan yang dapat digunakan untuk mengukur kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat sebab bayi sangat sensitif terhadap perubahan dilingkungan sekitar. Jika masyarakat memiliki standar kehidupan yang buruk, maka bayi akan merespon lebih cepat dibanding kelompok usia lainya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh variabel sosial ekonomi terhadap angka kematian bayi di Indonesia. Dengan menggunakan korelasi Pearson, diperoleh hasil hubungan yang signifikan antara pengeluaran keseharan, pendapatan perkapita, angka buta huruf serta staf kesehatan terampil terhadap IMR pada level signifikansi 5. Dengan menggunakan analisis regresi linear majemuk ditemukan bahwa variabel pengeluaran keseharan, pendapatan perkapita, angka buta huruf serta staf kesehatan terampil secara parsial maupun simultan memeiliki pengaruh yang signifikan terhadap angka kematian bayi pada alpha sebesar 5.
Berdasrakan hasil tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa untuk menekan angka kematian bayi di Indonesia, pemerinta perlu untuk melakukan beberapa perbaikan diantaranya; menyediakan institusi pendidikan khusus ibu dan anak untuk menciptakan tenaga kesehatan terampil, meningkatkan kontrol terhadap alokasi dana kesehatan, merancang kebijakan untuk mengontrol demografi di Indonesia serta menekan angka buta huruf terutama bagi para wanita di pedesaan.

An infant mortality rate is one of the most important health indicator to measure socio economic well being of the society since the baby is very sensitive to the environmental changes. If the society has a bad standard of living so the baby will quickly responds compare to other age groups.
The objective of this research is to examine the influence of socio economic variables to infant mortality rates in Indonesia. By using Pearsons correlation it reveals that there is a strong and significant correlation between per capita income, health expenditure, skilled health staff, illiteracy rate to infant mortality rates at 5 level of significance. By using multiple linear regressions the author foundout that health expenditure, percapita income, illiteracy rate and skilled health staff are both simulteneously and partially significant at 5 level of significance.
Throughout this findings the author concludes that the government need to do few improvements in accordance to reduce infant mortality rates in Indonesia, such as increasing the availability of special educational institutions of parental and baby health cares, increasing the control of health expenditure and ensure the effectiveness of health budget allocation, preparing for a better demography policy to control the population problem and suppress the woman illiteracy rates, especially in rural areas.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Indonesia's infant mortality rate declined to 64' infannt deaths per
l ,000 live births in l99l _ Adolescent mothers. women who first married under
the age of lS. and mothers who did not obtain antenatal care and tetanus
immunizations were at greater risk of experiencing an infant death. In addition.
levels of infant mortality were substantially higher when births were spaced
closer together. For example, the infant mortality rate among adolescent
mothers was l25 when births were spaced less than 24 .months apart and 96
when births were separated by more than two years. Roughly half of all infant
deaths occur within the first 28 days of life in Indonesia. Findings indicate that
mothers who were less than 20 years of age. who did not have antenatal care
and tetanus immunizations. and who spaced births less than 24 months apart
were more likely to experience a neonatal death. With the exception of
antenatal care, these factors were also associated with elevated levels of
postnatal mortality (infant deaths that occur when infants are between l-l2
months of age). However, postneonatal mortality was also higher among
mothers who gave birth at home rather than in a health facility, who were
assisted at delivery by non-medical staff and who had lower levels of
educational attainment. Postneonatal mortality is determined by a broader
array of program and socioeconomic measures than neonatal mortality. and
may be reduced more readily through Family Planning/Mother and Child
Health (FPAHCH) service interventions. In order to reduce both neonatal and
postneonatal mortality. greater effort should be made to increase the age at first birth. space births more than two years. and attain higher tetanus coverage
levels among expectant mothers.
"
Journal of Population, Vol. 3 No. 1 June 1997 : 19-36, 1997
JOPO-3-1-Jun1997-19
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gunantoro
"Latar belakang: Di Indonesia angka kematian bayi masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara negara Asean lainnya. Tetanus neonatorum adalah salah satu penyebabnya, tepatnya di Kabupaten Sukabumi ada beberapa faktor yang berhubungan dengan terjadinya tetanus neonatorum seperti cakupan imunisasi TT dan cakupan persalinan (persalinan oleh harus bukan persalinan oleh dukun), oleh karena itu pertolorgan persalinan merupakan salah satu faktor pernyebab tetanus neonatorum.
Tujuan penelitian, desain, dan sampling: Studi ini dimaksudkan untuk menentukan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan penelitian penolong persalinan di Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi tahun 2001 dengan menggunakan desain kros seksional . Populasi dari penelitian yaitu, ibu yang mempunyai anak dibawah 12 bulan yang bertempat tinggal di Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi. Sampel dipilih secara acak dengan cara probability proportional to size untuk mendapatkan sejumlah ibu yang mempunyai anak dibawah 12 bulan pada masing masing Desa, di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi.
Hasil penelitian: Variabel yang tetap berhubungan benar dengan petugas penolong persalinan pada analisis multivariat yaitu variabel kepercayaan responder terhadap keterampilan nakes OR 4,253 (95% CI: 2154-8,359) dan banyaknya keluhan sewaktu responden mengandung anaknya yang terakhir OR=2,584 (95% CI: 1,329-5,023).
Saran:
a. Penyebarluasan informasi kepada ibu-ibu hamil mengenai ANC, persalinan, dan penyakit TN melalui penyuluhan kelompok di setiap desa.
b. Pelatihan bidan mengenai cara menumbuhkan kepercayaan masyarakat dan mengusahakan agar bidan dapat menetap di satu desa dengan dibuatkan suatu Surat Perintah.
c. Membiasakan kegiatan menabung bagi ibu hamil untuk meringankan biaya persalinan.
d. Monitoring ibu hamil terutama ibu hamil risti.
e. Mengoptimalkan kegiatan program perawatan kesehatan masyarakat terutama melakukan kunjungan kepada ibu hamil yang termasuk keluarga rawan.
f. Membuat perencanaan yang tepat dan mengalokasikan dana yang cukup untuk kegiatan penyuluhan, monitoring ibu hamil, dan pembinaan keluarga rawan agar dapat berjalan dengan baik.

In Indonesia Infant Mortality Rate is still higher than the other ASEAN countries. Tetanus neonatorum is one of diseases that cause of death, especially at Sukabumi some factors related to the occur of tetanus neonatorum such as: TT immunization coverage and coverage of delivery (attendant by health provider not by traditional birth attendant), therefore birth attendant is one causal factor of tetanus neonatorum.
Sampling, Design, and Research Objective: This study aim to determine factors related to choice of birth attendant in Sub district of Cibadak, District of Sukabumi in 2001 using cross sectional study design. The population of this study are the mothers who have the children under 12 month lived in Sub district of Cibadak, District of Sukabumi. Samples were selected randomly using Probability Proportional To Size regard to numbers of mothers who have children under 12 month for each village in Sub district of Cibadak, District of Sukabumi.
Result: Factors that proven significant related to choice of birth attendant in multivariate analysis are believe to health provider OR-4_253 (95% Cl: 2.164-8.359) and compliant frequencies OR=2.584 (95% CI: L329-5_023).
Suggestion:
a. Desimination of information to group of pregnancy mother about ANC, delivery, and tetanus neonatorum decease in each village.
b. Make a midwife training about method of growth the public believe and make a instruction for midwife in order to live in village.
c. Make the mother accustomed to save the money for finance her delivery.
d. Monitoring the pregnancy mother especially the high risk pregnancy mother.
e. Optimalize of public health nursing program especially midwife health provider to poor family with pregnancy mother.
f. Make a good plan and good allocation of financial for public health nursing program, monitoring the high risk pregnancy mother, and dissemination of information.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T2093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zafril Luthfy R.A.
"Dalam rangka mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka pelaksanaan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) perlu terus dipantau dan di evaluasi dari berbagai aspek.
Salah satu aspek yang cukup penting dan banyak konstribusinya dalam menopang keberhasilan program KIA adalah aspek manajemen program KIA yang dilakukan oleh Bidan di Desa. Meskipun pemerintah telah melakukan terobosan dengan penempatan bidan di seluruh pelosok desa tanah air, namun hasilnya sampai sekarang belum sesuai dengan harapan, termasuk di Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Barat.
Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pelaksanaan manajemen program KIA oleh Bidan di Desa, dan faktor-faktor yang berhubungan.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Barat. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional dengan unit analisis Bidan di Desa (individu) yang telah bertugas lebih dari dua tahun dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara Sistematic Random Sampling, sebanyak 100 sampel.
Variabel-variabel yang diteliti meliputi variabel dependen yaitu fungsi-fungsi pelaksanaan Manajemen Program KIA (Perencanaan, Penggerakan dan Penilaian), sedangkan variabel independen adalah umur, status perkawinan, tempat tinggal, lama bertugas, pelatihan, dukungan masyarakat, bimbingan teknis, umpan balik, hasil kerja dan saran kerja.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Pelaksanaan Manajemen Program KIA oleh Bidan di Desa di Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Barat, proporsinya sama antara yang baik dan yang kurang baik. Dengan uji Chi-Square, diketahui hanya ada satu faktor yang secara statistik berhubungan dengan pelaksanan manajemen program KIA yaitu umur (X2 6,723 p= 0,009).
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada Departemen Kesehatan RI agar penempatan dan pemberian tugas Bidan di Desa harus memperhatikan faktor umur, kepada Kepala Seksi KIA Dinas Kesehatan, para Kepala Puskesmas dan Bidan Pengelola Puskesmas, agar mengingatkan serta menegaskan kembali pentingnya melaksanakan manajemen program KIA oleh Bidan di Desa, selalu melakukan bimbingan teknis dan segera memberikan umpan balik hasil kerja Bidan di Desa. Sedangkan untuk peneliti selanjutnya disarankan agar penelitian ini terus dilanjutkan dengan metode yang lebih tepat dan variabel-variabel yang lebih spesifik serta akurat.

The Factors Related to the Application of Management of Mother and Child Health Care Program by Village Midwife in West Aceh District Years 1998In disrreasing Maternal Mortality Rate (MMR) and Infant Mortality Rate (IMR) as one of the effort in the human resource improvemant, the implemantation of Mother and Child Care must be monitored and evaluated on several aspects.
One of the aspect that is necessary and will contribute to success of break through Mother and Child Care program in village midwife. While government have done by distributing in village midwife, but the result still for from expectation as to get discriptian of the including that in Aceh District.
Related to these problems this research has an objective management of the program of Mother and Child Care by midwife, and the related factors.
This research is done in Aceh West District, Aceh Province, using Cross Sectional design with analisys unit in village Midwife (individual) as who have worked more than two years and sample have done with Simple Random Sampling sum 100 samples.
The variables who researched involve dependent variable by the function of the Aplication of Management Mother and Child Health Care program namely planning, actuating , and evaluation, independent variables were age, marriage status, resident, task, training, community support, technical guidance, job feed back and infrastructure.
The research conclution that the Aplication of Management of Mother and Child Health Care Program by Village Midwife in West Aceh, the same proportion between good and not so good_ By the Chi-Square statistics exam, known that age was a factor related with aplication management mother and child health care program (X2=6,723
According to the research, recommended for Health Department Republic of Indonesia in order to placement and giving job to village midwife must be concider age factor. Head of mother and child care health, section, head of public health center and midwife commitee, in order to remain and will focus how necessary application of Mother and Child care by midwife, always do technical guidance and job feed back with midwife resulted in village. While for researcher this research could continued with several method which more effective and specific variables and so accurate.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T3980
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Pada
"Keberadaan seorang ibu merupakan tonggak utama tercapainya keluarga yang sejahtera karena ibu mempunyai nilai strategis dalam pembangunan sumber daya manusia yang sekaligus merupakan kelompok rawan karena resiko kesakitan dan kematian. Angka kematian ibu (AM) dijadikan salah satu indikator nasional yang digunakan dalam menilai tingkat kesejahteraan ibu dan derajat kesehatan. Dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, angka kematian ibu di Indonesia masih relatif tinggi. Pemanfaatan penolong persalinan adalah satu mata rantai dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh informasi tentang hubungan pemeriksaan kehamilan dengan pemanfaatan penolong persalinan. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari data Survei Kesehatan Ibu dan Anak Indonesia tahun 2001 dengan desain cross sectional. Sampel adalah wanita yang sudah menikah, berumur 15-45 tahun dan pernah melahirkan anak, baik lahir hidup maupun lahir mati dalam satu tahun terakhir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan sebesar 94,3%, akan tetapi yang memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan hanya 62,6%. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa ibu yang tidak memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan (tidak ANC) mempunyai peluang 5,09 kali memanfaatkan bukan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan setelah dikontrol variabel pendidikan dan pengetahuan ibu. Selain itu akses terhadap media informasi dan status ekonomi keluarga juga berhubungan secara independen dan bermakna dengan pemanfaatan penolong persalinan.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemanfaatan tenaga kesehatan dalam pelayanan kesehatan ibu hamil dan bersalin di Propinsi Jawa Barat adalah dengan meningkatkan ketrampilan tenaga kesehatan dalam konseling-komunikasi interpersonal, memberikan layanan antenatal yang lebih berkualitas, pemantapan sistem rujukan yang komprehensif dari keluarga, masyarakat, puskesmas sampai rumah sakit serta mengupayakan kesinambungan pembiayaan kesehatan bagi keluarga miskin khususnya pelayanan kesehatan ibu hamil/bersalin serta rujukan melalui APBD propinsi dan kabupaten/kota setelah program JPS-BK berakhir.

Relationship between Antenatal Care History and Birth Delivery Assistant Utilization in the Province of West Java 2001 (Secondary Data Analysis: Indonesia Mother and Child Survey, 2001)The existence of a mother is the main pillar to attempt a welfare family due to it has a strategic value in human resource development. Also, the mother is classified as vulnerable group because of having morbidity and mortality risk. Maternal Mortality Rate (MMR) is one of national indicators assessing the level of well-being mother and health status. In comparison with other ASEAN countries, MMR in Indonesia is relatively high. So, in order to decrease MMR and Infant Mortality Rate (IMR), delivery assistant utilization is an important chain.
The objective of the study was to obtain the information about relationship between antenatal care and birth delivery assistant utilization. This study used secondary data from Indonesia Mother and Child Survey 2001 as well as a cross sectional design, The sample of this study was married women aged 15-45 years and having given birth history, both alive or stillbirth in the last one year.
The results showed that antenatal care provided by health provider was 94.3% but of those who utilized health provider as birth delivery assistant was 62.6%. Logistic regression test revealed that mothers who did not examine their pregnancy to the health provider had chance 5.09 times to utilize other provider beside health provider as their birth delivery assistant after being controlled by mother's educational and knowledge. Furthermore, the access to information media and economical status in the family related to birth delivery assistant utilization independently and significantly.
It is recommended that some attempt that could be conducted to increase health provider utilization in health care for pregnant women and delivery women in the Province of West Java by increasing the health provider's skill on interpersonal communication and counseling, providing quality antenatal care and comprehensive referral system, as well as trying to give continuous health expenses for the poor family, particularly providing the service for pregnant/delivery women.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T5755
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosnini Savitri
"Angka Kematian Ibu di Indonesia sebesar 390 per 100.000 Kelahiran hidup (SDKI, 1994) dan Angka Kematian Bayi 54 per 1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 1997), sementara itu di Sumatera Barat Angka Kematian Ibu 330/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi 47/1000 kelahiran hidup (BPS 1998).
Untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi pemerintah melaksanakan berbagai program pemberdayaan masyarakat, salah satunya adalah melalui kegiatan kesehatan di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu).
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mutu proses KIE di Posyandu dan faktor-faktor yang berhubungan. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Padang Pariaman.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional. Sampel penelitian adalah kader Posyandu yang terdapat di Kabupaten Padang Pariaman dan pengambilan sampel studi kuantitatif dilaksanakan dengan cara stratifikasi random sampling sebanyak 110 kader Posyandu dan studi kualitatif diambil secara purposif sebanyak 4 orang kader Posyandu dan 4 orang pembina lapangan (Bidan Desa).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 47,3 % mutu proses KIE kurang, 36,4 % sedang dan 16,4 % baik. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar Posyandu di Kabupaten Padang Pariaman memiliki mutu proses KIE yang masih rendah. Faktor pengetahuan kader, pembinaan kader dan supply sarana penyuluhan mempunyai hubungan yang bermakna (p< 0.05) dengan mutu proses KIE di Posyandu. Disamping itu faktor pengetahuan kader mempunyai hubungan yang paling kuat dengan mutu proses KIE setelah faktor lain dikontrol.
Penelitian ini menyarankan adanya pelatihan kader dan penyegaran kader secara berkala dalam rangka meningkatkan pengetahuan kader, meningkatkan pembinaan oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten, bantuan dana untuk melengkapi sarana penyuluhan terutama media penyuluhan dalam rangka meningkatkan mutu proses KIE di Posyandu tersebut.

Quality Analysis of Posyandu Communication Information and Education Process and its related factors in Padang Pariaman regency West Sumatra Province 2000.Maternal Mortality Rate in Indonesia is 390 per 100.000 live births (SDKI, 1994) and the Infant Mortality Rate is 54 per 1.000 live births (Indonesian Health Profile, 1997). Meanwhile in West Sumatra the Maternal Mortality Rate is 330/100.000 live birth and infant Mortality Rate 47/1.000 live birth (BPS 1998).
In order to decrease the maternal mortality and infant mortality rate, the government has performed various people empowerment programs. One of the programs is through health activities in Posyandu (Integrated Service Point).
This research is intended to obtain the profile of Communication Information and Education process quality in the Posyandu and its related factors. This research was performed in Regency of Padang Pariaman.
The research design is Cross Sectional Survey. The research samples are Posyandu personnel that are available in Padang Pariaman Regency and sampling method was stratified random sampling towards 110 personnel and the qualitative sampling was done purposively towards 4 Posyandu personals and 4 field workers (Village Midwives).
The result of this research indicates that 47.3% the Communication Information and Education quality process is poor, 36.4% is moderate and 16.4% is good. This concludes that quality of KIE process still slow. Furthermore, this study showed cadres skills, supervision of cadres and support of media supplies are factors related significantly to the quality of Communication information and Education process. By using multiple logistic regressions, it is shown that cadres skills is the most important factors.
This research recommends that Puskesmas (and other higher health responsibilities) to always provide support to improve knowledge & skills of cadres in Communication Information and Education / Health promotion. Furthermore, it is impentive that each Posyandu is provided well with health promotion media, such as rehearsal promotion sheets/posters.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T7843
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saifuddin Suhri
"Penulisan ini selain mencoba untuk mengamati pola ketimpangan kesehatan yang terus menerus terjadi di Indonesia, juga bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor mempengaruhi Infant Mortality Rate (IMR) dan Life Expectancy (LE). Penelitian ini juga dilatarbelakangi oleh beberapa penemuan empiris sebelumnya baik yang dilakukan dengan data di Indonesia maupun negara-negara lainnya di dunia seperti yang dilakukan oleh Purwanto, Kuncoro, Filmier, Hammer dan Pritchett serta beberapa peneliti lainnya.
Pengamatan yang dilakukan penulis mencakup seluruh data propinsi-propinsi di Indonesia pada tahun 1996, 1999 dan 2002. Dengan menggunakan Theil Index untuk melihat ketimpangan kesehatan dan multiple regression dengan metode Ordinary Least Squared (OLS), dapat ditemukan beberapa hal, antara lain: pertama, pola ketimpangan kesehatan di Indonesia yang diukur dari Infant Mortality Rate (IMR), Life Expectancy (LE), Angka Balita Kurang Gizi (AKG), Penduduk Tanpa Akses Terhadap Sanitasi (PWAS) dan Penduduk Tanpa Akses Terhadap Fasilitas Kesehatan (PWAHF), diperoleh hasil bahwa kontribusi (share) ketimpangan antar pulau untuk seluruh variabel tersebut relatif lebih besar terhadap ketimpangan total. Hal ini berarti bahwa ketimpangan kesehatan antar pulau relatif Iebih tinggi (parah) dibandingkan dengan ketimpangan yang terjadi di dalam pulau sendiri; kedua, terdapat hubungan positif yang signifikan antara Angka Kurang Gizi Pada Balita (AKG), penduduk tanpa akses terhadap sanitasi (PWAS) terhadap IMR, serta hubungan negatif yang signifikan terhadap LE, jika diuji pada tingkat signifikansi 5%, ceteris paribus. Pengaruh AKG dan PWAS terhadap IMR masing-masing 0.68 (t-stat=3.44) dan 0.56 (t-stat=6.02), dengan Adjusted R-Squared sebesar 0.87. Sedangkan pengaruh AKG dan PWAS terhadap LE masing-masing -0.14 (t-stat=-3.35) dan -0.11 (t-stat = -4.79), dengan Adjusted R2 sebesar 0.86.
Berdasarkan temuan diatas, maka dapat direkomendasikan beberapa kebijakan yang perlu untuk mengatasi permasalahan kesehatan di Indonesia, diantaranya: pertama, intervensi program kesehatan yang intensif bagi pulau-pulau yang relatif terbelakang dibandingkan pulau lainnya, terutama untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar; kedua, serangkaian program yang bersifat holistik untuk perhaikan status gizi masyarakat, seperti penyuluhan gizi, yang diiringi dengan penanggulangan segera permasalahan gizi serta melakukan pemantapan pelaksanaan sistem kewaspadaan Pangan dan Gizi; ketiga, program yang berkaitan dengan sanitasi yaitu Program Hygiene dan Sanitasi tempat-tempat umum."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15295
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>