Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Edward Tanari
Abstrak :
ABSTRAK Limbah yang dalam persepsi manusia dipandang sebagai barang yang harus disingkirkan karena mengandung logam berat yang dapat membahayakan makhluk hidup, ternyata dalam beberapa hal masih dapat digunakan kembali (reuse) atau didaur-ulang (recycle). Dalam hal pemanfaatan limbah tersebut, beberapa penelitian terdahulu memberikan gambaran bahwa lumpur limbah sebagai hasil akhir dari suatu proses pengolahan limbah, dapat digunakan sebagai pupuk organik pada tanaman. Potensi tersebut perlu dimanfaatkan mengingat kuantitas jumlah limbah sebagai hasil sampingan dari suatu produk industri berkorelasi positif dengan kuantitas jumlah produk yang dihasilkan. Di dalam upaya penanganan dan pengendalian limbah yang semakin lama semakin remit dan komplek, maka pemusatan industri dalam suatu lokasi dalam bentuk industrial estate, kawasan berikat, lahan peruntukan industri, perkampungan industri kecil, atau sentra industri merupakan langkah yang sangat strategis. Berkaitan dengan upaya tersebut, maka keuntungan yang dapat diperoleh adalah bahaya adanya pencemaran lingkungan dapat diminimalisasi dan proses daur ulang (recycle) limbah yang masih mungkin dimanfaatkan kembali (reuse) untuk keperluan lain dapat dilakukan dengan efisien . Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka percobaan ini bertujuan untuk mengamati pertumbuhan tanaman jagung yang diberi perlakuan pemupukan dengan lumpur limbah industri, menganalisis kandungan logam berat (Cr, Cd, Pb, dan Ni) yang diserap oleh tanaman selama fase pertumbuhan vegetatif dan generatif, dan menentukan tingkat dosis lumpur limbah industri sebagai pupuk organik yang optimal bagi tanaman. Percobaan ini dilakukan di rumah kaca (green house) dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 (lima) tingkatan dosis lumpur limbah industri ditambah kontrol (tanpa lumpur limbah industri), masing-masing ditambah tanah hingga mencapai total berat 5 kg. Setiap perlakuan diulang 3 (tiga) kali sehingga total jumlah sampel 18 kantong (polybag). Adapun tanaman yang dicobakan adalah tanaman jagung (Zea mays L.) varietas Pioner 5 (P5) yang peka terhadap pemupukan. Hipotesis yang diuji pada penelitian ini adalah: 1. Penggunaan lumpur limbah industri sebagai pupuk pada tanaman berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman jagung yang dicobakan. 2. Pemupukan dengan lumpur limbah industri pada berbagai dosis akan memberikan respon yang berbeda terhadap semua parameter tumbuh fisiologis (tinggi tanaman, jumlah daun, berat kering batang, berat kering daun, dan berat kering tongkol buah jagung) yang diteliti. 3. Terdapat perbedaan kandungan logam berat yang diserap oleh bagian tanaman (batang, daun, dan tongkol buah) jagung terhadap lumpur limbah yang diaplikasikan sebagai pupuk. Adapun tingkat dosis campuran Lumpur limbah dan tanah yang digunakan adalah: · LO = 5.000 gr tanah tanpa lumpur limbah (kontrol). · L1 = 4.800 gr tanah + 200 gr lumpur limbah · L2 = 4.600 gr tanah + 400 gr lumpur limbah · L3 = 4.200 gr tanah + 800 gr lumpur limbah · L4 = 3.400 gr tanah + 1.600 gr lumpur lirnbah. · L5 =1.800 gr tanah +.3.200 gr lumpur limbah. Data basil percobaan dianalisis dengan menggunakan metode statistik ANOVA (Analysis of Varians) dengan menggunakan SPSS for MS Window release 6.0 dan dilanjutkan dengan uji Bela Nyata Terkecil (BNT) atau Least Significant Difference (LSD). Sedang lumpur limbah industri yang digunakan serta jaringan organ tanaman dianalisis di laboratorium dengan menggunakan metode titrasi dan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) untuk mengetahui kadar logam berat yang terlonggok Bardasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan: 1. Lumpur limbah PT. Kawasan Industri jababeka Cikarang dapat digunakan sebagai pupuk pada tanaman jagung. Hal itu dimungkinkan karena kandungan unsur hara mikro (Ca, Mg, Na, Fe, Cu, Zn, Mn, dan Co) dalam lumpur limbah industri itu cukup tinggi dan dapat diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatifnya. Pemanfaatanlumpur limbah sebagai pupuk dapat menguntungkan secara fisiologis bagi tanaman. Di samping itu, juga dapat memberi keuntungan dan segi lingkungan di mana kemungkinan pencemaran tanah dan air akibat lumpur limbah industri dapat dikontrol dengan baik. 2. Tanaman jagung yang dipupuk dengan lumpur limbah industri secara fisiologis menampakkan daun yang tegak dan keras. Batang tanaman kuat dan mempunyai ruas yang tinggi dan tegak. Kondisi seperti itu terjadi pada semua level dosis pemupukan yang dicobakan, kecuali pada tingkat dosis 3.200 gr lumpur limbah + 1.800 gr tanah (L5). Pada tingkat dosis dengan perlakuan LS, tanaman nampak kerdil dan kekar, ruas batang pendek-pendek sehingga daun berbentuk roset (bertumpuk-tumpuk). 3. Batas toleransi rnaksimal penggunaan lumpur limbah sebagai pupuk organik pada tanaman dari tingkat dosis yang dicobakan adalah 1.600 gr lumpur limbah dalam 3.400 gr tanah. Pemberian lumpur limbah melebihi dosis tersebut akan berpengaruh negatif pada tanaman. Pengaruh negatif yang ditimbulkan adalah tanaman menjadi kerdil dan sistem perakarannya jelek (akar tanaman pendek dan tidak memiliki bulu-bulu akar). 4. Dari hasil percobaan didapatkan tingkat dosis lumpur limbah yang optimal dan toleran untuk pertumbuhan tanaman adalah 400 gr lumpur limbah + 4.600 gr tanah (L2) dart 800 gr lumpur limbah + 4.200 gr tanah (L3). Hal tersebut ditunjukkan dengan tinggi tanaman, jumlah daun, berat kering batang dan berat kering daun yang nilai rata-ratanya relatif lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya. Selain itu, sistem perakaran tanaman sangat baik. 5. Dibandingkan dengan potensinya, jagung jenis Hibrida varietas Pioner 5 (P5) yang dipupuk dengan lumpur limbah, menghasilkan organ tanaman (batang, daun dan tongkol buah) yang masih jauh dari potensi hasilnya. Hal itu dikarenakan tingkat kesesuaian tanah (media) untuk pertanaman tergolong sedang dan unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman relatif masih sangat minim dari kebutuhan yang seharusnya. Berdasarkan kesimpulan di atas, maka untuk aplikasi lumpur limbah agar mendapatkan hasil pertanaman Jagung yang optimal, sebaiknya media tumbuh diberi tambahan unsur NPK karena kandungan unsur NPK dalam lumpur limbah industri tergolong relatif kedl dibanding untuk kebutuhan pertumbuhan dan produksi tanaman. Akibat adanya komplikasi ekologis yang sering menyertai peningkatan basil produksi pertanian yang dipupuk dengan Sari Kering Limbah (SKL) industri, maka pada setiap dampak positif dari peningkatan produksi jangan pula dilupakan kemungkinan timbulnya hal-hal negatif. Oleh karena itu, pada setiap proyek pembangunan hendaknya perencanaan dan pengelolaan limbah hars dipikirkan sematang-matangnya. Agar keamanan dari penggunaan Lumpur limbah dari kemungldnan bahaya keracunan atau pelonggokan logam berat melalui rantai makana.n, maka disarankan agar aplikasi limbah sebagai pupuk dilakukan pada tanaman nonpangan.
ABSTRACT Man's perception on waste is that the material must be removed since it contains heavy metals that can endanger living creatures. However, it turned out that on several occasions it can be reused or recycled. In utilizing waste, several earlier studies showed that sludge as final product of waste processing could be used as organic fertilizer of plants. Such a potential need to be utilized considering the quantity of waste as a by product of an industrial product correlates positively with the quantity of product that is produced. In an effort towards waste management and control which became increasingly difficult and complicated, hence, centralizing industry in one location in the form of industrial estate, bounded zone, area allocation for industry, small scale industry settlements or industrial centres constitute a very strategical step. The benefits obtained related to such efforts include minimalization of environmental pollution and recycling of wastes that can still be utilized or reused for other purposes, can still be carried out efficiently. This experiment then, has as objectives, to observe the growth of maize fertilized by industrial waste sludge, to analyze the heavy metals (Cr, Cd, Pb and Ni) contents absorbed by the plants during the vegetative and generative phases of growth and to decide the dosage of industrial waste sludge as optimal organic fertilizer for plants. This experiment was carried out in a green house by using the Complete Random Design with 5 (five) different dosages of industrial waste sludge and additional control (without industrial waste sludge)_ Each specimen received additional soil so that a total weight of 5 kg. was achieved. Each were repeated 3 (three) times so that the total number of samples were 18 polybags. The plant used in the experiment is maize of the Pioner 5 (P5) variety that is sensitive towards fertilizers. The hypothesis tested in this study were: 1. That industrial waste sludge has the chemical elements' composition that can be used as fertilizer to support the growth of plants. Has the waste sludge positive influence on the growth of maize? 2. Different dosages of industrial waste sludge resulted in different responses towards all parameters of physiological growth (height, total number of leaves, dry stem and leaves weigth, and dry corn stalk) under study. 3. The heavy metals' content that were absorbed by the different parts of the plant (stem, leaves, corn stalk) differ towards the waste sludge applied. The dosages of waste sludge and soil mixtures used were as follows: L0 = 5.000 gr soil without waste sludge(control) L1 = 4.800 gr soil + 200 gr waste sludge L2 = 4.600 gr soil + 400 gr waste sludge. L3 = 4.200 gr soil + 800 gr waste sludge L4 = 3.400 gr soil +1 .600 gr waste sludge. L5 = 1.800 gr soil + 3.200 gr waste sludge. Data of the experiment was analysed by using Analysis of Variance (ANOVA) with SFSS for MS Window release 6.0. It was then tested by the Least Significant Difference (LSD). Whereas the industrial waste sludge and plant organs' tissue were analized at the laboratory by using the titration method and Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) to know the heavy metal concentration. Based on the study results, the following conclusions can be drawn: 1. The Cikarang Jababeka industry Zone PT. waste sludge can be used as fertilizer on maize plants. Such was made possible because the fertilizer micro elements' content (Ca, Mg, Na, Fe, Cu, Zn, Mn, and Co) of the industrial waste sludge is sufficiently complete and can be absorbed by the plants for vegetative and generative growths. However, the maximal limit of the dosage level experimented on was 1.600 gr of waste sludge in 3.400 gr soil. The provision of waste sludge exceeding the said dosage will negatively influence the plants. The negative influence took the form of bad roots' system and stunted growth. 2. Maize plants fertilized by industrial waste sludge showed physiologically hard and upright leaves, strong stems with high and upright nodes. Such condition took place for all levels of dosages experimented on, except at 3.200 gr dosage of waste sludge + 1.800 gr of soil (L5). At this dosage level, the plant dwarfs rigidly, the nodes were short so that the leaves took the form of rosettes. 3. The experimental results showed that the optimal and tolerant dosage levels were 400 gr of waste sludge + 4.600 gr of soil (L2) and 800 gr of waste sludge + 4.200 gr of soil (L3). In these cases, the height of the plant, the number of leaves and dry weights of stems and leaves have an average higher value compared with other dosage levels. In addition, the root system was also very good 4. Concentration of heavy metals in the waste sludge of waste processing result of Jababeka Industrial Zone FL is high enough. But if it is compared with the turn of heavy metals in compost fertilizer which is based on Environmental Protection Agency (EPA) standard, the contens of heavy metal Cr, Cd, Pb and Ni axe still below the allowed tolerancy limit. 5. Compared to its potential, Hibrid maize of Pioneer variety (P5) fertilized by waste sludge, produced plant organs (stem, leaves and corn stalk) which are far from its potential. Such was caused by the level of media suitability for plants of intermediate group and macro fertilizer elements needed by the plants are still relatively very minimal than what is really needed. Based on the above conclusions, therefore, to apply waste sludge in order to obtain optimal maize plants' production, the media should be given additional NPK elements. This is due to the minimal NPK contents in industrial waste sludge compared to the needs for growth and production of the plants in question. For ecological complication often accompanies the increase of agriculture production result which is fertilized with industrial Waste Dry Essence, so do not forget the possibility of appearance of negative effects in every positive impact of production increase. Because of that in every development project the planning and processing of waste should be thought very seriously and widely. For safety reasons and the possibility of poisioning or accumulation of heavy metals in the food chain, it is recommended that the application of waste sludge as fertilizer is carried out in non-food plants.;The Impact Of Industrial Waste Sludge Aplication As Fertilizer On PlantMan's perception on waste is that the material must be removed since it contains heavy metals that can endanger living creatures. However, it turned out that on several occasions it can be reused or recycled. In utilizing waste, several earlier studies showed that sludge as final product of waste processing could be used as organic fertilizer of plants. Such a potential need to be utilized considering the quantity of waste as a by product of an industrial product correlates positively with the quantity of product that is produced. In an effort towards waste management and control which became increasingly difficult and complicated, hence, centralizing industry in one location in the form of industrial estate, bounded zone, area allocation for industry, small scale industry settlements or industrial centres constitute a very strategical step. The benefits obtained related to such efforts include minimalization of environmental pollution and recycling of wastes that can still be utilized or reused for other purposes, can still be carried out efficiently. This experiment then, has as objectives, to observe the growth of maize fertilized by industrial waste sludge, to analyze the heavy metals (Cr, Cd, Pb and Ni) contents absorbed by the plants during the vegetative and generative phases of growth and to decide the dosage of industrial waste sludge as optimal organic fertilizer for plants. This experiment was carried out in a green house by using the Complete Random Design with 5 (five) different dosages of industrial waste sludge and additional control (without industrial waste sludge)_ Each specimen received additional soil so that a total weight of 5 kg. was achieved. Each were repeated 3 (three) times so that the total number of samples were 18 polybags. The plant used in the experiment is maize of the Pioner 5 (P5) variety that is sensitive towards fertilizers. The hypothesis tested in this study were: 1. That industrial waste sludge has the chemical elements' composition that can be used as fertilizer to support the growth of plants. Has the waste sludge positive influence on the growth of maize?
2. Different dosages of industrial waste sludge resulted in different responses towards all parameters of physiological growth (height, total number of leaves, dry stem and leaves weigth, and dry corn stalk) under study.
3. The heavy metals' content that were absorbed by the different parts of the plant (stem, leaves, corn stalk) differ towards the waste sludge applied. The dosages of waste sludge and soil mixtures used were as follows: L0 = 5.000 gr soil without waste sludge(control) L1 = 4.800 gr soil + 200 gr waste sludge. L2 = 4.600 gr soil + 400 gr waste sludge. L3 = 4.200 gr soil + 800 gr waste sludge L4 = 3.400 gr soil +1 .600 gr waste sludge. L5 = 1.800 gr soil + 3.200 gr waste sludge. Data of the experiment was analysed by using Analysis of Variance (ANOVA) with SFSS for MS Window release 6.0. It was then tested by the Least Significant Difference (LSD). Whereas the industrial waste sludge and plant organs' tissue were analized at the laboratory by using the titration method and Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) to know the heavy metal concentration. Based on the study results, the following conclusions can be drawn: 1. The Cikarang Jababeka industry Zone PT. waste sludge can be used as fertilizer on maize plants. Such was made possible because the fertilizer micro elements' content (Ca, Mg, Na, Fe, Cu, Zn, Mn, and Co) of the industrial waste sludge is sufficiently complete and can be absorbed by the plants for vegetative and generative growths. However, the maximal limit of the dosage level experimented on was 1.600 gr of waste sludge in 3.400 gr soil. The provision of waste sludge exceeding the said dosage will negatively influence the plants. The negative influence took the form of bad roots' system and stunted growth. 2. Maize plants fertilized by industrial waste sludge showed physiologically hard and upright leaves, strong stems with high and upright nodes. Such condition took place for all levels of dosages experimented on, except at 3.200 gr dosage of waste sludge + 1.800 gr of soil (L5). At this dosage level, the plant dwarfs rigidly, the nodes were short so that the leaves took the form of rosettes. 3. The experimental results showed that the optimal and tolerant dosage levels were 400 gr of waste sludge + 4.600 gr of soil (L2) and 800 gr of waste sludge + 4.200 gr of soil (L3). In these cases, the height of the plant, the number of leaves and dry weights of stems and leaves have an average higher value compared with other dosage levels. In addition, the root system was also very good. 4. Concentration of heavy metals in the waste sludge of waste processing result of Jababeka Industrial Zone FL is high enough. But if it is compared with the turn of heavy metals in compost fertilizer which is based on Environmental Protection Agency (EPA) standard, the contens of heavy metal Cr, Cd, Pb and Ni axe still below the allowed tolerancy limit. 5. Compared to its potential, Hibrid maize of Pioneer variety (P5) fertilized by waste sludge, produced plant organs (stem, leaves and corn stalk) which are far from its potential. Such was caused by the level of media suitability for plants of intermediate group and macro fertilizer elements needed by the plants are still relatively very minimal than what is really needed. Based on the above conclusions, therefore, to apply waste sludge in order to obtain optimal maize plants' production, the media should be given additional NPK elements. This is due to the minimal NPK contents in industrial waste sludge compared to the needs for growth and production of the plants in question. For ecological complication often accompanies the increase of agriculture production result which is fertilized with industrial Waste Dry Essence, so do not forget the possibility of appearance of negative effects in every positive impact of production increase. Because of that in every development project the planning and processing of waste should be thought very seriously and widely. For safety reasons and the possibility of poisioning or accumulation of heavy metals in the food chain, it is recommended that the application of waste sludge as fertilizer is carried out in non-food plants.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adith Hazaini Rachman
Abstrak :
Industri menghasilkan beberapa produk yang berguna dalam menunjang kegiatan manusia dan produk yang tidak dapat digunakan atau disebut limbah. Beberapa industri menghasilkan limbah hasil produksi dan kegiatan sumber daya manusia berupa limbah cair dan padat. Untuk mengatasi permasalahan limbah tersebut, perlu diadakannya penelitian baik yang bersifat jangka panjang atau jangka pendek tentang pemanfaatan limbah tersebut. Penelitian ini diadakan untuk mencegah limbah tersebut mencemari lingkungan. Analisis yang dilakukan adalah memanfaatkan limbah industri berupa pasir sebagai bahan konstruksi dengan menggunakannya bersamaan dengan pasir dan semen dalam campuran beton dan meneliti pengaruh limbah tersebut terhadap kekuatan beton sehingga didapat beton dengan menggunakan limbah yang berkekuatan sama dengan beton normal dan tidak mencemari lingkungan. Limbah yang digunakan berupa pasir dari proses finisihing dan pencetakan sebagai campuran pasir dan semen pada campuran beton. Pengujian yang dilakukan terhadap beton yang menggunakan pasir limbah adalah pengujian sifat mekanis beton berupa uji tekan dan uji lentur dan pengujian pengaruh limbah terhadap lingkungan berupa uji leachate. Dari hasil penelitian didapat bahwa beton dengan menggunakan limbah memiliki kuat tekan yang lebih rendah dibanding beton normal.
Industry produce useful product that support human activity and useless product or named waste. Some industry produce liquid waste and solid waste from industry process and human resources activity. In order to accomplish waste problem, it is necessary to have research in long period of time and short period of time about reuse industry waste. This research purposes to prevent the waste pollute the environment. This paper describe the research to reuse industrial waste in sand form as construction material and used together with cement and sand on concrete mixing and the influence of usage the waste to concrete strength as a result conrete with usage the waste has same strength with normal concrete and not pollute the environment. The waste that reuse is waste in sand form from finishing and molding process as cement and sand mixing on conrete mixing. Examination of the test objects in the form of examination of mechanical characteristic test like compressive strength and flexural strength and examination the influence of usage the waste to the environment in the form of examination of leachate test. The result from this research can conlude that conrete with usage of the waste has lower compressive strength than normal concrete.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, [2006;2006;2006, 2006]
S35158
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Priadi
Abstrak :
Tinjauan Dari Aspek Teknologi. Kegiatan, industri yang merupakan pendukung utama pembangunan, serngkali mengeluarkan berbagai jenis limbah, baik limbah cair, padat maupun gas. Limbah industri umumnya mengandung berbagai jenis limbah, termasuk limbah bahan berbabaya, sehingga berpotensi besar dalam pencemaran lingkungan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah pencemaran akibat limbah industri, namun seringkali upaya tersebut menimbulkan masalah baru yang berupa pemindahan pencemar antar media. Jurusan Teknik Gas dan Petrokimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia telah melakukan berbagai penelitian tentang penanganan limbah industri, antara lain yang berkaitan dengan limbah industri yang mengandung amonia dan fenol beserta turunannya. Beberapa penelitian yang dilakukan memanfaatkan zeolit alam yang terdapat melimpah di bumi Indonesia, antara lain yang merupakan Proyek Riset Unggulan Terpadu (RUT) IV, V, VI. Dengan tujuan mendapatkan hasil yang maksimal dan berdaya guna, Fakultas Tehnik Universitas Indonesia akan menyelenggarakan Seminar Ilmiah Sehari dengan topik "Masatah dan Penanganan Limbah Industri : Tinjauan dari Aspek Teknologi. Seminar tersebut merupakan hasil penelitian dari Kelompok Peneliti "Pengendalian Pencemaran dari Industri" dan Kelompok Peneliti "Perancangan Reaktor Kimia." yang ada di Jurusan Teknik Gas dan Petrokimia, FTUI. Seminar tersebut diharapkan merupakan forum pertukaran informasi antara dunia pendidikan, lembaga penelitian, dunia industri, serta Pengelola lingkungan.
Universitas Indonesia, 1997
Prosiding - Seminar  Universitas Indonesia Library
cover
Ja`far Salim
Abstrak :
ABSTRAK
Limbah merupakan bagian dari hasil produksi yang pada umumnya menimbulkan dampak terhadap lingkungan yang kurang baik, namun jika limbah tersebut dapat dimanfaatkan atau didaur ulang kembali menjadi produk yang sejenis atau jenis produk lainnya maka akan mempunyai nilai tambah (added value) yang sangat menguntungkan. Hal itu terjadi pada PT. X yang proses produksinya menghasilkan limbah industri baja (sludge).

Dari sejumlah limbah baja yang berada di tempat penyimpanan pada perusahaan tersebut, telah dilakukan penelitian yaitu dalam rangka untuk analisa investasi penanganan limbah baja sebagai bahan pengganti atau campuran bahan baku baton non struktur seperti produk batako, paving block, dan genteng press, maka hasil proses dan analisa masalah pada penelitian ini terdapat beberapa aspek yang dijadikan sebagai pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

1. Aspek pasar, produk yang menggunakan bahan campuran limbah memiliki harga jual produk lebih murah dibandingkan dengan produk tanpa limbah. Harga jual produk untuk laba 20 % Seperti : Batako dengan 50 % limbah FC sebagai pengganti pasir seharga Rp 590,-/ buah, Paving Block dengan 60 % limbah FC sebagai pengganti pasir seharga Rp 441,-./ buah, dan Genteng Press dengan 20 % limbah EAF sebagai pengganti semen seharga Rp 960,-/ buah.

2. Aspek Teknis, produk yang menggunakan bahan campuran limbah memiliki hasil uji kuat tekan dan ketahanan terhadap penyerapan air lebih baik dibandingkan dengan produk tanpa menggunakan limbah, yang hasil seperti pada tabel 4.10.

3. Aspek Ekonomi dan Finansial, dapat dilihat berdasarkan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mcngetahui sejauhmana performansi investasi perusahaan dalam menanamkan modalnya untuk rencana pembuatan/perluasan pabrik dengan berdasarkan hasil penilaian perhitungan biaya yang mempunyai peluang dan mendatangkan keuntungan di masa depan. Adapun hasil analisa biaya dan penilaian rencana investasi adalah sebagai berikut :

a. Perhitungan analisis Break Even Point (BEP) untuk jenis produk dan jenis limbah adalah Batako dengan 50 % FC sebesar Rp 412.049.850,- atau 698.615 buah, Paving Block dengan 60 % FC sebesar Rp 412.027.257,- atau 933.984 buah, dan Genteng Press dengan 20 % EAF sebesar Rp 412.059.941; atau 430.215 buah.

b. Pada penilaian rencana investasi untuk masing-masing jenis produk dan jenis limbah terhadap penilaian NPV, IRR, dan Payback Period adalah:

Batako, 20 % limbah DR/W+IRM pengganti pasir adalah :

NPV -Rp 24.709.240, IRR = 69,13 %, dan Payback Period = 1,30 tahun.

Paving Block, 10 % limbah CRM pengganti pasir adalah :

NPV = Rp 83.411.305,-, IRR =113,94 %, dan Payback Period = 0,77 tahun

Genteng Press, 20 % limbah EAF pengganti semen adalah :

NPV = Rp 110.100.789,-, IRR = 122,40%, dan Payback Period = 0,72 tahun

4. Analisa sensitivitas berkecenderungan pada perubahan harga jual untuk menyesuaikan harga jual pasar yang berlaku saat ini, sehingga keuntungan total meningkat seperti laba untuk batako menjadi 51 %, paving block menjadi 52 %, dan genteng press menjadi 43 %.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sartopo
Abstrak :
ABSTRAK
Di dalam upaya menjaga kesinambungan kegiatan industri perkayuan yang berwawasan lingkungan di Kalimantan Selatan, dirasa perlu untuk mendaurulangkan limbah industri. khususnya industri perkayuan. Ternyata saat ini masih perlu ditingkatkan pengelolaan sumber daya alam hutan dilaksanakan berdasarkan penglihatan lingkungan.

Oleh karena itu dalam rangka pengembangan industri perkayuan dan dalam upaya menyediakan energi nonkonvensional perlu dipilih suatu teknologi yang tepat, agar dapat membantu mengurangi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Salah satu teknologi pemanfaatan limbah sebagai energi alternatif adalah teknologi gasifikasi.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat minat dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi minat Para pengusaha industri kayu untuk memanfaatkan limbah kayu sebagai energi melalui gasifikasi. Berkaitan dengan tujuan tersebut di atas dilakukan penelitian terhadap 20 perusahaan kayu di Kalimantan Selatan yang terdiri dari 12 perusahaan HPH dan 8 perusahaan non HPH.

Untuk mendapatkan data primer dan sekunder, dalam penelitian ini digunakan cara-cara : observasi terbatas di perusahaan-perusahaan kayu, mengadakan wawancara kepada para pengusaha dan mengisi kuesioner. Pengambilan sampel dilakukan secara cak dan sederhana.

Pengukuran minat dilakukan dengan dua model, model pertama diukur dengan lima kriteria persepsi yaitu harga energi yang digunakan, harga energi alternatif (gasifikasi), besarnya investasi untuk energi alternatif (gasifikasi), informasi teknologi gasifikasi, dan kemudahan investasi bagi para pengusaha. Sedangkan model kedua minat diukur dengan tujuh kriteria persepsi yaitu kriteria yang disebut di atas ditambah dengan kesadaran lingkungan para pengusaha, dan kesetiakawanan sosial para pengusaha.

Hasil pengolahan dari kedua model tersebut di atas menunjukkan bahwa tingkat minat para pengusaha termasuk kategori sedang.

Data dianalisis dengan menggunakan model regresi linier di mana sebagai variabel tak bebas adalah minat sedangkan variabel bebasnya menggambarkan status perusahaan, sumber modal perusahaan, lama pengoperasian, sumber energi yang digunakan dalam proses produksi, volume produksi, dan jenis produksi.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa :

1. Status perusahaan tidak menunjukkan hubungan pengaruh terhadap minat;

2. Sumber modal perusahaan menunjukkan hubungan pengaruh terhadap minat;

3. Lama pengoperasian perusahaan tidak menunjukkan hubungan pengaruh terhadap minat;

4. Sumber energi yang dipergunakan tidak menunjukkan hubungan pengaruh terhadap minat;

5. Volume produksi, bila minat diukur dengan lima kriteria maka yang menunjukkan hubungan pengaruh terhadap minat adalah hanya perusahaan dengan volume produksi antara 6000 - 12.000 m3 per tahun. Sedang bila minat diukur dengan tujuh kriteria maka yang menunjukkan hubungan pengaruh terhadap minat adalah perusahaan dengan volume produksi antara 6000 - 12.000 m3 dan di atas 120.000 m3 per tahun.

6. Jenis produksi yang dihasilkan, bila minat diukur dengan lima kriteria maka jenis produksi tidak menunjukkan hubungan pengaruh terhadap minat, sedangkan bila minta diukur dengan tujuh kriteria maka produksi kayu gergajian dan kayu lapis menunjukkan hubungan pengaruh terhadap minat.

Dari studi ini juga menunjukkan bahwa minat para pengusaha yang hanya dilihat dari pandangan teknis ekonomis menghasilkan faktor-faktor yang berpengaruh jauh lebih kecil dari pada jika minat menyertakan juga kesadaran lingkungan dan kesetiakawanan sosial para pengusaha. Oleh karena dalam pengambilan keputusan investasi untuk teknologi gasifikasi ini perlu menyertakan pertimbangan-pertimbangan kesadaran lingkungan dan kesetiakawanan sosial.
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Pudji Rahayu
Abstrak :
Kebijakan baku mutu limbah cair industri dimaksudkan untuk mengendalikan beban pencemaran yang berasal dari sumbernya yaitu industri. Walaupun kebijakan tersebut sudah diimplementasikan melalui program Prokasih, tetapi pencemaran masih tetap tinggi dan banyak industri yang tidak memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Oleh karena itu, ingin diteliti bagaimana implementasi kebijakan baku mutu limbah cair tersebut khususnya pada industri pelapisan logam. Dalam penelitian ini hanya difokuskan evatuasi implementasi kebijakan baku mutu limbah cair terhadap industri pelapisan Iogam yang ada di Jakarta Timur. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan metode deskriptif analitis dan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan data primer melalui survei menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada industri pelapisan logam sebagai sasaran kebijakan. Selain itu juga informasi didapat dari wawancara mendalam terhadap informan yang sengaja dipilih yaitu yang mengetahui dengan baik kebijakan tersebut dan implementasinya serta kelompok yang terkena kebijakan maupun masyarakat yang terkena dampak. Data sekunder diperoleh dari kepustakaan dan telaah dokumen atau laporan tentang implementasi kebijakan tersebut Populasi dari penelitian ini adalah seluruh industri pelapisan logam yang berada di Jakarta Timur, dan metode pengambilan contohnya adalah census. Pengolahan data dilakukan dengan mengkoding data yang terkumpul, ditabulasi, dikonversikan kedalam angka menurut Skala Liked sehingga selanjutnya dapat diolah dengan bantuan perangkat Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 12. Setelah itu dilakukan analisis data, dimulai dengan uji vafiditas, uji reliabilitas, distribusi frekuensi dan korelasi rank's Spearman untuk mengetahui hubungan variabel terhadap implementasi kebijakan. Selanjutnya dianalisis lebih mendalam dengan hasil wawancara untuk mendapatkan pemahaman yang sempuma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan baku mutu Iimbah cair secara umum dikatakan ?baik?, yaitu efektif, cukup dapat memecahkan masaiah, adil terhadap semua pihak dan berguna bagi masyarakat namun belum dapat mencapai tujuan seperti yang diharapkan yaitu mengendalikan beban pencemaran karena ada pengecualian terhadap parameter debit dan beban limbah cair yang tidak dapat dipenuhi vleh industri dan tidak dilakukan penindakan terhadap pelanggaran tersebut. Dari analisa korelasi rank's Spearman diketahui bahwa variabel/faktor struktur birokrasi/organisasi, komunikasi dan kepatuhan berpengaruh secara sangat signillkan terhadap implementasi kebijakan baku mutu Iimbah cair tersebut. Sementara variabel dana dan sarana berpengaruh secara signitikan terhadap implementasi, sedangkan variabel pelaksana dan kondisi lingkungan tidak berpengaruh terhadap implementasi kebijakan. Dalam implementasi kebijakan baku mutu limbah cair tersebut, struktur organisasi yang meliputi pembagian tugas, pelaksanaan tugas sesuai prosedur yang ditetapkan dan koordinasi sangat berpengaruh dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan implementasi. Kurangnya koordinasi, pembagian tugas yang masih turnpang tindih menyebabkan implementasi kurang berhasil. Walaupun pelaksanaan tugas sudah sesuai prosedur, tetapi karena ada diskresilpengecualian terhadap parameter yang tidak dapat dipenuhi sasaran menyebabkan implementasi tidak dapat mencapai tujuan. Di samping itu dengan kurangnya jumlah personil pelaksana dan dukungan dana dan sarana maka pengawasan dan pemantauaan sebagai kunci keberhasilan implementasi tidak dapat dijalankan dengan baik. Disamping itu dengan faktor kepatuhan yang masih sangat rendah dari kelompok sasaran dan pengawasan yang kurang maka implementasi tidak dapat mencapai tujuan seperti yang diharapkan. Komunikasi dalam implementasi kebijakan ini dapat berjalan dengan baik, lancar dan pelaksana dapat menjelaskan dengan baik kebijakan yang diberlakukan. Dari penelitian tersebut beberapa implikasi dan saran diusutkan adalah (1) kebijakan baku mutu limbah cair terhadap industri pelapisan logam tetap diperlukan untuk mengendalikan beban pencemaran dan melindungi lingkungan, akan tetapi perlu dikaji Mang terhadap parameter yang bermasalah, sehingga kebijakan dapat diimplementasikan dengan baik dan dapat mencapai tujuan seperti yang diharapkan, (2) perlu penambahan jumlah personil pelaksana disamping peningkatan kemampuan pelaksana melatui training dan pendrdikan, (3) pengawasan aktif perlu dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan dari sasaran karena kebijakan tersebut wajib dilakukan dan wajib ditaati, selain ifu (4) koordinasi balk internal dan eksternal periu ditingkatkan sehingga tidak terjadi tumpang tindih tugas. (5) Untuk membantu pengawasan aktif, maka masyarakat perlu dilibatkan dan diberdayakan karena masyarakat yang merasakan dampaknya secara langsung jika terjadi pencemaran.
The main goal of policy of effluent standard on industrial waste water is to control industrial pollution load at its source. Although the policy has been implemented through dean river program (Prokasih) but the pollution load is still high. This was due to most of industries did not do well, or industries could not meet effluent standard. Thus, study on how the policy of effluent standard of industrial waste water implemented, especially on electroplating industry, is very urgent. Research focused on evaluation of policy implementation on effluent standard of electroplating waste water at East Jakarta The research methodology was based on analytical description conducted by survey, and quantitative analyzes. Primary data were collected by conducting survey to electroplating industries, by interview to policy implementers who are appointed because of their capacity, position, ability and experience on policy implementation, and community resident near factory. While secondary data were collected from literature reviews, documents analyzes and reports of policy implementation. Analyzes were conducted in electroplating industries at East Jakarta, and sampling was conducted by taking all of the populations or usually called census. Collected data then processed by coding, tabulating, converted into scale number using Likert scale, and statically analyses was conducted by Statistical Package for Social Sciences (SPSS) for Window version 12. Data analysis includes validity, reliability, frequency distribution and correlation of ranks Spearman to test correlation of variables to implementation. Depth interview were conducted to get a comprehensive understanding about the policy implementation of effluent standard on electroplating waste water. The result showed that the implementation of effluent standard on electroplating industrial waste water generally was good, effective, moderate to solve the problems, fair to stakeholder, and useful to society, however, it could not achieve the expected goal, because of exception on pollution load and maximum debit that can not fulfilled by industries but no penalty for this fault. From rank's Spearman correlation analysis, organization structure, communication and obedience gave very significant result to policy implementation, while financial resources and facilities influenced the implementation significantly, however, other variables, such as implementer and environmental condition did not give significant effect to .the policy implementation. Organization structure in the policy implementation of effluent standard includes task distribution, realization task as standard operating procedure (SOP) and coordination gave significant result to stipulate success or failure of the policy implementation. Lack of coordination and overlap in task distribution caused implementation failure, although realization of task conducted following SOP. This was because of discretion for pollution load that lead to fail on goal achievement, Number of personnel and financial support are important key of policy implementation. These were mainly caused controlling and monitoring system could not run well. Moreover, low obedience of the policy target and lack of control also caused the implementation could not succeed to achieve the expected goal. It was observed communication in this implementation running well, due implementer could explain policy to target well. The followings are policy recommendation of our studies (1) the policy of effluent standard on industrial waste water especially electroplating industry is important and still required to control industrial pollution load and to protect environment and human being from industrial activities. It is important to pay critical attention on defining pollution load, and maximum water debit, and carried out impact assessment in order to policy implemented correctly, and goal achieved as it is expected. (2) More policy implementers are required, and their skill and competency advancement by pursuing training or education are necessary. (3) Active controlling is required to improve the obedience of policy target, and to impress that policy is obligation. (4) Internal and external coordination should be improved, and (5) community participation is important and must be improved to help active control on the policy implementation.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T21541
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yessica Hannauli S.
Abstrak :
Berkembangnya berbagai sektor industri mendorong pemanfaatan dan pengaplikasian enzim lipase secara komersial dalam proses industri sebagai biokatalis karena sifat enzim yang dapat bekerja dalam lingkungan yang ramah serta memiliki spesifitas tinggi. Fermentasi jamur Aspergillus niger yang mampu menghasilkan enzim lipase dapat dilakukan dengan metode solid-state fermentation. Fermentasi dengan substrat padat TKKS, ampas tebu, dan lumpur sawit diberi perlakuan variasi kosentrasi inducer dan waktu fermentasi. Hasil fermentasi solid state dari substrat padat TKKS dengan konsentrasi inducer 8% selama 7 hari menunjukkan nilai aktivitas tertinggi sebesar 2.2 U/mL dan 8.2 U/mL dalam bentuk lipase ekstrak kering. Hasil enzim lipase kering diimobilisasi supaya enzim bersifat stabil dalam penggunaan yang berulang dengan metode adsorpsi-crosslinking menggunakan resin macroporous sebagai support. Dari eksperimen yang telah dilakukan diketahui bahwa substrat fermentasi tandan kosong kelapa sawit dapat menghasilkan enzim lipase dengan kemampuan enzim loading sebesar 56.6% wt. Uji aktivitas enzim dilakukan dalam sintesis biodiesel melalui reaksi interesterifikasi dengan perbandingan mol reaktan minyak kelapa sawit dan metal asetat 1:12 pada kondisi suhu operasi 40oC selama 50 jam dalam 4 siklus reaksi. Hasil sintesis biodiesel yang dianalisis menggunakan HPLC menunjukkan nilai yield biodiesel sebesar 48.6% dan enzim masih mampu beraktivitas hingga mencapai 68.60% yield awal dari 4 siklus sintesis biodiesel.
The developments of various industrial sectors are demanding the use and application of lipase commercially in industrial processes as biocatalysts chosen by its ability to work in a friendly environment and have high specificity. Fermentation of Aspergillus niger are able to produce enzyme lipase that can be done by using solid-state fermentation method. In this study TKKS, bagasse, and palm oil sludge are used as fermentation substrates and will be treated variations of inducer concentration and fermentation time. The results of solid state fermentation of solid substrates TKKS with inducer concentration of 8% for 7 days showed the highest activity value of 2.2 U / mL and 8.2 U / mL in the form of dry extract lipase. The result of the dry lipase enzyme will be immobilized so that enzyme is stable in repetitive use with adsorption-crosslinking method using macroporous resin as a support. Experiments show us that empty fruit bunches of oil palm fermentation substrate can produce lipase enzyme with enzyme loading of 56.6% wt. Enzyme activity test carried out in the synthesis of biodiesel through interesterification reaction mole ratio of reactants palm oil and metal acetate 1:12 at 40oC operating temperature conditions for 50 hours in 4 reaction cycles. Biodiesel synthesis results were analyzed using HPLC shows biodiesel yield values ​​of 48.6% and the enzyme was able to move up to 68.60% initial yield of 4 cycles of biodiesel synthesis.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64215
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riezka Yunita Handinie
Abstrak :
ABSTRACT
Kegiatan pengolahan limbah industri merupakan upaya pelestarian lingkungan hidup di Indonesia. Melalui Pasal 6 Ayat 1 huruf a angka 5 dan Pasal 9 Ayat 1 huruf c angka 6 UU No. 7 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan UU PPh beserta Peraturan Menteri Keuangan PMK turunannya, pemerintah telah mengatur biaya-biaya kegiatan pengolahan limbah industri berupa biaya pengolahan limbah dan biaya cadangan penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah untuk usaha pengolahan limbah industri. Biaya-biaya tersebut dapat menjadi biaya pengurang dalam perhitungan PPh Badan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi biaya-biaya tersebut dalam PPh Badan suatu perusahaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama ini implementasi biaya pengolahan limbah sebagai biaya pengurang PPh Badan masih dalam koridor yang sesuai dengan UU PPh. Hal ini juga diterapkan di Kawasan Industri Jababeka Cikarang setiap tahun rata-rata 17 dari biaya-biaya operasional lainnya. Namun, besaran biaya cadangan memang tidak diatur secara spesifik menggunakan presentase tertentu. Peraturan lingkungan hidup yang dijadikan sebagai dasar peraturan belum mengatur secara rinci mengenai biaya cadangan sehingga kurang sesuai dengan asas pemungutan pajak dalam asas kemudahan administrasi ease of administration yaitu asas kepastian certainty . Melalui Pasal 6 UU PPh, Kawasan Industri Jababeka Cikarang merasa peraturan ini sudah cukup membantu dan memiliki dampak yang positif selama biaya pengolahan limbah selalu deductible menurut pajak. Melalui Pasal 9 UU PPh, pihak perusahaan belum menerapkannya sehingga belum dapat dilihat dampak yang nyata.
ABSTRACT
Industrial waste management activities is an effort to conserve the environment in Indonesia. Through Article 6 Paragraph 1 letter a number 5 and Article 9 Paragraph 1 letter c number 6 of Law Number 7 Year 1983 as has been several times amended the latest by Law Number 36 Year 2008 on Income Tax and its derivative Minister of Finance Regulation PMK , the government has regulated the costs of industrial waste management activities in the form of waste treatment costs and backup cost of the closure and maintenance of a landfill for industrial waste management business. These costs can be deductible in the calculation of corporate income tax. This study aims to analyze the implementation of these costs in corporate income tax. This research uses qualitative approach. The results showed that the implementation of waste treatment costs as the cost of deducting corporate income tax is still in the corridor in accordance with the Income Tax Law. It is also applied in the Jababeka Industrial Estate Cikarang every year an average of 17 of other operational costs. However, the amount of the backup cost is not specifically regulated using a certain percentage. The environmental regulations that are used as the basis for the regulation have not been set in detail about the backup cost so that they are less in line with the principle of tax collection in the principle of ease of administration ie certainty. Through Article 6 of the Income Tax Law, Jababeka Industrial Estate Cikarang feels this regulation is sufficiently helpful and has a positive impact as long as the cost of waste treatment is always deductible by tax. Through Article 9 of the Income Tax Law, the company has not implemented it so that it can not be seen the real impact.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hirschhorn, Joel S.
Depok: Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>