Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan,
657 JAP
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: SMARTaxes Publishing member of Lembaga Manajemen Formasi,
343 ITR
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Soeparna
Abstrak :
Nothing in the Uruguay Round mentions directly about rights of private economic actors. It seems that the relationship to private economic actors (or may be individual) does not exist within the WTO Agreements, because as a general rule, private parties are not legal subjects of the international legal order. However, this article will prevail upon this situation, by looking closer at the essence of the WTO Agreements to discern the rights of private economic actors that derive from the WTO. The main question of this article is to what extent then Indonesia is dealing with the rights of private economic actors under the WTO Agreements? The background of this questionis because four years after ratifying the WTO Agreements, Indonesia has been facing what is arguably the most serious multidimensional crisis in 1997, some difficult situations have arisen from the crisis; therefore, the society hesitated to accept the open world trading system. The society seemed look askance to the implementation of the WTO Agreements. But Indonesian Government took major step to reduce the skepticism of society toward liberalization, by readjusting its national laws conform to the WTO Agreements with the intention to support the rights of national economic actors under the WTO Agreements in order to achieve total benefits of the WTO rules.
University of Indonesia, Faculty of Law, 2012
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anne Booth
Abstrak :
Like many other Asian countries Indonesia inherited from colonial times a system of land taxation based on a detailed cadastre of all agricultural land. However in contrast with the experience of former colonial territories elsewhere in Asia the Indonesian government has in the post-1965 era been making a determined effort to revive land taxation as a source of revenue, and more important, to use the revenues as a means of promoting regional government initiative in the selection and carrying out of local develop¬ment projects. The tax is administered by a Directorate within the Ministry of Finance, whose regional offices are in charge of assessment down to individual taxpayers. Collection is done by village and regional government o`ficials while the use of funds is determined by kabupaten governments subject to certain regulations from the centre and provinces. In Java, Bali, Lombok, and South Sulawesi assessment is based on land records dating from the final decade of Dutch rule. In other parts of the archipelago where the colonial government did not assess a land tax on peasant agriculture, methods of current assessment are rather ad hoc with considerable differences between regions.Any evaluation of the functioning of an agricultural tax imposed in a poor agrarian economy such as Indonesia must take into account not only the standard criteria for assessing taxes such as equity, impact on resource allocation, administrative efficiency etc but also the rather more special¬ised arguments that have been developed in the literature for taxing agriculture and particularly agricultural land. Evidence available suggests that Ipeda in Indonesia contravenes the principle of equity in that, while widespread exemptions are given to urban income taxpayers, virtually all rural taxpayers have to pay both Ipeda and an assortment of other taxes some of which are assessed in a very regressive fashion. Rural producers are further penalised through government price policies for basic food staples such as rice and the renting of irrigated rice lands to the government sugar estates. There
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1974
T41354
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Bagus
Abstrak :
ABSTRAK
Dengan berbagai situasi makro yang dihadapi, pemerintah berusaha memaksimalkan penerimaan dari perpajakan. Pada saat yang sama, aparat pajak di bawah Direktorat Jenderal Pajak, kerap mendapat sorotan terkait dengan tuduhan dan kecurigaan melakukan korupsi. Dalam hasil penelitian tahun 2005 yang dilakukan Transparency International, aparat pajak menduduki posisi yang cukup buruk, bersama dengan polisi dan aparat Bea Cukai. Keadaan ini menjadi salah satu pertimbangan dalam melakukan reformasi administrasi perpajakan, yaitu implementasi pembenahan organisasi secara internal untuk mencapai kepercayaan dari masyarakat sebagai stakeholders. Karena itu penting untuk menguji apakah reformasi administrasi perpajakan, terutama yang berkaitan dengan pengawasan intern oleh Inspektur Jenderal dan penerapan good governance, dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat sebagai Wajib Pajak, yang kemudian mendorong kepatuhan Wajib Pajak. Penelitian ini dilakukan di KPP Serpong. Penelitian ini menggunakan teori pengawasan intern, good governance, citra organisasi dan kepatuhan Wajib Pajak. Setelah dilakukan uji normalitas, data yang diperoleh dapat dianalisis dengan menggunakan analisis parametrik. Untuk menguji keterkaitan antar variabel digunakan path analysis (analisis jalur). Metode penelitian adalah survey, yang dilakukan dengan penyebaran kuesioner. Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa terdapat pengaruh signifikan dari pengawasan intern di Direktorat Jenderal Pajak terhadap citra organisasi, dimana pengaruh tersebut bersifat langsung tanpa melalui variabel penerapan Good Governance. Variabel penerapan good governance di Direktorat Jenderal Pajak juga berpengaruh signifikan terhadap citra organisasi. Secara bersama-sama pengawasan intern dan penerapan good governance di Direktorat Jenderal Pajak berpengaruh signifikan terhadap citra organisasi. Secara keseluruhan, terdapat pengaruh signifikan dari pengawasan intern, penerapan good governance di Direktorat Jenderal Pajak dan citra organisasi secara bersama-sama terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Penelitian ini juga menemukan bahwa variabel penerapan good governance memiliki pengaruh lebih besar terhadap citra organisasi dibandingkan pengaruh pengawasan intern. Berdasarkan hasil temuan ini, pengawasan intern, penerapan good governance dan citra organisasi mempu menerangkan 84,8% dari kepatuhan Wajib Pajak. Hal ini menunjukkan bahwa kepatuhan Wajib Pajak banyak ditentukan oleh kepercayaan masyarakat terhadap pembenahan internal yang terjadi pada organisasi Ditjen Pajak. Apabila reformasi administrasi perpajakan terlihat berlangsung dengan baik dan tidak sebatas slogan semata, dapat diperkirakan bahwa kepatuhan Wajib Pajak akan meningkat. Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengaruh penerapan good governance lebih besar terhadap citra organisasi, disarankan agar Ditjen Pajak memprioritaskan pada penerapan Good Governance, yang kemudian disosialisasikan kepada masyarakat luas. Good governance yang dilaksanakan dengan baik dan disertai sosialisasi, akan dapat membenahi kondisi internal organisasi dan peningkatan kepercayaan masyarakat kepada Ditjen Pajak. Penerapan Good Governance di Ditjen Pajak perlu dirancang sedemikian rupa, agar masing-masing komponennya dapat terukur. Dengan keterukuran tersebut, maka peluang peningkatan kualitas peningkatannya akan semakin besar, karena masing masing unit kerja akan dapat menerima umpan balik atas kinerjanya dalam menerapkan prinsip-prinsip Good Governance.
In facing macro situations, Indonesian government attempt to maximize revenue from taxation. In the meantime, tax officer often viewed as related to corruption. In survey result year 2005 conducted by Transparency International, tax officers was in the bad rank, along with police and customs. This situation become consideration in starting tax reform, that is implementation of organization improvement in order to reach trust from society as organization stakeholder. Therefore it is important to examine if tax reform, specially related to intern monitoring conducted by General Inspectorate and good governance impelementation, may increase trust from society as taxpayer, that finally increase tax compliance. This research is conducted in KPP Serpong. This research is conducted refers to intern monitoring theory, good governance, organization image and tax compliance. After normality test is conducted, data is analyzed with parametric analysis. To examine causality among variables is used path analysis. Research method is survey, that is conducted by spreading questionaires. The result of this research indicate that there is significant influence from intern monitoring towards organization image, which directly without any significant influence through good governance implementation. Implementation of good governance also have significant influence toward organization image. Both of independent variables altogether shows significant influence toward organization image. Furthermore, there are significant influence from intern monitoring, implementation of good governance and organization image toward tax compliance. This research also shows that implementation of good governance have more influence toward organization image compared to intern monitoring. According to this research, intern monitoring, implementation of good governance and organization image are able to explain 84,8% of tax compliance. This shows that tax compliance significantly determined by trust from society upon intern reform that is conducted to organization of Directorate General of Taxation. According to result of this research, is recommended that Directorate General of Taxation give priority on implementation of good governance, and to inform the people afterward. Good governance that well implemented and followed by information for the society, will be able to improve intern condition and trust from society. Implementation of good governance needs to be designed, so that each of its component are measurable. By that, there is more opportunity to improve its quality, because each work unit will get feedback upon its performance in implementing good governance.
2007
T22928
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Rathmanty Merry Hartini
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis premi risiko likuiditas obligasi pemerintah Indonesia pada periode tahun 2005 hingga tahun 2019 dan faktor-faktor determinan yang memengaruhinya. Premi risiko likuiditas dihitung dari selisih antara yield to maturity dan theoretical yield serta rata-rata bid-ask spread dari obligasi tersebut. Penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel dengan model Random Effect untuk menentukan faktor-faktor determinan dari premi risiko tersebut. Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa premi risiko likuiditas obligasi pemerintah Indonesia relatif kecil dan dipengaruhi oleh karakteristik obligasi dan kondisi pasar keuangan Indonesia. Jumlah obligasi yang diterbitkan dan besar kupon berpengaruh signifikan negatif terhadap premi risiko obligasi, sedangkan sisa umur obligasi dan umur obligasi berpengaruh signifikan positif terhadap premi risiko obligasi. Obligasi sukuk memiliki premi risiko likuiditas yang lebih besar dibandingkan obligasi konvensional. Dalam keadaan krisis atau pada saat volatilitas pasar keuangan meningkat, premi risiko likuiditas meningkat. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman tentang risiko likuiditas pada obligasi pemerintah Indonesia yang dapat bermanfaat bagi otoritas fiskal dan moneter dalam mengambil kebijakan dan bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. ......This paper aims to analyze the liquidity risk premium on the Indonesian government bonds. There are two liquidity risk premium proxies to be used, they are the difference between the yield to maturity and the theoretical yield of the obligation and the average bid-ask spread of the obligation. The research uses a regression analysis on the Random Effect panel data model to define the determinant factors of the liquidity risk premium. The result of this research shows that the liquidity risk premium of Indonesian government bonds is relatively small, affected by the bond's characteristics and the financial market condition. The determinant factors are bond's age, coupon rate, remaining life, issued amount, type (Sukuk or conventional), and the Indonesian stock market volatility. The researcher expects that the result of this research will enrich the understanding of the liquidity risk on Indonesian government bonds so that it can be used by the fiscal and monetary authorities and also investors in making decisions.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Prima Nirmala
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris terkait hubungan langsung maupun tidak langsung antara konsentrasi pasar jasa audit dan kualitas audit yang dimediasi oleh biaya audit dan melihat apakah regulasi terkait rotasi yang diterbitkan yaitu PP No. 20 Tahun 2015 mempengaruhi hubungan tersebut. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan industri non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2017. Penelitian ini menemukan dengan adanya penghapusan kewajiban rotasi KAP pada PP No. 20 Tahun 2015, mempengaruhi hubungan konsentrasi pasar jasa audit dan kualitas audit secara tidak langsung dalam hal ini di mediasi oleh biaya audit. Penelitian juga menemukan hubungan konsentrasi pasar jasa audit berhubungan positif signifikan dengan biaya audit. Biaya audit juga memiliki hubungan positif signifikan dengan kualitas audit. Hal tersebut dilatarbelakangi adanya perubahan regulasi terkait rotasi, dalam hal ini adalah PP Nomor 20 Tahun 2015. ......This study aims to obtain empirical evidence related to the direct and indirect relationship between audit service market concentration and audit quality mediated by audit costs and see whether regulations related to rotations issued are PP No. 20 of 2015 affects the relationship. The sample used in this study is a non-financial industrial company listed on the Indonesia Stock Exchange in 2013-2017. This study found that with the abolition of KAPs rotation obligation on PP No. 20 of 2015, affects the relationship of audit market concentration and audit quality indirectly in this case mediated by audit fees. The study also found that the relationship between audit service market concentration was significantly positive with audit fees. Audit costs also have a significant positive relationship with audit quality. This is motivated by the existence of regulatory changes related to rotation, in this case is Indonesian Government Regulation Number 20 Year 2015.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T52877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahadian Ahmad
Abstrak :
Pertama kali diberlakukan pada era kolonial, program transmigrasi pernah menjadi salah satu program perpindahan populasi nasional terbesar di dunia. Program ini bertujuan untuk mengurangi beban populasi di Jawa dan mendorong pertumbuhan ekonomi regional di luar pulau tersebut. Literatur telah menemukan bahwa program ini tidak efektif, meskipun kesimpulan ini inconclusive karena bergantung pada evaluasi kualitatif dan pengamatan lapangan. Selain itu, beberapa pemukiman transmigrasi melihat perubahan signifikan pada pekerjaan terutama karena perdagangan lokal dengan pemukiman terdekat. Penelitian ini secara kuantitatif memeriksa dan mengevaluasi program transmigrasi dengan melihat perubahan dalam pendapatan dan struktur pekerjaan di antara transmigran yang tetap tinggal versus yang pergi. Selain itu, faktor-faktor di balik perubahan pendapatan juga akan dijelaskan menggunakan variabel kovariat. Perubahan pendapatan akan dianalisis menggunakan regresi OLS difference-in-difference dan regresi random effect data panel pada tingkat individu. Sampel dari penelitian ini terdiri dari 284 individu yang mengutip transmigrasi sebagai alasan pergerakan mereka dari IFLS Gelombang 1, 2, dan 3. Pada tingkat individu, transmigran yang pergi memiliki pendapatan lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tetap tinggal. Kovariat dalam setiap model menjelaskan alasan dari angka yang didapatkan, menyoroti faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan seperti jenis kelamin, status pekerjaan, status pernikahan, dan tingkat pendidikan. Disimpulkan bahwa program transmigrasi cenderung tidak efektif berdasarkan IFLS, termasuk setelah dipengaruhi oleh faktor-faktor di dalam pemukiman transmigrasi. ......First enacted during the colonial era, the transmigration program was once one of the world's largest nationwide population movements. It aimed to alleviate the population burden in Java and spur regional economic growth outside the island. Past literature has found the program to be largely ineffective, although these conclusions remain somewhat inconclusive due to their reliance primarily on qualitative evaluations and field observations. Moreover, several transmigration settlements saw a change in employment structure, primarily due to local trade with nearby settlements. This study quantitatively examines and evaluates the transmigration program by looking at changes in income and employment structure among the transmigrants who remain versus those who leave. Furthermore, the factors behind income changes will also be explained using covariate variables. The change in income will be analyzed using a difference-in-difference OLS and panel data random-effect regression at individual levels. The sample consists of 284 individuals who cited transmigration as their reason for movement across IFLS Waves 1, 2, and 3. The covariates in each model explain this discrepancy, highlighting factors such as gender, employment status, marital status, and education level. It is concluded that the transmigration program tends to be ineffective based on IFLS, including after being influenced by factors within transmigration settlements
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lebelauw, Abraham Franky Izaak
Abstrak :
Pergantian Presiden Indonesia di tahun 1998 membawa dampak bagi negosiasi penyelesaian konflik Timor-Timur. Pergantian pucuk pimpinan negara itu, juga berakibat berubahnya kebijakan pemerintah Indonesia dalam negosiasi penyelesaian konflik Timor-Timur. Kalau pada zaman pemerintahan Presiden Soeharto, integrasi merupakan sesuatu yang mutlak dan tidak dapat ditawar lagi maka pada zaman pemerintahan Habibie, hal tersebut berubah total. Pada zaman Presiden Soeharto, posisi dasar Indonesia terhadap Portugal tidak pernah berubah, namun dalam hal-hal tertentu seperti akses untuk orang lain atau pihak luar ke Timor-Timur tidak dapat dipungkiri telah mengalami banyak pergeseran. Begitu juga halnya dengan pendekatan diplomasi pemerintah RI dalam perundingan. Yang tetap konstan adalah posisi propinsi Timor-Timur yang menjadi bagian dari Indonesia dan posisi Republik Indonesia terhadap Portugal dalam negosiasi penyelesaian konflik Timor-Timur. Keempat faktor inilah yang menjadi tolak ukur tesis ini. Opsi pertama yaitu memberi status khusus dengan otonomi luas kepada Timor-Timur, yang dilanjutkan dengan opsi kedua yaitu mengusulkan kepada SU MPR agar Timor-Timur dapat berpisah secara baik-baik dan terhormat dari Indonesia, merupakan output pemerintah Habibie dalam menanggapi dan mengolah input yang masuk ke dalam sistem politiknya, serta adalah logis mengingat berubahnya isu-isu di tatanan internasional, tekanan yang berbeda yang diterimanya, serta latar belakang Presiden Habibie sendiri yang jelas berbeda dengan Presiden Soeharto.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T3930
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustafa Kamal
Abstrak :
Pada tahun 80an hingga tahun 1986, penerimaan dalam negeri sangat tergantung pada sektor migas. Bahkan dalam tahun 1981/1982, penerimaan sektor migas mencapai 70,9% dari seluruh penerimaan dalam negeri. Dengan mulai berlangsungnya resesi dunia tahun 1979, yang efeknya mulai dirasakan Indonesia tahun 1982, merupakan sinyalemen bagi pemerintah Indonesia untuk mulai berkemas meninggalkan ketergantungannya terhadap penerimaan migas. Mulai tahun 1982/1983, penerimaan migas turun menjadi 65,95%, kemudian meningkat lagi menjadi 69,35%. Namun hingga tahun 1996/1997, penerimaan migas menunjukkan penurunan terus sampai mencapai 18,06%. Oleh karena perkembangan penerimaan migas mengindikasikan adanya ketidakpastian, maka penerimaan pajak dalam struktur penerimaan dalam negeri sejak tahun 1986/1987 terus diupayakan untuk lebih berperan karena penerimaan pajak akan lebih menjamin kestabilan bagi tersedianya somber penerimaan negara. Penerimaan dalam negeri terdiri dari penerimaan minyak bumi dan gas alam (migas), penerimaan pajak dan bukan pajak. Penerimaan pajak antara lain Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak ata Bumi dan Bangunan (BPHTB), Pajak Lainnya, Bea Masuk, Cukai dan Pajak Ekspor. Penerimaan pajak mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menunjang operasi fiskal pemerintah. Menurut Muhammad (1992:1), Tjakradiwirja (1993:217-223) dan Prasentiantono (1997:191), pajak merupakan perwujudan dari kemampuan sendiri membiayai kegiatan pembangunan dari seturuh komponen bangsa. Hai ini sesuai dengan program pemerintah untuk dapat lebih mandiri dalam membiayai pembangunan, mengurangi ketergantungan terhadap pinjaman luar negeri dan penjualan minyak bumi yang rentan dari faktor faktor eksternal. Dari perspektif ekonomi, kemandirian diartikan sebagai pengurangan ketergantungan perekonomian terhadap luar negeri, mengurangi campur tangan Iuar negeri, dan meningkatkan kemampuan penggunaan dan penggaiian potensi yang ada. Sedangkan dari segi politik, kemandirian diartikan sebagai peningkatan peran serta masyarakat dalam proses pembangunan.
2001
T3555
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>