Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Monintja, Aleta K.P.
Abstrak :
ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan terbaik yang dapat diberikan ibu kepada bayinya. Pentingnya pemberian ASI dalam pola makanan bayi sudah tidak diragukan lagi. Pemberian ASI mempunyai banyak manfaat yang lebih secara fisiologis dan psikologis bagi bayi dan ibu dari pada memberi susu formula. Antara lain seperti, mengandung kandungan nutrisi yang dibutuhkan bayi bagi pertumbuhan dan perkembangannya, memberikan kekebalan yang lebih bagi tubuh bayi, ekonomis dan praktis dalam pemberiannya. Di samping itu, dapat membantu terbentuknya kelekatan atau attachment antara kedua belah pihak (ibu dan bayi). Oleh karena itu dianjurkan kepada para ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif (memberi ASI saja) minimal 4 bulan, bisa diteruskan sampai 6 bulan. Walaupun ASI lebih unggul dari pada susu formula, kenyataan menunjukkan bahwa ibu yang memberikan ASI secara eksklusif masih sedikit. Di Indonesia, presentasi 'pemberian ASI eksklusif termasuk rendah dan peningkatannya pun tidak tinggi, yaitu 36% di tahun 1986, tahun 1993 berjumlah 48%, kemudian menjadi 52% pada tahun 1997 (Survei Demografi Kesehatan Indonesia dalam Pratomo, 1999). Masalah yang dihadapi oleh ibu, baik dari bayi, lingkungan sosial maupun dari faktor ibu sendiri dapat mempengaruhi motivasi dan eksklusifitas dari pemberian ASI (Suradi, 1993). Pada kenyataannya melaksanakan tugas tersebut tidak mudah. Hal ini terutama dirasakan oleh ibu yang bekerja. Kondisi ini sesuai dengan pernyataan Belsky (1985), bahwa pengasuhan anak yang dilakukan ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor , diantaranya adalah pekerjaan. Pada Ibu yang bekerja, waktu untuk bayi lebih terbatas jika dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja, demikian pula kesempatan untuk menyusui atau memberikan ASI. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai motivasi pemberian ASI pada ibu-ibu yang bekerja. Penelitian ini dilakukan dengan mewancarai 4 orang ibu bekerja yang menyusui bayinya. Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan kasus tipikal dengan karakteristik ibu yang bekerja dan berpendidikan minimal Sarjana (SI), serta memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan menyusui atau memberikan ASI ditunjang oleh beberapa faktor yang terbagi dalam 3 kelompok yaitu faktor ibu, anak dan lingkungan sosial. Walaupun ibu mempunyai motivasi yang tinggi untuk memberikan ASI secara eksklusif tetapi tidak didukung oleh faktor-faktor tersebut maka proses pemberian ASI menjadi terhambat dan menyebabkan menurunnya motivasi ibu sehingga ia lebih cepat memberikan susu formula kepada bayi. Dalam upaya membantu ibu agar memberikan ASI eksklusif sesuai dengan anjuran maka disarankan kepada ibu untuk melengkapi dirinya dengan informasi-informasi yang dibutuhkan mengenai ASI, seperti tata laksana pemberian ASI, cara memompa dan menyimpan ASI. Di samping itu, sebaiknya lingkungan sosial, seperti keluarga, teman, kantor, petugas kesehatan, dan seterusnya, sturut mendukung ibu bekerja yang menyusui dengan memberikan segala bantuan yang perlukan sehingga mempermudah dan memberi peluang padanya untuk memberikan ASI secara eksklusif.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3019
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gerardine Genoveva Saulina
Abstrak :
Tantangan penyesuaian peran ganda yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 memberikan dampak buruk pada psychological well-being ibu yang bekerja, khususnya pada ibu yang bekerja dengan anak kelas 1-3 sekolah dasar karena adanya tantangan perkembangan serta perubahan sistem pembelajaran akibat pandemi COVID-19. Mindful parenting merupakan gaya pengasuhan yang dapat diterapkan untuk menghindari penurunan psychological well-being. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk melihat kontribusi mindful parenting terhadap psychological well-being pada ibu bekerja dengan anak yang duduk di kelas 1 sampai dengan 3 SD. Mindful parenting dan psychological well-being pada ibu bekerja dengan anak yang duduk di kelas 1 sampai dengan 3 SD (N=310) diukur menggunakan Interpersonal Mindfulness in Parenting Scale dan Ryff’s Scale of Psychological Well-being. Hasil analisis statistik regresi linear sederhana menunjukkan bahwa mindful parenting memiliki kontribusi yang positif dan signifikan terhadap psychological well-being. ......The challenge of adjusting to multiple roles caused by the COVID-19 pandemic has a negative impact on the psychological well-being of working mothers. Especially for mothers who work with children in grades 1-3 of elementary school due to developmental challenges and changes in the learning system due to the COVID-19 pandemic. Mindful parenting is a parenting style that can be applied to avoid a decrease in psychological well-being. This correlational study aims to examine the contribution of mindful parenting to psychological well-being in working mothers with children who are in grades 1 to 3 of elementary school. Mindful parenting and psychological well-being of working mothers with children in grades 1 to 3 of elementary school (N=310) were measured using the Interpersonal Mindfulness in Parenting Scale and Ryff's Scale of Psychological Well-being. The results of simple linear regression statistical analysis showed that mindful parenting had a positive and significant contribution to psychological well-being.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katarina S Sulianti
Abstrak :
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa pada saat ini terdapat kecenderungan dalam masyarakat menuntut kemampuan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan. Bem (dalam Papalia 2000) menyebutkan anggapan budaya mengenai jender sangat mungkin berubah-ubah. Pembahan-perubahan ini dapat terefleksikan dalam skema jender anak dan nantinya mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya. Seseorang mungkin saja mempersepsi suatu masalah dari skema yang lainnya bukan hanya dari skema jender saja, namun Bem (dalam Boldizar, 1991) memberikan penekanan bahwa skerna jender menjadi hal yang penting, karena adanya kebiasaan dan ideologi sosial yang membentuk hubungan antara jender dengan tingkah laku, konsep, dan katagori-kategori tertentu berdasarkan jender, masyarakat sendiri menganggap perbedaan berdasarkan jender adalah hal yang penting, dan menggunakan jender sebagai dasar beberapa norma, keanggotaan kelompok, dan pengaturan di institusi-institusi. Bem (dalam Basow, 1992) menekankan bahwa bermula dari menyadari adanya perbedaan-perbedaan antara laki-laki dan perempuan di setiap situasi sehari-hari, anak merangkai sebuah skema berdasarkan jender, sehingga terbentuk identitas jender, yang kemudian ditampilkan melalui tingkah laku-tingkah laku yang dianggapnya sesuai untuk laki-laki atau perempuan. Seorang anak laki-laki tidak selalu harus membentuk identitas jender maskulin, demikian pula seorang anak perempuan tidak selalu harus membentuk identitas jender feminin. Beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa anak-anak dan remaja yang memiliki identitas jender androgin dun maskulin lebih dapat diterima di lingkungannya, lebih percaya diri, lebih menghargai dirinya, dan lebih populer daripada mereka yang memiliki identitas jender feminin. Dan tampaknya dikaitkan dengan kondisi Zaman saat ini identitas jender androgin lebih tepat untuk dimiliki seorang anak. Di dalam proses pembentukan identitas jender, dipengaruhi oleh faktor internal yaitu perkembangan kognitif fisik, dan psikososial seseorang. Dengan adanya tekanan sosial dan perkembangan kognitif yang berbeda antara anak usia sekolah dan remaja, menyebabkan anak usia sekolah dan remaja berbeda.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Anggarani Idham
Abstrak :
Status gizi seseorang menunjukkan seberapa besar kebutuhan fisiologis individu tersebut telah terpenuhi. Status gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gizi bayi usia 1,5 - 8 bulan di Jakarta Barat dan hubungannya dengan jenis kelamin bayi, morbiditas diare dan Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA), pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, pendidikan terakhir ibu, ibu yang bekerja, penghasilan ibu, dan usia ibu saat melahirkan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional yang menggunakan pendekatan studi cross-sectional dan dilakukan pada 92 responden yang memiliki bayi usia 1,5 – 8 bulan di Jakarta Barat. Data yang didapatkan berupa jenis kelamin bayi, morbiditas diare dan ISPA dalam 14 hari terakhir, pemberian ASI, usia ibu saat melahirkan, tingkat pendidikan terakhir ibu, penghasilan ibu, dan ibu yang bekerja yang akan diteliti hubungannya dengan status gizi bayi dengan uji Chi-Square (p<0.05). Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa dari 92 sampel bayi 1,5 – 8 bulan pada penelitian ini, 97,8% mengalami non wasted, 2,2% mengalami wasted dan dari hasil uji statistik didapatkan hasil bahwa jenis kelamin(P = 0,503), pemberian ASI eksklusif (P = 1,000), diare dalam 14 hari terakhir(P = 1,000), ISPA dalam 14 hari terakhir (P = 1,000), usia ibu saat melahirkan(P = 1,000), tingkat pendidikan ibu (P = 1,000), ibu yang bekerja (P = 1,000), dan penghasilan keluarga (P = 0,548) semuanya tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan status gizi bayi. ......Nutritional status described how big individual physiological requirement fulfilled. Nutrition status influenced by various factors. The aim of the study was to determine the prevalence of infant’s nutritional status aged 1,5 – 8 months at West Jakarta associated with infant’s gender, diarrhea, Upper Respiratory Tract Infection (URTI), exclusive brest feeding, maternal education level, working mother, family’s income, and maternal age at giving birth. This research is an observational analytic research that using cross sectional study conducted to 92 respondents who has infants aged 1,5 – 8 months in West Jakarta. Data obtained from infant’s gender, diarrhea, Upper Respiratory Tract Infection (URTI), exclusive brest feeding, maternal education level, working mother, family’s income, maternal age at giving birth will be related to nutritional status of infants tested with chi square test (p<0,05). The results of this research show that among 92 sample, there were 97,8 % infants wasted and 2,2 % non wasted. At the end of statistic test we obtained that infant’s gender (P = 0,503), exclusive breast feeding (P = 1,000), diarrhea in last 14 days (P = 1,000), URTI in last 14 days (P = 1,000), maternal age at giving birth (P = 1,000), maternal education level (P = 1,000), working mother (P = 1,000), and family’s income (P = 0,548), all of these factors do not have significant relationship with nutritional status.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library