Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simamora, Stevy Elisabeth Dame
Abstrak :
Di Indonesia berdasarkan hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan angka nasional BBLRyaitu sekitar 10,2 . Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Global Adult TobaccoSurvey GATS tahun 2011 diperoleh hasil bahwa 67 laki-laki di Indonesia merokok. 1 Sementara itu pada tahun 2011-2015 prevalensi perokok pasif yang terpapar asaprokok di rumah sekitar 78.4, lebih dari separuh perokok pasif adalah kelompok rentanseperti perempuan dan balita. 2. Penelitian ini bertujuan untuk menegetahui hubunganpaparan asap rokok dari suami pada wanita usia 15-57 tahun dengan kejadian BBLR.Penelitian ini bertujuan untuk menegetahui hubungan paparan asap rokok dari suami padawanita usia 15-57 tahun dengan kejadian BBLR.Penelitian ini menganalisis data IFLS V tahun 2014. Jumlah wanita usia 15-57 tahun yangmenjadi responden IFLS V sebanyak 2.721 orang. Sebanyak 1.599 orang menjadi totalsampel karena telah memenuhi syarat kriteria inklusi yaitu wanita usia 15 ndash; 57 tahundengan anak kelahiran terakhir yang lahir hidup dalam kurun waktu 2007-2015, Pernahmelahirkan. Sedangkan kriteria ekslusi yaitu : data tentang riwayat merokok suamidanvariabel kovariat tidak lengkap, dan ibu merupakan perokok aktif.Proporsi ibu usia 15-57 tahun yang terpapar asap rokok dari suami adalah 73,5 .Proporsi bayi dengan berat lahir rendah yang dilahirkan oleh ibu yang terpapar asaprokok dari suami pada penelitian ini adalah 7,74, dan proporsi bblr pada ibu yang tidakterpapar asap rokok dari suami yaitu 6,86 . Terdapat hubungan yang tidak bermaknaantara merokok pasif pada ibu usia 15-57 tahun dengan kejadian BBLR dengan 1,096 CI95 0,721-1,66 setelah dikontrol oleh variabel riwayat kunjungan ANC.Pengaruh paparan asap rokok terhadap kejadian BBLR setelah dikontrol oleh variabelriwayat kunjungan ANC tidak bermakna. Meskipun faktor yang mempengaruhi BBLRsangat banyak dan kompleks, namun hal ini dapat dicegah sejak dini. Salah satunyamelalui melindungi masyarakat dari paparan asap rokok melalui upaya pencegahan danpromosi kesehatan. ...... In Indonesia based on the results of Riskesdas Basic Health Research in 2013 showsthe national rate of LWB is about 10.2 . Based on a survey conducted by Global AdultTobacco Survey GATS in 2011, it was found that 67 of men in Indonesia smoke. 1 Meanwhile in 2011 2015 the prevalence of passive smokers exposed to cigarette smokeat home is about 78.4, more than half of passive smokers are vulnerable groups suchas women and toddlers. 2 . Objective This study to see the effect of exposure to husbands cigarette smoke with theLWB.Method This study analyzed IFLS V data in 2014. A total of 1,599 people into the totalsample because it has fulfilled the inclusion criteria, namely women aged 15 57 yearswith the last born birth of children in the period 2007 2015, Ever give birth. While theexclusion criteria are data about husbans smoking history and covariate variable isincomplete, and mother is active smoker.Results 73.5 of husbands were smokers. The proportion of infants with low birthweight born to mothers exposed to cigarette smoke from husbands in this study was7.74, and the proportion of bblr in mothers not exposed to cigarette smoke fromhusbands was 6.86. There was no significant relationship between passive smoking inwomen aged 15 57 years with LWB incidence with 1.096 95 CI 0.721 1.66 aftercontrolled by antenatal care ANC visit variables.Conclusion The effect of exposure to husbands smoke with the LWB after controlled byantenatal care ANC visit history variable is not significant. Although the factors thataffect LBW are very numerous and complex, but this can be prevented early on. One ofthem through protecting people from exposure to cigarette smoke through preventionefforts and health promotion.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50047
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Armil Dedy Djara
Abstrak :
ABSTRAK
Usia dini 0-6 tahun adalah salah satu periode paling penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Periode ini penting untuk menempatkan perkembangan kesehatan dan intelektual untuk masa depan seorang anak. Berdasarkan itu, masalah gizi pada masa anak-anak perlu dihilangkan. Menurut Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan RI 2013 , terdapat 37.2 anak yang dikategorikan kerdil atau stunting. Indonesia merupakan negara dengan stunting terbesar di ASEAN. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi stunting pada anak usia dini 0-6 tahun di Indonesia timur; 2 Mengidentifikasi seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap stunting pada anak usia dini 0-6 tahun di Indonesia timur. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari Indonesia family Life Survey East IFLS EAST 2012. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain potong lintang Cross Section . Sampel yang digunakan adalah anak usia 0-6 tahun berjumlah 1.515 orang. Analisis determinan stunting dilakukan menggunakan analisis regresi logistik dengan program Stata 12.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi stunting secara statistik adalah usia, wilayah tempat tinggal dan sumber air minum.
ABSTRACT
Early age 0 6 years is one of the most important periods for the growth and development of children. This period is important to put the health and intellectual development for the future of a child. Based on that, nutritional problems in childhood need to be eliminated. According to Paimary Health Research of Health Ministry RI 2013 , there are 37.2 of children who are categorized as stunting. Indonesia is the largest stunting country in ASEAN. The objectives of this study are 1 to identify the determinant factors of stunting in early childhood 0 6 years 2 to identify the probability effect of relationship between the factors and stunting in early childhood 0 6 years. This study uses secondary data from Indonesia Family Life Survey East IFLS EAST 2012 with cross sectional design. The sample size is 1.515 children aged 0 6 years. To identify the determinant factors of stunting, it uses multiple logistic regression analysis using Stata 12.0 program. The result shows that factors that effect stunting statistically are age, living place and drinking water resources.
2018
T49821
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidiah Ihsan
Abstrak :
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian dini di dunia. Salah satu faktor risikonya adalah hipertensi, keduanya merupakan komponen dari sindrom metabolik yang saling mempengaruhi. Studi ini bertujuan untuk mengetahui besarnya risiko kejadian DM tipe 2 pada penduduk usia >15 tahun dikaitkan dengan hipertensi. Studi memanfaatkan data IFLS ke-4 dan ke-5 yang dianalisis dengan desain kohort retrospektif. Pengukuran variabel independen dan kovariat yang berubah didasarkan IFLS ke-4 dan ke-5, sedangkan variabel yang tidak berubah didasarkan IFLS ke-4. Pemilihan sampel dipastikan terbebas dari DM dan tidak memiliki status hipertensi terkontrol. Hasil studi menunjukkan tetap hipertensi dan menjadi hipertensi terbukti dapat meningkatkan risiko kejadian DM. Pada kelompok tetap hipertensi risiko DM 2,30 kali lipat, sedangkan pada kelompok menjadi hipertensi risiko DM 2,14 kali lipat dibandingkan kelompok tetap tidak hipertensi setelah dikontrol usia, perubahan aktivitas fisik, dan perubahan indeks masa tubuh, sedangkan pada kelompok hipertensi terkendali tidak didapatkan hubungan yang signifikan. Studi ini juga menyimpulkan 41,5% kasus DM dapat dicegah pada populasi umum dan 68% kasus DM dapat dicegah pada penderita hipertensi dengan mengendalikan hipertensi menjadi terkontrol atau mengeliminasinya. Pengendalian hipertensi dan DM memerlukan komitmen bersama dari pemerintah dan masyarakat untuk menjalankan gaya hidup sehat sesuai pesan CERDIK dan PATUH. ......Diabetes mellitus is a non-communicable disease which was the main cause of early death at the global level. One of the known risk factors for diabetes mellitus is hypertension, both are known as the components of the metabolic syndrome in interplay system. This study aims to determine the risk of Diabetes Mellitus in people aged >15 years that associate with hypertension in Indonesia. The study was using data from the 4th IFLS and 5th IFLS which analyzed using a retrospective cohort design. The measurements of the independent and covariate variables that potentially changes are based on the 4th IFLS and 5th IFLS data, whereas the variables that constant are based on the4th IFLS data. The sampling method was excluding the diabetes mellitus and hypertension controlled criteria. The multivariable adjusted RR for incident diabetes melitus for baseline hypertension 2,30, and progression hypertension 2,14 after controlling for age, changes in physical activity, and body mass index changes. This study also concluded that PAR % 41.5%  and AR% 68%. The hypertension control is an integrated strategy of diabetes mellitus control which requires a joint commitment from the government and society to live a healthy lifestyle according to the CERDIK and PATUH health messages.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Kurniati
Abstrak :
Obesitas merupakan permasalahan global yang semakin sering ditemukan diberbagai negara. Obesitas berkaitan erat dengan permasalahan penyakit tidak menular lainnya dan menyebabkan kematian pada 2,80 juta orang dewasa setiap tahunnya. Beberapa penelitian menemukan bahwa obesitas dapat disebabkan oleh status pertumbuhan individu pada usia dini. Sementara itu prevalensi obesitas saat dewasa di negara berkembang juga meningkat bersamaan dengan tingginya prevalensi kekurangan gizi pada masa anak-anak. Beberapa studi menunjukkan adanya fenomena catch up growth atau mengejar ketertinggalan pertumbuhan yang berdampak pada kelebihan gizi di masa depan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan status gizi stunting saat balita terhadap risiko obesitas saat dewasa di Indonesia berdasarkan analisis data Indonesia Family Life Survey tahun 1993 dan 2014. Desain penelitian adalah kohort retrospektif. Besar sampel yang digunakan adalah 588 sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara status gizi stunting saat balita terhadap risiko obesitas saat dewasa (p=0,003). Hasil analisis multivariat juga menunjukkan bahwa responden dengan status gizi stunting saat balita cenderung 1,63 (95% CI 1,18-2,27) kali berisiko mengalami obesitas saat dewasa setelah dikontrol variabel riwayat obesitas ibu, jenis kelamin, berat badan lahir, dan daerah tempat tinggal. Perlu penguatan program gizi spesifik, seperti pemeriksaan antenatal care (ANC) pada ibu hamil dan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang kekurangan energi kronis (KEK). Selain itu adanya upaya penguatan edukasi pada remaja perempuan saat mulai memasuki masa pubertas, dengan cara mengkonsumsi makanan yang tinggi protein seperti telur, susu, daging, ikan, keju, kerang dan udang. Protein nabati juga dianjurkan untuk dikonsumsi seperti tempe, tahu dan kacang- kacangan. ......Obesity is a global problem that is increasingly found in various countries. Obesity is closely related to other non-communicable disease problems and causes death in 2,80 million adults each year. Several studies have found that obesity is also caused by an individual growth status in early age. Meanwhile, the prevalence of obesity as adults in developing countries has also increased, the prevalence of malnutrition in childhood was high. Several studies have shown that there is a catch- up growth phenomenon that results in excess nutrition in the future. The purpose of this study was to determine the relationship between stunting in childhood to the risk of obesity in adulthood in Indonesia based on analysis of Indonesia Family Life Survey data in 1993 and 2014. We used a retrospective cohort study. The sample size was 588 respondents based on inclusion and exclusion criteria. The results showed that the nutritional status of stunting in children associated with the risk of obesity in adolescent (p=0,003). The results of the multivariate analysis also showed that respondents with stunting nutritional status in children tended to be 1,63 (95% CI 1,18-2,27) times at risk of developing obesity in adolescent after controlling for the variables of history of maternal obesity, sex, birth weight, and area of residence. It is necessary to strengthen specific nutrition programs, such as antenatal care examinations for pregnant women and provision of additional food for pregnant women with chronic energy deficiency. In addition, there are efforts to strengthen education for teenager when they start entering puberty, by consuming foods that consist of high protein such as eggs, milk, meat, fish, cheese, shellfish, and shrimp. Plant-based or nabati protein is also recommended for consumption such as tempe, tofu, and nuts.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nurhidayati
Abstrak :
Indonesia menjadi salah satu negara yang mengkonsumsi rokok tertinggi di dunia. Rokok bukan hanya populer dikalangan remaja maupun dewasa, namun dikalangan lanjut usia juga masih ditemukan. Sebanyak 27,6% penduduk usia lanjut menjadi perokok setiap hari. Intensitas merokok di kalangan lanjut usia pun mengalami kenaikan menjadi 23,5%. Dampak yang ditimbulkan oleh rokok untuk kalangan lanjut usia sangat berisiko pada kesehatan karena menimbulkan komplikasi jangka panjang. Berhenti merokok merupakan salah satu hal yang perlu dilakukan mengingat Indonesia akan berada dalam fase penuaan penduduk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan lansia di Indonesia untuk berhenti merokok. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan data IFLS 5 tahun 2014. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang paling mempengaruhi lansia untuk berhenti merokok adalah riwayat penyakit dengan OR 4.160 (95% CI: 3.519 – 4.917). Artinya lansia yang mempunyai riwayat penyakit memiliki peluang 4.160 kali untuk berhenti merokok dibandingkan lansia yang tidak mempunyai riwayat penyakit. Hal ini sejalan dengan penyakit yang mendominasi pada lansia salah satunya adalah penyakit degenerative akibat asap rokok dan penelitian di Turki meneyebutkan salah satu alasan seseorang berhenti merokok adalah karena riwayat penyakit yang dimiliki. Faktor lain yang mempengaruhi adalah usia, pendidikan, pendapatan, kepemilikan asuransi kesehatan, jumlah konsumsi rokok per hari, usia pertama kali merokok, merokok setelah bangun tidur, merokok saat sakit serta dapat menahan merokok di tempat umum. Dari hasil penelitian disarankan bagi pemerintah dapat menambah fasilitas posyandu lansia di setiap puskesmas untuk menjaring data riwayat penyakit yang di derita lansia di Indonesia dan melakukan pendampingan untuk berhenti merokok ......Indonesia is one of the countries that consume the highest cigarettes in the world. Cigarettes are not only popular among teenagers and adults, but also among the elderly. As many as 27.6% of the elderly population become smokers every day. The intensity of smoking among the elderly also increased to 23.5%. The impact caused by smoking for the elderly is very risky to health because it causes long-term complications. Quitting smoking is one thing that needs to be done considering that Indonesia will be in a phase of population aging. The purpose of this study was to determine the dominant factor in the elderly in Indonesia to stop smoking. This study is a quantitative study using IFLS 5 2014 data. The results showed that the most influencing factor for the elderly to quit smoking was a history of disease with an OR of 4.160 (95% CI: 3.519 – 4.917). This means that the elderly who have a history of disease have 4,160 times the opportunity to quit smoking compared to the elderly who do not have a history of the disease. This is in line with the disease that dominates in the elderly, one of which is degenerative disease due to cigarette smoke and research in Turkey states that one of the reasons a person quits smoking is because of the history of the disease they have. Other influencing factors are age, education, income, ownership of health insurance, number of cigarettes consumed per day, age at first smoking, smoking after waking up, smoking when sick and being able to refrain from smoking in public places. From the results of the study, it is suggested that the government can add posyandu facilities for the elderly in each health center to collect data on the history of diseases suffered by the elderly in Indonesia and provide assistance to stop smoking
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Aulia Ramadhan
Abstrak :
Stunting mempengaruhi perkembangan kognitif yang menyebabkan gangguan kognitif untuk jangka panjang. Status gizi yang rendah pada anak yang masih dalam perkembangan otaknya akan berdampak pada rendahnya kualitas sumber daya manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika perubahan kondisi stunting dalam kelompok balita usia 3-5 tahun terhadap kemampuan kognitif usia 10-12 tahun. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder berbasis komunitas (Community based study) dikenal dengan nama Indonesian Family Life Survey (IFLS), yang merupakan survei longitudinal atau populasi tetap kohort yang awalnya mencakup 13 provinsi di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data IFLS 4 (2007) dan IFLS 5 (2014). Didapatkan sebanyak 459 anak yang merupakan sampel tindak lanjut IFLS 4 dan IFLS 5. Perhitungan bobot koreksi digunakan dalam analisis ini. Teknik analisis yang digunakan adalah chi square dan regresi logistik ganda. Hasil analisis menunjukkan terdapat beberapa kelompok, yaitu kelompok anak yang dapat memperbaiki kondisi stunting sebanyak (15,92%), kelompok terjadi stunting pada masa anak sebanyak (14,40%) dan kelompok terjadi stunting pada masa balita dan tetap stunting sebanyak (8,26%), sisanya adalah anak-anak yang tumbuh normal (61,42%). Hasil analisis lebih lanjut menggunakan regresi logistik ganda bahwa kelompok terjadi stunting pada masa balita dan tetap stunting dengan adjusted OR 1,52 (CI : 0,728 - 3,195), kelompok terjadi stunting pada masa anak dengan adjusted OR 1,17 (CI : 0,629 - 2,187) dan kelompok anak yang dapat memperbaiki kondisi stunting dengan adjusted OR 1,69 (CI : 0,894 - 3,220) berisiko memperoleh kemampuan kognitif kurang dibandingkan dengan anak-anak yang tumbuh normal setelah dikontrol status pekerjaan ibu, kebiasaan makan protein hewani, riwayat penyakit diare dan pendidikan pra SD. Berdasarkan temuan dari penelitian ini, meningkatkan pelaksanaan skrining secara rutin status gizi balita sampai dengan usia anak sekolah 7-12 tahun dapat mengurangi dampak dan memberikan intervensi lebih awal terhadap anak tersebut. Meningkatkan program food family terutama mengenai konsumsi makanan mengandung protein hewani seperti telur, ikan, daging dan susu. Menambah alat ukur tes IQ untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak seperti Raven’s Intelligence Test dimulai dari usia 7 tahun. Meningkatkan program pencatatan dan informasi kesehatan remaja dalam My Health Report Book terutama mengenai pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak. ......Stunting affects cognitive development has led to long-term cognitive impairment. undernourished status in children who were developing their brains will have an impact on the low quality of human resources. The purpose of this study is to determine the dynamics of changing conditions of stunting in the 3-5 year age group on cognitive abilities at 10-12 years of age in Indonesia. This research is a community-based secondary data analysis known as the Indonesian Family Life Survey (IFLS), which is a longitudinal or fixed population cohort survey that originally covered 13 provinces in Indonesia. The data used in this study are IFLS 4 (2007) and IFLS 5 (2014) data. There were 459 children who were follow-up samples of IFLS 4 and IFLS 5. Calculation of correction weight was used in this analysis. The analysis technique used is chi-square and multiple logistic regression. The analysis results have several categorized participants as stunted in a toddler but not childhood (catch-up) (15.92%), stunted in childhood (14.40%), stunted in a toddler and childhood (8,26%), and not stunted (61.42%). The analysis results used multiple logistic regression that stunted in a toddler and childhood adjusted OR 1.52 (CI: 0.728 - 3.195), stunted in childhood adjusted OR 1.17 (CI: 0.629 - 2.187), and stunted in a toddler but not childhood (catch-up) adjusted OR 1.69 (CI: 0.894 - 3.220) have risk were ability cognitive lower compared as not stunted when adjusted for mother’s work status, animal protein eating habits, history of diarrhea and attended preschool. Based on findings from this study, increasing the implementation of the routine screening of nutritional status of toddlers until school children at 10-12 years of age can reduce the impact and provide early intervention against the children. Increase the food family program, especially regarding the consumption of foods containing animal protein such as eggs, fish, meat, and milk. Adding an IQ test measuring tool to improve children's cognitive abilities such as the Raven's Intelligence Test starting at the age of 7 years. Increasing the health recording and information program in My Health Report Book, especially regarding monitoring child growth and development
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rifqi Aufari
Abstrak :

Produktivitas pekerja menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi. Produktivitas secara umum dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya tingkat religiositas. Agama-agama secara umum mendorong umatnya untuk menjadi produktif, seperti doktrin etika bekerja Max Weber dalam agama Protestan dan konsep al-mujahadah dalam Islam dan seseorang yang religius dianggap sebagai orang yang produktif. Sementara itu, tingkat religiositas penduduk Indonesia sangat tinggi apabila dibandingkan dengan negara-negara lain. Namun, beberapa studi menemukan bahwa religiositas berhubungan secara negatif terhadap produktivitas pekerja, terutama di Amerika Serikat dan di negara-negara Eropa. Apakah fenomena yang terjadi di negara-negara tersebut juga terjadi di Indonesia? Dalam rangka untuk mengetahui pengaruh religiositas terhadap produktivitas pekerja di Indonesia, peneliti menggunakan data yang dimiliki oleh Indonesian Family Life Survey (IFLS) 4 dan IFLS 5 dengan jumlah sampel sebanyak 30,330 pekerja yang berusia minimal lima belas tahun. Penelitian ini menggunakan metode regresi panel. Hasil penelitian menunjukkan religiositas tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas pekerja, meskipun tingkat religiositas masyarakat Indonesia yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena terdapat faktor-faktor lain yang lebih berdampak dibandingkan dengan religiositas.


Worker productivity is one of many factors that influencing economic growth. In general, productivity influenced by many factors, one of them is religiosity. Religions are promoting productivity in their doctrines, such as Max Weber’s work ethics concept in Protestant and al-mujahadah concept in Islam, then a religious person is considered as a productive person. Meanwhile, religiosity level of Indonesian people is very high compared with other countries. On the other hand, some studies found that religiosity is negatively correlated with worker productivity in US and European countries. Does the phenomenon also occur in Indonesia? In order to take account the relationship between religiosity and worker productivity in Indonesia, the study used data from Indonesia Family Life Survey (IFLS) 4 and 5 with total sample of 30.330 workers aged at least 15 years old and panel data regression method is used. The result shows religiosity appear to be insignificant statistically, despite the relatively high level of religiosity among Indonesian. This allows to assume that there are other factors that capture the source of worker’s productivity better than religiosity.

Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurrahma Fitria Ramadhani
Abstrak :
Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang terjadi akibat pankreas tidak membuat cukup insulin atau insulin yang dibuat tidak dapat digunakan secara efektif. Diabetes melitus sendiri dalam 20 tahun terakhir menunjukan angka kejadian yang terus meningkat. Faktor risiko diabetes seperti kelebihan berat badan (obesitas), diet yang tidak sehat, aktivitas fisik kurang yang menyumbang sekitar 80% dari peningkatan prevalensi diabetes. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan sedentari dengan diabetes melitus di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data Indonesia Family Life Survey 5 tahun 2014/2015 dengan desain potong lintang dan didapatkan 3985 responden terbobot. Dilakukan analisis statistik univariat, bivariat menggunakan chi-square (CI: 95%) dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda. Dari 3985 responden didapatkan 291 (7,8%) responden diabetes dan 583 (14,04%) responden sedentari. Hasil analisis multivariat didapatkan hubungan sedentari dengan diabetes melitus setelah dikontrol dengan variabel konfounding (OR 1,5 95%CI: 1,07-2,11). Maka disimpulkan mengurangi kebiasaan sedenter baik dilakukan guna mencegah terjadinya diabetes melitus, dan diperlukannya perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat untuk mencegah terjadinya diabetes melitus. ......Diabetes mellitus is a chronic disease that occurs when the pancreas does not make enough insulin or the insulin that is made cannot be used effectively. Diabetes mellitus itself in the last 20 years shows an increasing incidence. Diabetes risk factors such as being overweight (obesity), unhealthy diet, lack of physical activity account for about 80% of the increase in diabetes prevalence. The purpose of this study was to examine the relationship between sedentary and diabetes mellitus in Indonesia. This study uses data from the Indonesia Family Life Survey 5 in 2014/2015 with a cross-sectional design and obtained 3985 weighted respondents. Univariate statistical analysis, bivariate using chi-square (CI: 95%) and multivariate analysis using multiple logistic regression test. From 3985 respondents, 291 (7.8%) diabetic respondents and 583 (14.04%) sedentary respondents. The results of multivariate analysis showed a sedentary relationship with diabetes mellitus after controlling for confounding variables (OR 1.5 95% CI: 1.07-2.11). It is concluded that reducing sedentary habits is good to do to prevent the occurrence of diabetes mellitus, and the need for changes in lifestyle to be healthier to prevent diabetes mellitus.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Aribowo
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini menguji pengaruh bendungan besar di Indonesia terhadap kesejahteraan rumah tangga. Penelitian ini bertujuan mengungkap potensi penurunan kesejahteraan khususnya pada rumah tangga yang tinggal relatif dekat lokasi bendungan. Hal ini penting sebagai upaya mitigasi masalah sosial ekonomi terhadap kebijakan pembangunan bendungan besar. Sampel rumah tangga didapatkan dari Survei Sosial Ekonomi Rumah Tangga (SUSENAS) tahun 2013-2018 serta Indonesia Family Life Survey (IFLS) gelombang 4 dan 5 pada 997 kecamatan terpilih. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi ordinary least square dengan fixed effect menunjukkan korelasi negatif antara penambahan bendungan terhadap kesejahteraan rumah tangga yang tinggal relatif dekat lokasi bendungan dari sisi produksi, dan pengeluaran rumah tangga serta tidak signifikannya terhadap aktivitas kerja. Hasil ini mengindikasikan terjadinya potensi penurunan kesejahteraan khususnya pada rumah tangga yang tinggal dekat dengan bendungan besar.
ABSTRACT
This research aims to study effect of large dams development to the household-welfare in Indonesia. The purpose is to reveal potential welfare loss particularly to the household living in sub-district close to the dams placement. This is important to mitigate social and economic problem from dams policy perpective. Household sample data selected from National Social Economy Survey (SUSENAS) 2013-2018 and Indonesia Family Life Survey (IFLS) waves 4 and 5 in 997 sub-district sample. Using ordinary least square with fixed effect, this result show negative correlation both household-welfare and farm-productivity. In addition, the result have insignificance effect to work-activity. This result indicates potential welfare-disjunction to the household close to the large dams placement.
2019
T54886
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Ramadhani
Abstrak :

Malnutrisi adalah kondisi gizi yang tidak proporsional pada anak yang ditunjukkan dalam tiga kondisi — stunting, underweight, dan wasting. Malnutrisi pada anak merupakan salah satu beban kesehatan terbesar di Indonesia. Kejadian malnutrisi anak menunjukkan peningkatan, namun dikategorikan sebagai sangat parah untuk stunting dan underweight dan cukup parah untuk wasting. Penelitian ini menggunakan data Indonesia Family Life Survey (IFLS) Wave 5 tahun 2014/2015, dan bertujuan menganalisis hubungan antara karakteristik ibu dan kejadian malnutrisi pada anak yang berusia 5-59 bulan di Indonesia. Hasil regresi probit menunjukkan bahwa karakteristik ibu (indeks massa tubuh ibu (BMI), tinggi badan, dan pendidikan) secara signifikan mempengaruhi malnutrisi pada anak. Selain itu, faktor lain yang perlu diperhatikan adalah usia anak, jumlah anggota dalam rumah tangga, pengeluaran per kapita rumah tangga, area dan wilayah rumah tangga.


Child malnutrition is a condition of disproportionate nutrition in children. It manifests in three forms—stunting, being underweight, and wasting. It is one of the biggest burdens in Indonesia, as the incidence shows an improvement, but it continues to be categorized as highly severe for stunting and being underweight and moderately severe for wasting. Using the Indonesian Family Life Survey (IFLS) Wave 5 data year 2014/2015, this study analyzes the association between maternal characteristics and the incidence of malnutrition among children aged 5–59 months in Indonesia. The probit regression result implies that maternal characteristics (mother’s body mass index (BMI), height, and education) significantly influence the child’s malnutrition. Furthermore, there are other compounding factors to consider, such as the child’s age, the number of members in a household, the household’s per capita expenditure, and the household’s area and region.

2019
T55269
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>