Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmat Triandi Tjahjanto
Abstrak :
Beberapa teknik proses sol-gel untuk mengimobilisasi T'02 dipelajari dan dicobakan pada substrat aluminium dan kaca, kemudian sifat semikonduktor dan aktivitas fotokatalitiknya diuji. Selain itu juga dilakukan usaha optimalisasi dengan meragamkan pelarut yang digunakan dan suhu kalsinasi. Prekursor yang digunakan dalam semua teknik proses sol-gel di sini adalah Ti( O iPr),. Pengujian hasil imobilisasi T'02 yang dilakukan meliputi uji aktivitas fotokatalitik terhadap I 4-kiorofenol, dan karakterisasi lapisa n dengan TLCScanner, Scanning Electron Microscope (SEM) , Spektrofotometer IR, dan Dif raksi Sinar-X (XRD) . Spektra XRD menunjukkan teknik proses sol-gel yang memperlambat hidrolisis menghasilkan kadar kristal anastase, yang diinginkan, relatif kecil. Sedangkan serapan spektrum IR pada 1382 cm- 1 dan 1632 cm- . 1 memperkuat dugaan masih terdapatnya gugus alkil. Sedangkan teknik proses sol-gel yang tidak memperlambat hidrolisis walaupun relatif lebih kristalin dan . memberikan kadar anatase yang relatif sangat tinggi, hidrolisisnya terlalu cepat. Penggantian pelarut metanol dengan propanol memberikan proses sol-gel yang cukup baik. Ketebalan.yang diperole h dari sol ini antara 0,6175 p dan 0,6781 Rm. Hasil u ii kualitas lapisan dengan TLCScanner menunjukkan homogenitas ketebalan lapisan teknik pertama tidak sebaik teknik kedua yang tidak memperlambat hidrolisis. Uji fotokatalitik terhadap 4-klorofenol memperlihatkan aktivitas katalis.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reri Indriani
Abstrak :
ABSTRAK
Sterol dalam tumbuhan dan hewan merupakan salah satu bahan baku untuk produksi obat-obat kontrasepsi oral. Tandan sawit limbah telah dinilai kemungkinannya sebagai sumber sterol. Untuk mengolah tandan sawit limbah tersebut agar menghasilkan sterol, diperlukan suatu metoda isolasi yang relatif sederhana dan ekonomis. Berbagai kondisi hidrolisis asam menggunakan HCI/air untuk penyiapan sampel, sebagai salah satu tahap metoda 1- solasi, telah dilakukan. Kondisi hidrolisis asam tersabut adalah - Tahap analitik : waktu hidrolisis 3 jam dengan HC1 2 N dan 4 N, waktu hidrolisis 1 jam dan 2 jam dengan HC1 2 N yang dibandingkan terhadap metoda hidrolisis basa menggunakan KOH/etanol selama 1 jam. Produksi dalam skala laboratorium :waktu hidrolisis 1 jam dengan HC1 2 N. Penetapan kadar dilakukan secara Spektrofotometri berdasarkan reaksi Liebermann Burchard yang sudah dimodifikasi. Hidrolisis asam pada beberapa kondisi penyiapan sampel yang telah dicoba dalam tahap analitik memberikan hasil 75% dari metoda pembanding KOH/etanol. Produksi dalam skala laboratorium memberikan hasil 83% dari hasil pada tahap analitik.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Amalia Husnil
Abstrak :
Tesis ini membahas pengaruh perlakuan paparan gelombang mikro dengan variasi daya dan waktu paparan gelombang mikro terhadap kandungan bambu yang larut dalam air, jumlah gula pereduksi, dan konsentrasi etanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan gelombang mikro mampu meningkatkan persentase kandungan larut air. Hal ini semakin diperkuat dengan hasil gula pereduksi dan etanol yang lebih tinggi pada substrat yang telah mengalami perlakuan gelombang mikro dibanding substrat yang tidak mengalami perlakuan.
This thesis explains the effect of microwave exposure with power and time variation on water soluble content of bamboo, reducing sugars and also yields of ethanol. Experimental data shows that microwave exposure could increase the water soluble content of bamboo. This result is emphasized with result of reducing sugars and ethanol yield that higher in substrate that had been exposed on microwave radiation.
2009
T25899
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kristiani Natalia
Abstrak :
Senyawa turunan sulokrin metil 3,8-dihidroksi-6-metil-9-oxo-9H-xanthen-1 karboksilat [A] dan asam 3,8-dihidroksi-6-metil-9-oxo-9H-xanthen-1 karboksilat [B] telah berhasil disintesis melalui reaksi adisi konyugasi alkohol (siklisasi) dan hidrolisis ester secara simultan. Sintesis ini dilakukan dengan mereaksikan sulokrin dalam pelarut aseton dengan basa KOH dalam akuades dengan perbandingan mol 1:1 pada suhu 100 °C menghasilkan rendemen masingmasing sebesar 65,56 % untuk senyawa [A] dan 11,04 % untuk senyawa [B]. Hasil optimasi proses sintesis melalui variasi perbandingan mol bahan baku awal sulokrin terhadap basa KOH dengan perbandingan berturut-turut 1:1; 1:2; 1:3; 1:4; dan 1:5, memberikan nilai rendemen tertinggi 65,56 % untuk senyawa [A] dengan perbandingan 1:1 dan 40,32 % untuk senyawa [B] dengan perbandingan 1:5. Identifikasi senyawa hasil sintesis dilakukan dengan menggunakan kromatografi lapis tipis dan dianalisis struktur molekulnya dengan menggunakan spektrofotometer FT-IR, spektrometer LC-MS dan NMR (1H-NMR dan 13CNMR). Uji toksisitas metode brine shrimp lethality test (BSLT) terhadap senyawa [A] diperoleh nilai LC50 sebesar 32,84 μg/mL. Uji sitotoksisitas terhadap sel kanker leukemia HL60 diperoleh nilai LC50 untuk senyawa [A] sebesar 89,40 μg/mL.
The derivative sulochrin compounds (methyl 3,8-dihydroxy-6-methyl-9-oxo-9Hxanthene-1-carboxylate [A] and 3,8-dihydroxy-6-methyl-9-oxo-9H-xanthene-1-carboxylic acid [B]) have been synthesized by conjugating addition of alcohol (cyclization) and ester hydrolysis simultaneously. These two compounds were carried out in one step reaction between sulochrin in acetone and potassium hydroxide in distilled water by mol ratio of 1:1 yielded 65.56 % of [A] and 11.04 % of [B]. Optimization has been done by varying mol proportion of sulochrin toward KOH of 1:1; 1:2; 1:3; 1:4; and 1:5, respectively. The optimum yields of [A] and [B] were 65.56 % for 1:1 and 40.32 % for 1:5. The structure of products were analyzed and identified by TLC, FT-IR spctrophotometer, LC-MS and NMR spectrometer. The LC50 value of brine shrimp lethality test of [A] compound was 32.84 μg/mL. Cytotoxicity test on HL60 cells of [A] compound yielded IC50 89.40 μg/mL.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T29030
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suwarno
Abstrak :
ABSTRAK
Minyak goreng sebagai salah satu jenis minyak yang sering dikonsumsi, selama proses penggorengan ternyata mudah mengalami oksidasi termal. Penelitian ini bertujuan mengamati perubahan sifat fisiko-kimia minyak selama proses pemanasan dan pengaruhnya terhadap hidrolisis secara enzimatik.

Penelitian dilakukan dengan memanaskan 3 jenis minyak goreng yang berbeda, yaitu minyak kelapa sawit, minyak kacang kedelai dan minyak biji bunga matahari pada temperatur 200 °C selama 2, 5 dan 9 jam.

Dari uji anova dua arah (P=0,05) menunjukkan adanya perbedaan sifat fisiko-kimia yang nyata antar jenis minyak dan antar lama pemanasan, kecuali angka penyabunan yang tidak berbeda selama pemanasan. Fraksionasi minyak menghasilkan persentase fraksi monomer yang menurun selama pemanasan, disertai dengan peningkatan fraksi dimer dan oligomer. Fraksi monomer yang dipisahkan memiliki angka peroksida, total karbonil dan indeks bias yang lebih rendah dibanding produk dimernya.

Hasil hidrolisis. dengan enzim lipase pankreatik pada kondisi in-vitro dari minyak yang belum difraksikan maupun fraksi dimer menurun terhadap waktu pemanasan sedangkan fraksi monomernya tidak. Kemampuan hidrolisis enzimatik akan menurun dengan meningkatnya produk primer dan sekunder oksidasi termal.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Esih Praharaningsih
Abstrak :
Tumbuhan nanas memiliki kandungan enzim bromelin yang bermanfaat sebagai biokatalisator dalam reaksi hidrolisis protein. Karena aktivitas protease tersebut, enzim bromelin banyak diaplikasikan dalam bidang kedokteran, farmasi maupun industri tekstil, kosmetik dan bir. Untuk mendapatkan enzim bromelin dari buah nanas memerlukan teknik isolasi dan pengendapan yang tepat dan ekonomis. Metode isolasi enzim bromelin yang akan diajukan pada penelitian ini adalah dengan homogenisasi, sentrifugasi, dan pengendapan protein dengan variasi jenis presipitan. Pada tahap awal, enzim bromelin diekstrak menggunakan aseton sehingga diperoleh enzim kasar yang kemumiannya masih rendah. Selanjutnya ekstrak enzim kasar diuji dalam berbagai kondisi operas! untuk mendapatkan pH, waktu dan temperatur inkubasi optimum. Kemudian enzim dimumikan dengan variasi jenis pengendap seperti garam netral anorganik seperti NaCI, Na2S04, (Nh4)2SO4 dan pelarut organik seperti metanol, etanol, dan isopropanol. Untuk memperoleh aktivitas spesifik enzim tertinggi, digunakan variasi konsentrasi presipitan dan diuji dengan metode anson pada kondisi operasi optimum. Uji aktivitas protease dilakukan dengan metode Anson yaitu mengukur absorbansi spektrofotometri reaksi hidrolisis kasein yang dikatalisis enzim bromelin hasil isolasi. Perbedaan hasil serapan antara enzim yang dimumikan dengan variasi jenis pengendap dan blanko merupakan derajat kemumiaan enzim tersebut yang diberikan dalam bentuk aktivitas enzim dalam satuan nanokatal/mg protein. Kadar protein hasil isolasi sebesar 0.51 mg/ml diukur dengan metode Lowry. Ekstrak kasar enzim memiliki aktivitas spesifik sebesar 32.2 nkat/mg protein. Dari hasil percobaan diperoleh pH optimum enzim bromelin adalah 7, suhu dan waktu inkubasi optimum pada 50°C dan 30 menit. aktivitas tertinggi enzim bromelin sebesar 89.1 nkat/mg protein, naik sekitar 2.5 kali enzim yang tidak dimumikan. Hasil tersebut merupakan hasil pemumian enzim dengan garam anorganik amonium sulfat yang bersifat stabil, toksisitas rendah dan kekuatan anionnya paling tinggi diantara garam anorganik serta pelarut organik lain. Hasil pemurnian enzim dengan NaCI, Na2SO4 CH3OH, C2H5OH, dan isopropanol masing-masing sebesar 37.4, 64.9, 53.1, 74.9 dan 71.5 nkat/mg protein.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Hidayah
Abstrak :
Produk emulsifier lesitin merupakan agen penstabil yang baik digunakan untuk industri makanan, farmasi dan kosmetik. Dalam industri makanan, sebagain besar egen pengemulsi yang digunakan merupakan tipe emulsi minyak dalam air. Dalam penelitian ini, lesitin yang telah diekstrak dari kuning telur, dimodifikasi melalui reaksi hidrolisis enzimatik menggunakan enzim papain. Modifikasi ini akan merubah struktur molekulnya yang menjadikan lesitin lebih stabil dalam tipe emulsi minyak dalam air O/W. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan kondisi reaksi hidrolisis yang optimum, meliputi waktu reaksi dan jumlah enzim papain yang digunakan. Penentuan hasil lesitin termodifikasi dilakukan dengan beberapa pengujian seperti uji stabilitas, bilangan saponifikasi, bilangan asam, tegangan permukaan dan zeta potensial. Dari hasil uji yang telah dilakukan, diperoleh yield lesitin tertinggi sebesar 10,42 melalui ekstraksi menggunakan pelerut etanol absolut. Stabilitas emulsi untuk jenis O/W dicapai pada lesitin dengan waktu reaksi selama 40 menit yang mampu stabil hingga 43 jam dan lesitin dengan pemakaian enzim papain sebanyak 4 yang stabil hingga 31 jam. Tegangan permukaan terendah dicapai pada lesitin hasil hidrolisis selama 40 menit dengan nilai sebesar 48,52 dyne/cm serta lesitin hasil hidrolisis dengan 2 enzim papain dengan nilai tegangan permukaan sebesar 48,68 dyne/cm. Nilai zeta potensial dari lesitin hasil hidrolisis selama 40 menit memiliki nilai 99,2 mV dan pada lesitin hasil hidrolisis dengan 2 enzim papain memiliki nilai 94,8 mV. Hasil tersebut diperoleh sebagai akibat dari putusnya rantai asam lemak tunggal pada struktur senyawa lesitin yang dapat ditunjukkan dengan instrumentasi FTIR.
The lecithin emulsifier product is a good stabilizer agent used for food, pharmaceutical and cosmetic industries. In the food industry, most of the emulsifying emulsifier used is a type of oil in water emulsion. In this study, lecithin extracted from egg yolk was modified by enzymatic hydrolysis reaction using papain enzyme. This modification will change the molecular structure which makes lecithin more stable in the type of oil in water emulsion O W. This study was conducted to determine the optimum hydrolysis reaction conditions, including reaction time and amount of papain enzyme used. Determination of modified lecithin yield was performed by several tests such as stability test, saponification number, acid number, surface tension and potential zeta. From the results of tests that have been done, obtained the highest lecithin yield of 10,42 through extraction using absolute ethanol solvent. Emulsion stability for the O W type was achieved in 40 minute hydrolyzed lecithin which stable up to 43 hours and hydrolyzed lecithin using 4 papain enzyme with stable up to 31 hours. The lowest surface tension was achieved in 40 minute hydrolyzed lecithin with value of 48,52 dyne cm and hydrolyzed lecithin using 4 papain enzyme with surface tension value 48,68 dyne cm. The potential zeta value of 40 minute hydrolyzed lecithin has a value of 99.2 mV and on hydrolyzed lecithin using 4 papain enzyme has a value of 94,8 mV. The results are obtained as a result of the breaking of a single fatty acid chain from the structure of lecithin which can be demonstrated by FTIR instrumentation.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67876
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Angeline Sudarsono
Abstrak :
Salah satu turunan selulosa, selulosa mikrokristal, merupakan bahan penting dalam pembuatan sediaan farmasi, yaitu sebagai eksipien dalam pembuatan tablet secara cetak langsung. Tumbuhan gulma eceng gondok memiliki kadar selulosa yang cukup tinggi yaitu sekitar 60 . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan serbuk selulosa mikrokristal dari eceng gondok dan identitasnya melalui spektrofotometri inframerah dan penentuan titik lebur, serta karakteristik fisika dan kimianya dan membandingkan hasilnya dengan Avicel PH 101 sebagai standar. Pada penelitian ini, selulosa mikrokristal diperoleh melalui hidrolisis enzimatis dengan enzim selulase. Identitas dari selulosa mikrokristal diperoleh melalui spektrum inframerah yang mirip dengan standar serta suhu lebur dalam rentang 247-250 C. Selulosa mikrokristal yang diperoleh berupa serbuk sedikit kasar, tidak berbau dan berasa serta berwarna sedikit kekuningan dibandingkan standar. Karakteristik selulosa mikrokristal yang diperoleh meliputi tidak terbentuk warna biru dengan larutan iodin, distribusi ukuran partikel sebesar 741 nm, pH 7,49, kadar abu 0,203 , kadar air 3,685 , susut pengeringan 3,8741 , serta kerapatan partikel, laju alir dan sudut istirahat yang memenuhi persyaratan sesuai literatur. Berdasarkan perbandingan pola difraktogram dengan difraksi sinar-X dan secara morfologi dengan SEM Scanning Electron Microscope sudah terlihat kemiripan antara selulosa mikrokristal hasil hidrolisis dengan standar.
One of the cellulose derivatives, microcrystalline cellulose is normally used in the pharmaceutical industry as an excipient in the manufacturing of tablets. Water hyacinth is a weed plant that has high cellulose content for about 60 . The purpose of this study was to obtain microcrystalline cellulose powder from water hyacinth and the identity by infrared spectrophotometry and melting point determination and the physical and chemical characteristics were compared to Avicel PH 101 as standard. In this study, microcrystalline cellulose obtained by enzymatic hydrolysis with cellulase enzymes. The identities were obtained from infrared spectrum which similar as standard and melting point chars between 247 250 C. The powder was moderately fine, odorless, tasteless and yellowish compared to standard. The characteristics were obtained, including not giving blue coloured with iodine solution, particle size distribution for 741 nm, pH 7,49, ash contents 0,203 , moisture content 3,685 , loss on drying 3,8741 also the density, flow rate and angle of repose fulfilled the requirements based on the literature. Based on the comparison of diffractogram patterns by X ray Diffraction and morphology by SEM Scanning Electron Microscope , there is similarity for both microcrystalline cellulose from hydrolysis and standard.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S67879
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fildzah Alfita Qosthalani
Abstrak :
ABSTRAK
Fukoidan adalah heteropolisakarida sulfat yang terdiri atas L-fukosa dan gugus ester sulfat sebagai komponen utama. Selama tiga dekade terakhir, struktur dan bioaktivitas fukoidan telah banyak diteliti. Namun, adanya perbedaan komponen dan besarnya berat molekul fukoidan yang diisolasi dari tiap spesies rumput laut cokelat, menjadikan karakteristik dan struktur fukoidan antar spesies tidak sama. Sementara itu, aktivitas fukoidan dalam melawan sel kanker sangat dipengaruhi oleh tingginya kandungan sulfat dan berat molekul. Fukoidan dengan berat molekul rendah cenderung memiliki kelarutan lebih tinggi dan mudah terpenetrasi ke dalam sel kanker. Pada penelitian ini, fukoidan dari rumput laut cokelat Sargassum binderi Sonder diekstraksi dengan HCl 0,1 N dan depolimerisasi dengan hidrolisis asam pada waktu dan konsentrasi yang divariasikan. Fukoidan dengan depolimerisasi paling maksimal, yaitu pada TFA 1 M selama 1,5 jam pada suhu 121oC, memberikan karakter total sulfat 8,69 , berat molekul 5,79 kDa, dan nilai IC50 184,22 ?g/mL terhadap sel T47D. Sedangkan fukoidan murni tanpa perlakuan hidrolisis memiliki karakter total sulfat 18,63 , berat molekul 785,12 kDa, dan nilai IC50 75,69 ?g/mL. Kadar sulfat dalam fukoidan memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap aktivitas antikanker sel T47D dibandingkan pengaruh dari berat molekul.
ABSTRACT
Fucoidan is a sulfated heteropolysaccharide consists of L fucose and sulfate ester groups as the main component. Over the past three decades, fucoidan structures and bioactivity have been widely studied. However, the differences in the components and the molecular weight of the fucoidan isolated from each species of brown seaweed, making an unequal characteristics and structures of fucoidan from each species. Meanwhile, the activity of fucoidan in the fight against cancer cells is strongly affected by sulfate content and molecular weight. Low molecular weight fucoidans tend to have higher solubility and are easily penetrated into cancer cells. In this study, the fucoidan from brown seaweed of Sargassum binderi Sonder was extracted with 0,1 N HCl and depolymerized by acid hydrolysis at varied time and concentration. Fucoidan with the maximum depolymerization, at 1 M TFA for 1,5 hours at 121oC, has characters in 8,69 of total sulfate, 5,79 kDa of molecular weight, and IC50 value at 184,22 g mL against T47D cells. While pure fucoidan without hydrolysis treatment has characters in 18,63 of total sulfate, 785,12 kDa of molecular weight, and IC50 value at 75,69 g mL. The sulfate level of the fucoidan had a very significant effect on T47D cell anticancer activity compared with molecular weight effect.
2017
S69090
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>