Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Varitha Ariyabukalakorn
Pathum Thani: Thammasat University, 2019
670 STA 24:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Trijani Suwandi
Abstrak :
Disertasi ini merupakan hasil penelitian eksperimental laboratorik yang mencakup: uji fitokimia ekstrak etanol H. sabdariffa L. yang bersifat antibakteri, uji penetapan parameter standar, uji KHM, KBM, zona hambat, uji toksisitas akut dan subkronis, uji sitotoksisitas terhadap sel epitel dan fibroblast serta uji efektivitas ekstrak H. sabdariffa L. terhadap S. sanguinis. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol H. sabdariffa L. mengandung golongan senyawa antibakteri fenol, flavonoid, tanin dan saponin. Parameter standar dapat ditetapkan. Hasil KHM dan KBM 0,78%, dan zona hambat H. sabdariffa L. setara dengan klorheksidin. Ekstrak ini aman dan tidak toksik terhadap organ vital tikus pada uji toksisitas akut dan subkronis. Hasil MTT assay menunjukkan ekstrak tidak toksik terhadap sel epitel dan fibroblast. Hasil uji biofilm menunjukkan ekstrak H. sabdariffa L. dapat menurunkan potensi pertumbuhan S. sanguinis pada biofilm.
This dissertation is the result of laboratory experimental study involving phytochemistry test from ethanol extract of H. sabdariffa L. and to detect the standard parameters, MIC, MBC test, and inhibition zone, the acute and subchronic toxicity tests and the epithelial and fibroblast cytotoxicity tests. The effectiveness of the H.sabdariffa L. extracts in suppression of the S. sanguinis were also measured. This was a quantitative with analytical design study. The result of this study showed that in the ethanol extract H. sabdariffa L. contained phenol, flavonoid, tannin and saponin compounds. These compounds are well known antibacterial compounds. The sensitivity tests showed that the MIC and MBC of H. sabdariffa L. was 0,78%, while the inhibition zone of H. sabdariffa L. was equivalent to chlorhexidine. The acute and subchronic toxicity tests showed that this compound was non-toxic. The MTT assay tests showed that the compound were not toxic to epithelial cell and fibroblast. The biofilm test showed that the extract of H. sabdariffa L.was a potent suppresor of S. sanguinis.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
D1345
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
R Siswanto Sudaryo
Abstrak :
Hibiscus sabdariffa. Linn dikenal di Indonesia sebagnai tanaman ekonomi, karena dapat diambil serat dari kulit batangnya dan dipakai untuk bahan baku pembuatan karung goni. Data mengenai kandungan kimia yang lengkap dari biji tanaman ini sangat jarang. Ada dugaan bahwa biji tanaman ini mempunyai khasiat sebagai anti tumor. Dalam penelitian ini dilakukan pemeriksaan golongon senyawa kimia pada biji tanaman Hibiscus sabdariffa.L yang telah dideterminasi di Bogor dan Tawangmangu, sekaligus dibandingkan kandungan kimia dari beberapa varietas yang ada pulau Jawa. Penelitian ini diarahkan pada identifikasi golongan senyawa alkaloida, flavanoida, glikosida, tanin, seponin, minyak lemak, albuninoida dan HCN. Pemeriksaan dilakukan dengan cara umum seperti yang dilakukan pada pemeriksaan untuk golongan kimia tanaman dan juga dilaiukan pemeriksaan khromatografi lapisan tipis yang memakai berbagai pelarut dan penampak noda. Ternyata hasilnya bahwa biji tanaman ini mengandung senyawa alkaloida, glikoside, minyak lemak, albuminoid dan HCN . Dari hasil khromatografi lapisan tipis ternyata bercak yang paling besar diberikan oleh Hibiscus sabdariffa.L varietas Victor. Konsentrasi untuk keempat varietas adalah sama besar.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 1980
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achiro, Yaserita
Abstrak :
Stres pada manusia dapat mengakibatkan penurunan kemampuan dari sistem imun. Oleh karena itu dewasa ini dibutuhkan pengembangan dari senyawasenyawa berkhasiat imunostimulan. Telah dilakukan penelitian tentang efek imunostimulan dari sediaan teh kombinasi rosela (H. sabdariffa) dan Pegagan (C.asiatica) dengan metode Uji Bersihan Karbon. Sediaan teh kombinasi Rosela dan Pegagan dengan dosis 0,0078 g rosela/20gBB dan 0,0702 g pegagan /gBB tidak memiliki aktivitas imunostimulan dengan indeks fagositosis 1,209. Sediaan kombinasi rosela dan pegagan dengan dosis 0,0156 g rosela/20gBB dan 0,1404 g pegagan/20gBB memiliki aktivitas imunostimulan sedang dengan indeks fagositosis sebesar 1,416. Sediaan kombinasi rosela dan pegagan dengan dosis 0,0312 g rosela/20gBB dan 0,2808 g pegagan/20gBB memiliki aktivitas imunostimulan yang besar dengan nilai indeks fagositosis sebesar 1,665. Nilai ini lebih besar daripada nilai indeks fagositosis Zymosan, Rosela dan Pegagan yaitu secara berturut-turut 1,613; 1,314 dan 1,569. Dilakukan uji statistik pada seluruh sediaan uji dengan analisa ANOVA satu arah dan diperoleh nilai p < 0,05 pada pada seluruh sediaan uji bila dibandingkan dengan kontrol CMC-Na.
Stress at human will reduce the immune system capability. So that, nowadays immunostimulant is needed to be developed. It has been done research about immunostimulant activity of tea consist Rosella (H. sabdariffa) and Pegagan (C.asiatica) by measure phagocity index in Carbon Clearance Test at mice. Tea bag consist of 0.0078 rosella/20gBB and 0.0702 g pegagan/20gBB has no immunostimulant activity with phagocity index 1.209. Tea combination consist of 0.0156 g rosella/20gBB and 0.1404 g pegagan/20gBB has slight immunostimulant activity with phagocity index 1.416. Tea bag consist of 0.0312 g rosella/20gBB and 0.2808 g pegagan/20gBB has great immunostimulan activity with phagocity index 1.665. This activity is greater than Zymosan, Rosella and Pegagan alone with phagocity index 1.613; 1.314 and 1.569. One way ANOVA test showed that all of drug has immunostimulant activity greater than control with p < 0,05.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33091
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Donna Adriani Kusumadewi Muhammad
Abstrak :
Latar Belakang: Berdasarkan data dari WHO, penderita penyakit kardiovaskular diduga akan terus meningkat. Salah satu proses patologis yang mendasari penyakit kardiovaskular adalah aterosklerosis. Disfungsi endotel yang mengawali aterosklerosis dimulai sejak anak-anak. Stres oksidatif dapat disebabkan oleh pertambahan usia. Salah satu herba yang memiliki efek antioksidan kuat dan dapat mencegah stres oksidatif adalah Hibiscus sabdariffa Linn. Metode: Penelitian eksperimental dilakukan pada 36 ekor tikus jantan galur Wistar usia 5 minggu selama 4 minggu, 8 minggu, dan 12 minggu. Hewan coba secara acak terbagi atas 12 kelompok, yaitu: kontrol (K4, K8, K12), latihan fisik aerobik (L4, L8, L12), pemberian H. sabdariffa Linn. 400 mg/kgBB/hari (H4, H8, H12) dan kombinasi latihan fisik aerobik dan pemberian H. sabdariffa Linn. 400 mg/kgBB/hari (HL4, HL8, HL12). Pengukuran kadar NO, ET-1, aktivitas spesifik SOD dan MDA menggunakan supernatan dari homogenat aorta abdominal. Hasil: Pola kadar NO kelompok K dan L menurun sesuai peningkatan usia. Terdapat perbedaan bermakna antara kadar NO kelompok K dan L, K dan H, dan K dan HL. Kadar ET-1 pada semua kelompok tidak bermakna secara statistik. Terdapat peningkatan aktivitas spesifik SOD pada kelompok L, H, dan HL dibandingkan K. Terdapat perbedaan bermakna Kadar MDA antara K dan H, L dan HL. Terdapat korelasi sedang antara NO dan aktivitas spesifik SOD. Kesimpulan: latihan fisik aerobik, pemberian H. sabdariffa Linn. 400 mg/kgBB/hari dan kombinasi latihan fisik aerobik dan pemberian H. sabdariffa Linn. 400 mg/kgBB/hari menurunkan kadar MDA dan ET-1, sebalikanya meningkatkan aktivitas spesifik SOD dan NO. Penurunan kadar MDA lebih jelas terlihat pada kelompok HL. Peningkatan aktivitas spesifik SOD meningkatkan produksi NO. Tidak terjadi disfungsi endotel dan stres oksidatif pada seluruh kelompok. ...... Background: Based on data from WHO, patients with suspected cardiovascular disease will continue to rise. One of the pathological processes underlying cardiovascular disease is atherosclerosis. Endothelial dysfunction which is the first sign of atherosclerosis begins in childhood. Increasing age is one of the cause of oxidative stress. A herb that has strong antioxidant effects and can prevent oxidative stress is Hibiscus sabdariffa Linn. Methods: Thirty six male Wistar rats aged 5 weeks were randomly divided into 12 groups consisting of control group (K4, K8, K12), aerobic exercise group (L4, L8, L12), administration of H. sabdariffa L. 400 mg/kgBW/day group (H4, H8, H12) and combination of aerobic exercise and H. sabdariffa L. 400 mg/kgBW/day group (HL4, HL8, HL12). NO, ET-1, MDA level, and SOD activity was measured from abdominal aorta homogenate supernatant. Results: NO level pattern in the K and L groups tend to decline with age. NO level in L, H and HL groups were higher than K. The difference of ET-1 level in all groups were not statistically significant. Specific activity of SOD in L, H and HL groups were higher than control. The concentration of MDA of group K is significantly lower compare to groups H, L and HL. There is a moderate correlation between specific activity of SOD and NO. Conclutions: Aerobic exercie, administration of H. sabdariffa L. 400 mg/kgBW/day, and combination of both decreases MDA and ET-1 concentration. While, specific activity of SOD and NO are increased. The decrease at MDA concentration was more prominent in HL group. An increase in spesific activity of SOD, increases the NO level. No endothelial dysfunction nor oxidative stress were observed in all groups.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizkiani Juleshodia Wulandari
Abstrak :
Diabetes Mellitus DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia. Saat ini, sedang dikembangkan penanganan dengan menggunakan analog hormon GLP-1 yaitu hormon inkretin yang berperan meningkatkan sekresi insulin. Hibiscus sabdariffa Linn H.sabdariffa sudah sering digunakan untuk pengobatan DM, namun belum diketahui perannya terhadap peningkatan kadar GLP-1. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi H.sabdariffa terhadap kadar GLP-1. Penelitian ini studi eksperimental in-vivo menggunakan 36 ekor tikus jantan Sprague-Dawley usia 8-10 minggu yang dibagi menjadi 6 kelompok secara acak: Kontrol C , Kontrol H.sabdariffa 200 mg/kgBB/hari C-Hib 200 , Kontrol H.sabdariffa 500 mg/kgBB/hari C-Hib 500 , Kontrol DM C-DM , DM-H.sabdariffa 200 mg/kgBB/hari DM-Hib 200 , DM-H.sabdariffa 500 mg/kgBB/hari DM-Hib 500 . Pemberian H.sabdariffa menggunakan ekstrak metanol selama 5 minggu. Pengukuran gula darah sewaktu GDS menggunakan glucometer Accucheck sedangkan pengukuran insulin dan GLP-1 menggunakan ELISA. Uji statistik menggunakan one-way ANOVA. Kadar GLP-1 pada kelompok C-DM lebih rendah dibanding dengan kelompok C p
Diabetes mellitus DM is a metabolic disease characterized by hyperglycemia. Treatment with GLP 1 hormone analogue has been developed nowadays. GLP 1 is an incretin hormone that contribute on increasing insulin secretion. Hibiscus sabdariffa Linn H.sabdariffa already known to DM treatment, but there was no data about the role of H. sabdariffa on increasing GLP 1 level. Therefore, this study aimed to investigate potentiation of H. sabdariffa to GLP 1 level. This study was an in vivo experimental study which conducted in 5 weeks using 36 male Sprague Dawley rats aged 8 10 weeks that were randomly divided into 6 groups normal control group C , methanol extract H.sabdariffa treated control group 200 mg kgBW day C Hib 200 , methanol extract H.sabdariffa treated control group 500 mg kgBW day C Hib 500 , DM control group C DM DM H.sabdariffa treated group 200 mg kgBW day DM Hib 200 and DM H.sabdariffa treated group 500 mg kgBW day DM Hib 500 . Random blood glucose level were measured by glucometer Accucheck, insulin and GLP 1 plasma level were measured using ELISA method. Statistical analysis was using one way ANOVA. GLP 1 level in C DM rats were lower than control group p
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58584
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Ayu Nurfaradilla
Abstrak :
Ekstrak air Hibiscus sabdariffa (HS) telah digunakan sebagai pengobatan tradisional pada terapi hipertensi. Banyak orang menggabungkan penggunaan ekstrak air HS dengan kaptopril sehingga dapat berpotensi menimbulkan interaksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh koadministrasi ekstrak air HS terhadap profil farmakokinetika kaptopril, tekanan darah, dan biomarkersistem renin angiotensin aldosteron (RAAS). Studi farmakokinetika dilakukan terhadap empat kelompok tikus (n = 6). Kelompok I menerima suspensi kaptopril tunggal (CAP; 4,5 mg/200 g BB) sementara kelompok II, III, dan IV menerima koadministrasi ekstrak air HS (15 mg/200 g BB, 30 mg/200 g BB, dan 60 mg/200g BB) dan kaptopril 4,5 mg/200 g BB. Untuk pengukuran tekanan darah dan level biomarker RAAS, digunakan tujuh kelompok tikus (n = 6) berbeda yang terdiri dari satu kelompok sham dan enam kelompok tikus model 2K1C. Pada tikus model 2K1C, hipertensi diinduksi dengan pemasangan mikroklip stainless steel (ID: 0,20 mm) pada arteri ginjal kiri. Kelompok tikus model terdiri dari kontrol negatif (2K1C, tidak diobati), kontrol positif (4,5 mg/200 g BB kaptopril), ekstrak air HS tunggal (30 mg/200 g BB), dan 3 kelompok koadministrasi yang menerima ekstrak air HS (15, 30, atau 60 mg/200g BB) dan kaptopril 4,5 mg/200 g BB. Pemberian ekstrak dan kaptopril dilakukan secara peroral. Seluruh perlakuan dilakukan selama 2 minggu. Ketiga dosis koadministrasi ekstrak HS dapat mempengaruhi profil farmakokinetika kaptopril secara signifikan. Nilai AUC0-t, AUC0-, dan Cmax, pada kelompok tersebut mengalami penurunan, sementara nilai Cl/F dan Vd/F mengalami peningkatan. Seluruh pemberian terapi pengobatan menyebabkan penurunan tekanan darah secara signifikan mendekati kelompok sham. Level renin plasma, aktivitas serum angiotensin converting enzyme (ACE), dan level angiotensin II plasma pada kelompok 2K1C mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok sham. Aktivitas serum ACE dan level angiotensin II plasma pada seluruh kelompok terapi mengalami penurunan signifikan dan nilainya mendekati kelompok sham. Ekstrak air HS tunggal dapat menurunkan tekanan darah, namun koadministrasi dengan kaptopril tidak memberikan efek tambahan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pemberian koadministrasi ekstrak air HS dengan kaptopril dapat mempengaruhi profil farmakokinetika kaptopril secara signifikan, namun tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah dan level biomarker RAAS.
Hibiscus sabdariffa (HS) extract has been used as traditional medicine during management of hypertension. Many people co-administered HS aqueous extract with captopril thus predispose herb-drug interaction. The purpose of this study was to determine the effect of HS aqueous extract co-administration on the pharmacokinetic profile of captopril, blood pressure, and biomarker level of renin angiotensin aldosterone system (RAAS). Pharmacokinetic study was performed on four groups of rats (n = g). Group I received captopril suspension only (CAP; 4.5 mg/200 g BW), while group II, III, and IV received co-administration of Hibiscus sabdariffa extract (15 mg/200 g BW, 30 mg/200 g BW, and 60 mg/200 g BW respectively) and captopril 4.5 mg/200 g BW. Blood pressure and biomarker level of RAAS measurement were performed on another 7 groups (n = 6), a SHAM group and six 2K1C groups. In 2K1C animals, hypertension was induced by placing a stainless micro clip (inner diameter of 0.20 mm) on left renal artery. The 2K1C animals consist of negative control (2K1C, no treatment), positive control (captopril 4.5 mg/200 g BW), HS aqueous extract (30 mg/200 g BW), and three co-administration groups receiving HS aqueous extract (15, 30, or 60 mg/200 g BW) plus 4.5 mg/200 g BW captopril. Extract and captopril administration were given by oral gavage. All treatments were performed for two weeks. Pharmacokinetic profile of captopril was changed significantly by all co-administration doses of HS aqueous extract. The AUC0-t, AUC0-, and Cmax value of those groups were decreased, conversely the Cl/F and Vd/F value were increased. Blood pressure was significantly reduced by all the drug treatments approaching the level of SHAM controls. Plasma renin level, serum angiotensin converting enzyme (ACE) activity, and plasma angiotensin II level were also significantly elevated in the 2K1C group compared to the SHAM group. Both serum ACE activity and plasma angiotensin II level were significantly reduced approaching the SHAM group levels by all the drug treatments. HS aqueous extract can reduce blood pressure but may not provide any additional benefit. Therefore, we can conclude that co-administration of HS aqueous extract with captopril could affect the pharmacokinetic profile significantly, however it didnt have significant effect on the decrease in blood pressure and RAAS biomarker level.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T53603
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahriah
Abstrak :
Berbagai penelitian telah membuktikan khasiat ekstrak air rosella (Hibiscus sabdariffa L) dalam pemeliharaan fungsi kardiovaskular. Penggunaan ekstrak air rosella yang dikoadministrasikan dengan aspirin berpotensi untuk terjadi, karena aspirin merupakan terapi yang juga digunakan dalam pemeliharaan fungsi kardiovaskular, khususnya sebagai antiplatelet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak air rosella terhadap farmakokinetik dan farmakodinamik aspirin. Studi interaksi farmakokinetik dan farmakodinamik ekstrak air rosella dengan aspirin terbagi dalam beberapa kelompok perlakuan, yaitu kelompok aspirin tunggal, rosella tunggal dan tiga kelompok ko-administrasi ekstrak air rosella dengan aspirin. Ekstrak air rosella dalam tiga variasi dosis yang diberikan secara ko-administrasi dengan aspirin tidak memberikan pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap AUC, Cmaks, tmaks, Vd, Klirens, dan t1/2 asam salisilat. Selain itu, pemberian ekstrak air rosella secara ko-administrasi dengan aspirin tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan waktu perdarahan dan survival rate dari tikus uji. Berdasarkan  hasil penelitian ini disimpulkan, ekstrak air rosella yang digunakan secara ko-administrasi dengan aspirin pada tikus tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap farmakokinetik dan farmakodinamik aspirin.
Various studies have proven the efficacy of Roselle (Hibiscus sabdariffa L) in maintaining cardiovascular function. The use of aqueous extract of Roselle with aspirin has the potential to occur, because aspirin is a therapy that is also used in the maintenance of cardiovascular function, especially as antiplatelet. This study aimed to determine the effect of aqueous extract of Roselle on the pharmacokinetics and pharmacodynamics of aspirin. The study of pharmacokinetic and pharmacodynamic interactions of aqueous extract of Roselle with aspirin was divided into several treatment groups: single aspirin group, single Roselle and three co-administration groups of aqueous extract of Roselle with aspirin. Co-administration aqueous extract of Roselle with aspirin did not have a significant difference on AUC, Cmax, Tmax, Vd, clearance, and t½ salicylic acid. In addition, co-administration aqueous extract of Roselle and aspirin did not show a significant increase in the bleeding time and survival rate of rats. In conclusion, aqueous extract of Roselle used by co-administration with aspirin in rats did not have a significant effect on the pharmacokinetics and pharmacodynamics of aspirin.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T54283
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Yunita
Abstrak :
Latihan fisik bermanfaat menjaga kesehatan dan meningkatkan performa atlet. Ketika menghadapi kompetisi, atlet kadang meningkatkan beban latihan tanpa istirahat cukup sehingga terjadi overtraining syndrome (OTS). Pada OTS ditemukan berbagai gejala adaptasi patologis berbagai sistem organ tubuh, termasuk di jantung. Selain itu, terjadi peningkatan kadar IL-6 dan TNF-α sistemik. IL-6 akan berikatan dengan reseptornya dan mengaktivasi IL-6/MEK5/ERK5 sehingga terjadi hipertrofi jantung. Hibiscus sabdariffa Linn (HSL) diketahui memilki efek anti inflamasi. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh overtraining dan pemberian HSL pada overtraining terhadap status inflamasi jantung. Penelitian menggunakan jaringan jantung dari 25 ekor tikus Wistar berusia 8-10 minggu, berat badan 300-350 gram. Tikus dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu kontrol (C), kontrol + Hibiscus (C+HSL), aerobik (A), Overtraining, dan Overtraining + HSL. Perlakuan dilakukan selama 11 minggu. Pada akhir penelitian, dilakukan pengukuran kadar IL-6, ERK5, dan TNF-α. Hasil penelitian menunjukkan kadar IL-6 dan ERK5 tidak berbeda bermakna antar kelompok. Kadar TNF-α pada kelompok latihan fisik overtraining (206,7±40,96 pg/mg), lebih tinggi secara bermakna jika dibandingkan dengan kontrol (93,03±20,23 pg/mg). Pada kelompok overtraining + HSL, kadar IL-6 (17,62±14,42 pg/mg) dan TNF-α (44,95±6,252 pg/mg) lebih rendah secara bermakna bila dibandingkan kelompok overtraining. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa overtraining menyebabkan inflamasi di jantung dan pemberian HSL dapat menguranginya. ......Physical exercise is beneficial for maintaining health and increasing the performance of athletes. When facing a competition, athletes sometimes increase their training load without adequate rest so overtraining syndrome (OTS) occured. Various symptoms of pathological adaptation in various body organ systems are found in OTS, including in the heart. In addition, there was an increase in IL-6 and systemic TNF-α levels. IL-6 will bind to its receptors and activate IL-6/MEK5/ERK5 resulting in cardiac hypertrophy. Hibiscus sabdariffa Linn (HSL) is known to have anti-inflammatory effects. This study wanted to find out the effect of overtraining and administration of HSL in overtraining on the inflammatory status of the heart. The study used heart tissue from 25 Wistar rats aged 8-10 weeks, weighing 300-350 grams. Rats were divided into 5 groups, namely control (C), control + Hibiscus (C + HSL), aerobics (A), Overtraining, and Overtraining + HSL. The treatment was carried out for 11 weeks. At the end of the study, IL-6, ERK5, and TNF-α level were measured. The results showed that level of IL-6 and ERK5 did not differ significantly between groups. TNF-α level in the overtraining exercise group (206.7 ± 40.96 pg/mg) were significantly higher when compared to the controls (93.03 ± 20.23 pg/mg). In the overtraining + HSL group, IL-6 levels (17.62 ± 14.42 pg / mg) and TNF-α (44.95 ± 6.252 pg/mg) were significantly lower than the overtraining group. It was concluded from this study that overtraining causes inflammation in the heart and administration of HSL can reduce it.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59127
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Kartika Komara
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu tanaman yang diduga dapat berperan dalam menurunkan berat badan pada tikus obese adalah Hibiscus sabdariffa Linn (H. sabdariffa). Peran tersebut dapat dilihat melalui potensi beberapa kandungan zat aktif dalam menurunkan resistensi FGF21, namun potensi kandungan zat aktif dari H. sabdariffa belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran ekstrak H. sabdariffa. terhadap ekspresi reseptor FGFR1, ko-reseptor β-Klotho di jaringan adiposa dan protein FGF21 di hati pada tikus obese. Pada penelitian ini digunakan dosis H. sabdariffa 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis 400 mg/kg BB memiliki potensi yang lebih baik untuk meningkatkan kadar FGF21, ekspresi gen FGFR1, dan ko-reseptor β-klotho dibandingkan dengan kelompok normal dan dosis 200 mg/kg BB. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian H. sabdariffa pada tikus obese dengan dosis 400 mg/kg BB berpengaruh dalam meningkatkan ekspresi reseptor FGFR1, ko-reseptor β-klotho di jaringan adiposa, dan kadar protein FGF21 di hati.
ABSTRACT
One of the plants that can be used to lose weight is Hibiscus sabdariffa Linn (H. sabdariffa). That role can be seen through the potential of several active substance in reducing FGF21 resistance, but the potential of active substance in H. sabdariffa to reduce FGF21 resistance has never been done. Therefore, this study aims to determine the effect of H. sabdariffa extract for expression of FGFR1 receptor, β-Klotho co-receptor mRNA in adipose tissues and FGF21 protein in the liver in the obese model groups. In this study used a dose of 200 mg/kg BB and 400 mg/kg BB H. sabdariffa. The results showed that a dose of 400 mg/kg BB had better potential for increasing FGF21 levels in the liver, expression of FGFR1, and β-Klotho co-receptor mRNA in adipose tissues compared to the normal group and a dose of 200 mg/kg BB. The results of the study is the dose of 400 mg/kg BB has an effect on increasing the levels of FGF21 protein in the liver and expression of FGFR1 and β-klotho co-reseptor mRNA in adipose tissue.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>