Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lilie Suratminto
"Dalam penelitian ada dua hal penting yang menjadi pokok bahasan yaitu tentang makna lambang heraldik dan penggunaan bahasa pada batu makam Belanda di Museum Wayang Jakarta. Mengingat waktu yang terbatas, kali ini yang menjadi sorotan utama hanya pada 5 buah batu makam saja. Alasan pembatasan jumlah batu makam ialah bahwa kelima batu tersebut yang dianggap masih utuh baik simbol-simbol maupun inskripsinya. Kelima batu ini dianggap sudah cukup untuk dipakai sebagai dasar dalam mengungkap makna lambang-lambang heraldik serta penggunaan bahasa pada batu makam sejaman di mana saja.
Pada penelitian ini ditemukan bahwa kelima batu makam tersebut semuanya memakai simbol tanda salib atau yang menyerupai salib (bentuk salib yang sudah distilir), simbol helmet dan zirah, serta perisai. Tanda salib ini dipakai dalam heraldiknya (coat of arms) karena salib dalam budaya kristiani dianggap sebagai tanda penyelamat orang yang meninggal di alam kematian.
Dari kelima buah batu tersebut pada batu makam Gustaaff Willem van Imhoff mempunyai lambang heraldik paling banyak. Ciri-ciri yang menunjukkan bahwa ia berasal dari Friesland (ia lahir di kota Liar di perbatasan Jerman dan Belanda) digambarkan dengan simbol rajawali (adelaar) yang bicephalic artinya rajawali yang berkepala dua yang melihat ke kanan dan ke kiri pada puncak lambangnya. Ini adalah lambang bermakna imperium. Secara historis Van Imhoff dalam menjalankan tugasnya banyak mengalami perang dalam rangka mempertahankan wilayah dan memperluas daerah koloni VOC misalnya di Sri Lanka (Gale) dan juga di daerah VOC di Hindia-Belanda. Sebagai Jenderal infanteri pada batu makamnya digambarkan simbol pedang, perisai, tombak, urnbul-umbul dan genderang perang, tumpukan peluru kanon. Sifat religiusnya terlihat dalam penataan lambang-lambang tersebut bila dilihat dari jauh (long shot) yang berbentuk sebuah lonceng gereja. Perlu ditambahkan bahwa Van Imhoff juga anggota penerjemahan Bibel dalam bahasa Melayu yang sangat tekun dan teliti.
Mengenai ejaan pada inskripsi nampak bahwa pada masa itu belum ada keseragaman. Mengenai perkembangan ejaan dan ucapan dibandingkan dengan bahasa Belanda modem nampak ada gejala auslaut-apocope, misalnya kata ende > en van den > van de . Gejala syncope-apocope terdapat pada kata heere > heer (inlaut-auslaut). Ada sebuah kata yaitu gebergat. Apakah kata ini yang dimaksud adalah kata gebragt (dalam Belanda modern gebragd) jika demikian berarti ada kesalahan dalam memahat kosa kata tersebut. Kalau bukan mungkin ada gejala metathesis.
Dalam penelusuran makna ditemukan adanya gradasi dalam penggunaan kosa kata. Ada kosa kata yang bermakna sangat halus dan juga ada yang bermakna agak kasar. Dalam hal ini perlu diteliti lebih lanjut mengenai pemilihan kosa kata tersebut. Bagaimanapun juga dalam penelitian tentang rnakna lambang heraldik dan penggunaan bahasa pada batu makm ini tetap hares melibatkan sejarawan, arkeolog dan linguist. Dari penelitian lanjutan ini masih ditemukan banyak kekurangan. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang maksimal masih diperlukan kajian lanjutan yang lebih luas dan mendalam."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Leny Marta
"Mata uang logam adalah sepotong logam yang ditentukan bentuk dan beratnya oleh pemerintah, yang memuat suatu tanda atau huruf yang tercetak di atasnya yang merupakan garansi resmi dari kebaikan dan berat logam tersebut. Sedangkan mata uang logam East India Company (EIC) adalah mata uang logam yang dicetak, dipakai dan diedarkan oleh pihak EIC selama masa pendudukannya di Indonesia.
Dalam penelitian ini digunakan metode klasifikasi taksonomi yang bertujuan untuk membentuk tipe, dan dalam tahap penafsiran data digunakan pula pendekatan sejarah terutama yang berhubungan dengan masa kekuasaan Inggris di Indonesia.
Secara garis besar, dalam penelitian ini mata uang logam EIC dideskripsi berdasarkan daerah asalnya, yaitu yang berasal dari Sumatra, Sulawesi, Maluku dan yang berasal dari Jawa. Dari hasil pengamatan, diketahui bahwa pada mata uang logam EIC yang diteliti tidak banyak terja_di perubahan. Adapun perubahan yang terjadi hanyalah dalam hal ukurannya, sedangkan dari segi bentuk tidak ada perubahan.
Dari hasil penelitian diketahui pula bahwa tiap daerah menggunakan huruf dan bahasa yang berbeda-beda, tergantung di daerah mana mata uang tersebut dipakai. Huruf Arab dengan bahasa, Melayu terdapat pada mata uang logam yang berasal dari Sumatra, huruf dan bahasa Bugis terdapat pada mata uang yang berasal dari Sulawesi, huruf dan bahasa Arab dan juga huruf dan bahasa Jawa terdapat pada mata uang logam yang berasal dari Jawa. Sedangkan mata uang yang berasal dari Maluku menggunakan huruf dan bahasa Arab.
Pemakaian huruf dan bahasa yang beragam memperlihat_kan bagaimana mata uang-mata uang tersebut dapat tersebar di wilayah-wilayah di Indonesia serta diterima oleh ma_syarakat Indonesia pada masa itu. Kemungkinan berkaitan dengan upaya perluasan wilayah oleh Inggris di Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S11597
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prita Nur Aini Sandjojo
"ABSTRAK
Membahas relasi jender masyarakat elite kolonial di Betavia berdasarkan inskripsi dan lambang-lambang heraldik pada nisan kubur kolonial abad ke-17-18 M. Inskripsi dan lambang-lambang heraldik di nisan kubur kolonial dapat menjlaskan bagaimana adanya kesetaraan dan ketidak setaraan jender antar perempuan dan laki-laki pada masa itu.

Abstract
Thesis focus in on gender relatin in the colonial elite society at Betavia according to the 17-18th century colonial tomb's inscription and heraldic symbols..."
2010
S11596
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library