Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmaniwati Sulaiman
Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia, 1995
576.6 HAL v
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Helistia Yuniarni
Abstrak :
ABSTRAK
Hepatitis merupakan infeksi pada hati yang dapat berkembang menjadi fibrosis jaringan parut , sirosis, bahkan kanker hati. Sanitasi perorangan merupakan salah satu faktor risiko pada hepatitis enterik yang meliputi sarana dan perilaku individu, yaitu sarana sumber air bersih, perilaku mencuci tangan, dan perilaku buang air besar. Jenis virus hepatitis yang termasuk virus enterik adalah Hepatitis A dan E. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sanitasi perorangan terhadap kejadian Hepatitis A. Sekitar 1,5 juta kasus klinis hepatitis A terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya. Di Indonesia, proporsi penderita hepatitis A merupakan proporsi terbanyak kedua dari seluruh tipe hepatitis 19,3 . Penelitian dilakukan dengan desain studi kasus-kontrol berdasarkan sumber data dari Riskesdas 2013. Jumlah sampel kasus penelitian ini adalah sebanyak 3272 orang dan jumlah sampel kontrol sebanyak 6544 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode strata dua tahap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus Hepatitis A berdasarkan diagnosa dan gejalanya pada penduduk dengan usia ge;10 tahun di Indonesia tahun 2013 adalah 1,2. Sanitasi perorangan berdasarkan perilaku individu yang terdiri dari perilaku mencuci tangan dan perilaku buang air besar merupakan faktor risiko kejadian hepatitis A dengan odds rasio 1,326 CI 1,213 ndash;1,449 . Selain itu, sanitasi perorangan yang terdiri dari sarana yang digunakan, yaitu sarana sumber air bersih juga merupakan faktor risiko kejadian hepatitis A dengan odds rasio 1,147 CI 1,028 ndash;1,279 .
ABSTRACT
Hepatitis is an infection of the liver that can develop into fibrosis, cirrhosis, even liver cancer. Personal sanitation is one of the risk factor of hepatitis enteric which includes individual facilities clean water source and behavior hand washing and defecation behavior . Types of enteric hepatitis are Hepatitis A and E. The purpose of this study was to find out the correlation between personal sanitation and the occurrence of Hepatitis A. Approximately 1.5 million cases of clinical hepatitis A occur worldwide each year. In Indonesia, the proportion of hepatitis A patient is the second most of hepatitis patient 19.3 . The study was conducted with case control design based on data sources from Indonesia rsquo s RISKESDAS 2013. The number of the case sample is 3272 and the number of control sample is 6544. The sampling was done by two state stratified method. The results showed that cases of Hepatitis A on people aged ge 10 years in Indonesia based on diagnosis and symptoms were 1,2 . Personal sanitation behavior consisting of hand washing and defecation behavior is a risk factor for the occurrence of Hepatitis A with odds ratio 1,326 CI 1,213 ndash 1,449 . In addition, personal sanitation facilities which is the source clean water also a risk factor for the occurrence of Hepatitis A with odds ratio 1,147 CI 1,028 ndash 1,279.
2017
S67743
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Sulaiman
Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia , 1995
616.362 3 ALI v
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Soewignjo Soemohardjo
Jakarta : EGC, 1999
616.362 3 SOE h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pratono
Abstrak :
Pendahuluan: Penyakit hepatitis B merupakan masalah kesehatan utama, baik di dunia maupun di Indonesia. Secara global, pada tahun 2015, diperkirakan 257 juta orang hidup dengan infeksi HBV kronis (WHO, 2015). Dan selanjutnya menyebabkan (720.000 kematian karena sirosis) dan kanker hati primer (470.000 kematian karena karsinoma hepatoseluler) ( WHO, 2015). Prevalensi Hepatitis B wilayah Asia Tenggara adalah 2,0%. Untuk prevalensi Hepatitis B pada ibu hamil di Indonesia tahun 2017 adalah sebesar 2,7% (Berita Subdit HISP 2017). Hal ini didapatkan dari kegiatan program deteksi dini Hepatitis B yang dilakukan sejak tahun 2016 yang baru dilaksanakan di beberapa propinsi (Berita Subdit HISP, 2017). Metode: Penelitian ini adalah analitik observasional yang menggunakan rancangan penelitian cross-sectional. Sampel untuk penelitian ini sebanyak 12.475 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan di puskesmas-puskesmas di wilayah Jakarta Utara. Data diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, dan dianalisis menggunakan Uji Regresi Logistik. Hasil: Prevalensi Hepatitis B pada ibu hamil pada penelitian ini sebesar 2,3%, Risiko ibu hamil yang serumah dengan penderita Hepatitis B 6,46 kali (95% CI 3,68-11,35) untuk terinfeksi Hepatitis B dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak pernah serumah dengan penderita Hepatitis B setelah dikontrol dengan status pekerjaan, umur kehamilan, riwayat transfusi, riwayat penasun. Kesimpulan: Serumah dengan penderita Hepatitis B merupakan faktor risiko terhadap penularan Hepatitis pada Ibu Hamil. Sehingga kegiatan Deteksi Dini Hepatitis Ibu Hamil tetap dilanjutkan dengan diintegrasikan dengan program vaksinasi Hepatitis B pada ibu hamil hepatitis B negatif dan program pengobatan Hepatitis B bagi yang sudah terinfeksi. ......Introduction: Hepatitis B is a major health problem, both in the world and in Indonesia. Globally, in 2015, an estimated 257 million people live with chronic HBV infection (WHO, 2015). And subsequently caused (720,000 deaths due to cirrhosis) and primary liver cancer (470,000 deaths due to hepatocellular carcinoma) (WHO, 2015). The prevalence of Hepatitis B in the Southeast Asia region is 2.0%. The prevalence of Hepatitis B in pregnant women in Indonesia in 2017 is 2.7% (News Sub-Directorate of HISP 2017). This was obtained from the activities of the Hepatitis B early detection program carried out since 2016 which was only implemented in several provinces (News Subdit HISP, 2017). Method: This study was an observational analytic study using a cross-sectional study design. The sample for this study was 12,475 pregnant women who carried out antenatal care at health centers in the North Jakarta area. Data was obtained from the DKI Jakarta Provincial Health Office, and analyzed using the Logistic Regression Test. Results: Prevalence of Hepatitis B in pregnant women in this study was 2.3%, the risk of pregnant women at home with Hepatitis B sufferers was 6.46 times (95% CI 3.68- 11.35) to be infected with Hepatitis B compared to pregnant women who have never been at home with Hepatitis B patients after being controlled by work status, gestational age, transfusion history, IDU history. Conclusion: Houses with Hepatitis B patients are risk factors for transmission of Hepatitis in Pregnant Women. So that the activities of Early Detection of Hepatitis B Pregnant women continue to be integrated with the Hepatitis B vaccination program in negative hepatitis B pregnant women and Hepatitis B treatment programs for those who have been infected.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abidin Widjanarko
Abstrak :
ABSTRAK
Hepatitis virus adalah lesi inflamasi hati yang difus, hampir selalu disertai kelainan klinis dan biokimia, dan di sebabkan oleh infeksi virus. Hepatitis virus akut di Indonesia merupakan penyakit endemis, hampir sepanjang tahun di rumah-rumah sakit kita dapat menemukan penderita penyakit ini. Dari ketiga jenis hepatitis virus utama tersebut diatas, hepatitis virus A tidak pernah menjadi kronis sedang- kan hepatitis B dan NANB dapat menjadi kronis.

Tujuan penelitian ini adalah (1). memperoleh data persentase hepatitis virus A akut, B Akut, dan yang mungkin NANB di RS Persahabatan. (2). Memperoleh data gambaran klinis dan pola enzim hepatitis virus A,B, dan NANB akut. (3). Memperoleh data banyaknya penderita hepatitis virus akut yang dirawat di RS Persahabatan setiap bulan. (4). Memperoleh data kronisitas dari masing-masing hepatitis virus akut tersebut.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1986
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Sulaiman
Abstrak :

Hadirin yang saya muliakan,

Pada kesempatan yang baik ini saya memilih topik "Hepatitis dan Permasalahannya Menjelang Tahun 2000" untuk disampaikan kepada para hadirin. Hal ini didasari oleh pertimbangan akan pentingnya penyakit tersebut. Saat ini hepatitis virus masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang amat besar di Indonesia, bahkan juga di sebagian besar penduduk dunia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyadari betapa pentingnya masalah hepatitis. Berbagai pertemuan secara berkala selalu diadakan untuk membahas masalah ini, dalam rangka mencari cara yang tepat bagi usaha-usaha pencegahan.

Mengapa penyakit hepatitis demikian penting? Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

(1) Penyakit hepatitis virus telah menyerang lebih dari 2 miliar manusia.
(2) Penyakit ini menyebabkan morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) pada penduduk yang diakibatkan oleh keadaan akut, maupun keadaan kronik (menahun) penyakit ini.
(3) Hasil pengobatan bentuk kronik penyakit ini belum memuaskan.
(4) Bentuk kronik penyakit ini dapat berkembang menjadi penyakit kanker hati.
(5) Usaha pencegahan dapat dilakukan melalui vaksinasi dan penyuluhan yang terus-menerus.

Hadirin yang terhormat,

Penyakit hepatitis sebenarnya sudah lama ditemukan. Hippocrates telah mengemukakan gambaran klinik ikterus epidemik ("epidemic jaundiceā€) yang manifestasinya masih tetap sama, sampai saat ini. Deskripsinya mengenai hepatitis fulminan (ganas) ternyata dramatik, namun akurat. Ia bahkan memberikan petunjuk diet khusus ditambah campuran air dan madu, yang merupakan nasihat yang masih bisa diterima sampai saat ini. Sangat menarik bahwa Hippocrates juga telah memikirkan konsep imunisasi.

Penelitian eksperimental pada manusia yang amat penting dalam riwayat hepatitis dikerjakan oleh Krugman pada tahun 1950 (5). Melalui penelitian ini diperlihatkan adanya dua macam hepatitis virus. Yang pertama adalah hepatitis yang ditularkan melalui oral (mulut) dengan masa inkubasi yang pendek, yang dikenal sebagai hepatitis infeksiosa atau hepatitis A. Yang kedua adalah hepatitis yang ditularkan melalui parenteral (suntikan) dan dengan masa inkubasi yang panjang, yang disebut hepatitis serum atau hepatitis B.

Hadirin yang terhormat,

Sejak penemuan antigen Australia atau yang kemudian lebih dikenal dengan nama "hepatitis B surface antigen" (HBsAg) oleh Blumberg dkk. pada permulaan tahun enam puluhan perkembangan pengetahuan mengenai hepatitis B telah berlangsung dengan sangat cepat (6). Dalam waktu yang relatif amat singkat, bermula dari satu antigen yang tidak diketahui asal serta arti pentingnya, ternyata telah menguak tabir virus hepatitis B mulai dari struktur, mekanisme pembentukan, cara penyebaran sampai kepada cara pembuatan vaksinnya.

Atas dasar penemuan yang sangat bersejarah tersebut dr.Blumberg mendapat hadiah Nobel pada tahun 1976. Sejak itu, publikasi mengenai hepatitis meningkat dengan pesat. Berbagai penemuan yang merupakan peristiwa penting dan menjadi tonggak sejarah dalam perkembangan hepatitis, bermunculan.

Jakarta: UI-Press, 1992
PGB 0116
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Hendarto Natadidjaja
Abstrak :
It is estimated that worldwide 300 million individuals are chronically infected by the Hepatitis B Virus (HBV), a cause for a great number of mortality due to chronic liver disease. It is also estimated that at least 30% of chronic hepatitis B patients will suffer from liver cirrhosis. Young patients, who are infected by HBV during infancy or childhood, have a higher incidence rate of cirrhosis compared to those who were infected as adults.1 Additionally, chronic HBV infection has also been acknowledged as the most important causative factor for hepatocellular carcinoma (HCC), especially in areas with an epidemiologically high incidence rate of HBV infection. Beasley et al found that adult males with chronic HBV infection have a relative risk for HCC 200 times that of uninfected individuals.
2001
AMIN-XXXIII-3-JuliSept2001-104
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
A recent increase in the number of drug users particularly of heroin has been noted in the community. A cross-sectional study on the level of transaminases as a representation of liver damage in drug users was done in privated hospital in Jakarta. Exclusion criteria were fever, serious illness or the multiple use of addictive drugs based on urinary test. The hepatitis B surface antigen (HBsAg) was examined using reverse passive hemaglunation assay (RPHA) and the antibody oh hepatitis C virus core-protein (anti-HCV) with dipstick anti-HCV. AST and ALT levels were determined using an automatic chemical analyzer. Of 132 patients who fulfill the criteria, 83,5% were injection drug users (IDU). Means AST and ALT were significantly higher in IDU. Anti-HCV positive patients with increased AST and ALT were significantly higher compared to anti-HCV negative. The increase of transaminase was also consistent in injection drug users although no viral maker could be detected. In conclusion, the examination of transaminases in drug users especially IDU is important besides tests for hepatitis viral markers because there is often an increase with or without viral infection and this can be associated with hepatocellular damage.
The Indonesian Journal of Gastroenterology Hepatology and Digestive Endoscopy Vol 2 (1) April 2001: 1-4, 2001
IJGH-2-1-Apr 2001-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurdjanah
Abstrak :
Chronic hepatitis due to hepatitis B virus (HBV) or hepatitis C virus (HCP) is still a major problem in terms of progressive liver damage, prevention and therapy in most parts ofthe world. Unfortunately, to date, there is still no specific and effective therapy for HBV. No therapy can be given to carrier; non-replicative and asymptomatic patients of chronic HBV infection. Lamivudine or alpha-interferon can be used for treatment of compensated chronic hepatitis B infection with significant increase of aminotransferase. Approximately 40 % of patients can have seroconversion with this form of therapy. Chronic hepatitis D virus injection can be treat with alpha-interferon and in the final stage, may undergo liver transplantation. For chronic hepatitis C virus infection, alpha-interferon with ribavirin have been shown to have a better efficacy than afpha-interferon alone where the efficacy can reach 39-49 %.
Jakarta: The Indonesian Journal of Gastroenterology Hepatology and Digestive Endoscopy, 2001
IJGH-2-1-Apr 2001-28
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>