Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raudina Aisyifa Ekawati
"Tuberkulosis menjadi penyebab kematian akibat agen penyakit menular nomor 2 di dunia setelah COVID-19. Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara dengan penyebaran tuberkulosis terbesar di dunia dengan persentase 10% dari kasus dunia dan stigma terhadap penderita tuberkulosis yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan tentang penularan tuberkulosis terhadap stigma tuberkulosis pada dewasa muda di Kota Bekasi. Metode yang digunakan adalah cross-sectional melalui teknik simple random sampling dan uji statistik korelasi spearman. Hasil analisis menujukkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang penularan tuberkulosis dan stigma (p < 0,05). Rekomendasi penelitian ini ditujukan kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan frekuensi pemberian edukasi kesehatan secara masif dengan media edukasi yang lebih inklusif, efektif, serta kreatif.

Tuberculosis is the second leading cause of death from infectious diseases worldwide, following COVID-19. Indonesia ranks second globally for tuberculosis prevalence, accounting for 10% of global cases, with a high level of stigma toward tuberculosis patients. This study aims to analyze the relationship between the level of knowledge about tuberculosis transmission and stigma among young adults in Bekasi. A cross-sectional design was employed, utilizing simple random sampling and Spearman correlation analysis. The results indicate no significant relationship between knowledge level and tuberculosis stigma (p < 0.05). This study recommends healthcare providers increase the frequency of health education using more inclusive, effective, and creative educational media. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Arya Maha Putra
"HIV/AIDS menjadi isu utama kesehatan global. Populasi kunci yang paling rentan terhadap penularan HIV adalah LSL. Penularan HIV paling sering ditemukan dari perilaku seksual berisiko. Beberapa faktor terkait dengan perilaku seksual berisiko adalah harga diri, HIV status disclosure, dan pengetahuan HIV. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara harga diri, HIV status disclosure, dan pengetahuan HIV dengan perilaku seksual berisiko.
Metode: menggunakan desain penelitian cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 180 orang di RSUP H Adam Malik, RSU Pringadi Kota Medan, Puskesmas Padang Bulan, dan Puskesmas Teladan. Teknik sampling yang digunakan adalah porpusive sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yag signifikan antara pengetahuan HIV dengan perilaku seksual berisiko p

HIV AIDS have been a major global public health issue. The most vulnerable key population of HIV transmission is MSM. The transmission is most commonly found in risky sexual behavior. Several factors related to risky sexual behavior are self esteem, HIV status disclosure and knowledge of HIV. This research aimed at identifying the correlation among those three factors.
The method applied is cross sectional studies, with the total of 180 samples from H. Adam Malik Central Public Hospital, Pringadi Public Hospital, Padang Bulan Public Clinic, and Teladan Public Clinic, where all are located in Medan. Porpusive sampling technique was implemented when choosing the research subject. The results show that there is significant correlation between the knowledge of HIV and risky sexual behavior p
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50906
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnita Pabeno
"Prevalensi HIV di Indonesia mengalami peningkatan, sehingga dibutuhkan upaya pencegahan penularan HIV yang berawal dari perubahan perilaku. Seseorang berperilaku baik pada dasarnya memiliki pengetahuan yang baik untuk menimbulkan self-efficacy yang baik. Apabila keduanya dimiliki oleh orang dengan HIV akan menimbulkan motivasi yang kuat dalam melakukan pencegahan penularan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan self-efficacy dengan motivasi melakukan pencegahan penularan HIV di Kabupaten Keerom. Jenis penelitian cross sectional dengan sampel diambil dengan teknik purposive sampling dengan rumus perhitungan besar sampel beda mean sebanyak 87 orang. Hasil penelitian terdapat hubungan pengetahuan dan self-efficacy dengan motivasi melakukan pencegahan penularan HIV di Kabupaten Keerom (p value 0,000 < 0,05).  Peningkatan nilai satuan pengetahuan, maka akan meningkatkan motivasi melakukan pencegahan penularan HIV sebesar 45,1% dan setiap peningkatan nilai satuan self-efficacy, maka akan menurunkan motivasi melakukan pencegahan penularan HIV sebesar 8,6%. Semakin tinggi pengetahuan seseorang, semakin tinggi motivasi melakukan pencegahan penularan HIV dan AIDS. Semakin tinggi self-efficacy seseorang, semakin rendah motivasi melakukan pencegahan penularan HIV karena adanya faktor kebutuhan ekonomi dari istri kepada suami dan faktor ketidakmampuan menahan diri dari perilaku melakukan aktivitas yang beresiko menularkan HIV oleh laki-laki. Peneliti merekomendasikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan konseling di puskesmas, mengembangkan program penanggulangan HIV dan AIDS pada kelompok peer group, dan meningkatkan edukasi melalui media komunikasi, informasi, dan edukasi.

Prevalence of HIV in Indonesia has increased, so that efforts to prevent HIV transmission are needed starting from behavioral changes. A person who behaves well basically has good knowledge to generate good self-efficacy. If both are owned by people with HIV, it will cause a strong motivation in preventing transmission. This study aims to analyze the relationship between knowledge and self-efficacy with the motivation to prevent HIV transmission in Keerom Regency. This type of research is cross sectional with samples taken with purposive sampling technique with a calculation formula for the sample size of different mean as many as 87 people. The results of the study showed a correlation between knowledge and self-efficacy with the motivation to prevent HIV transmission in Keerom Regency (p value 0,000 <0,05). Increasing the value of the unit of knowledge, it will increase the motivation to prevent HIV transmission by 45.1% and each increase in the value of the self-efficacy unit, it will decrease the motivation to prevent HIV transmission by 8.6%. The higher a persons knowledge, the higher the motivation to prevent HIV and AIDS transmission. The higher a persons self-efficacy, the lower the motivation to prevent HIV transmission because of the economic needs of the wife to the husband and the inability to refrain from doing activities that are at risk of transmitting HIV by men. The researcher recommends to improve the quality of counseling services in health centers, develop HIV and AIDS prevention programs in peer group groups, and improve education through the media of communication, information and education."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T52913
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faritz Aldy Ramanda
"Perawat memiliki peran yang sangat besar dalam pelayanan kesehatan, karena itu seorang perawat sudah selayaknya memiliki tingkat pengetahuan yang baik, termasuk pengetahuan mengenai HIV. Perawat yang memiliki pengetahuan yang minim cenderung berdampak pada penurunan kualitas pelayanan kesehatan. Penelitian deskriptif dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, bertujuan untuk menggambarkan tingkat pengetahuan perawat di Indonesia dan perbedaan tingkat pengetahuan berdasarkan faktor usia, pengalaman bekerja, jenis kelamin, pendidikan terakhir, agama, dan pelatihan HIV yang pernah diikuti perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 64,9 persen perawat yang bekerja di rumah sakit memiliki tingkat pengetahuan terhadap HIV yang kurang. Penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan penelitian selanjutnya mengenai perawat dan HIV di masa yang datang.

Nurses have a big role in health care, therefore, a nurse must have a good level of knowledge, including knowledge about HIV. Nurses who have less knowledge will tend to impact on the quality of health care. Descriptive study using secondary data that is obtained from previous study will describe the level of knowledge of nurses in Indonesia and the differences levels of knowledge based on age, work experience, gender, education, religion, and HIV training. Results of the research showed that 64.9 percent of nurses who work in hospitals have low levels of knowledge about HIV. This research can be research materials for develop the research about nurse and HIV in the future.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S54816
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chinta Novianti Mufara
"ABSTRAK
Kepatuhan sangat dibutuhkan dalam terapi antiretroviral. Kepatuhan yang tinggi dalam terapi antiretroviral dapat menurunkan risiko retensi obat, angka kesakitan bahkan angka kematian.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ODHA dalam menjalani terapi antiretroviral di Rumah Sakit Persiapan Kabupaten Kaimana. Tehnik pengambilan sampel penelitian ini yaitu consecutive sampling. Analisa data menggunakan uji chi square, serta analisa multivariat dengan regresi logistik. Hasil penelitan dengan 81 responden didapatkan sebagian besar responden memiliki kepatuhan rendah 74,1 . Faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan yaitu pengetahuan tentang HIV OR 10,748, p = 0,001 , lamanya terdiagnosis HIV OR 0,173, p = 0,018 , konsumsi alkohol 1-2 gelas/hari OR 0,184, p = 0,033 konsumsi alkohol >2 gelas/hari OR 0,077, p = 0,027 konsumsi alkohol 0-1 gelas/hari p = 0,040 . Kesimpulan: semakin baik pengetahuan ODHA mengenai HIV maka semakin patuh dalam terapi antiretroviral, semakin banyak konsumsi alkohol dan semakin lama terdiagnosis HIV maka semakin rendah tingkat kepatuhan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi upaya peningkatan pelayanan terapi antiretroviral dengan meningkatkan pengetahuan ODHA mengenai HIV. Kata kunci: kepatuhan, ART, pengetahuan HIV, lama terdiagnosis HIV, alkohol, kabupaten kaimana.

ABSTRACT
Name Chinta Novianti MufaraStudy program NursingTitle Factors affecting antiretroviral therapy in people living with HIV in Hospital of Kaimana District Province of Papua Barat Adherence is crucial concern for people undertaking antiretroviral regimen. A high adherence to antiretroviral treatment may lower the risk of drug retention, morbidity, or even mortality rate. This study aimed to identify factors affecting adherence of people living with HIV AIDS to antiretroviral therapy in Kaimana hospital. This quantitative study used descriptive correlational design with cross sectional approach. Consecutive sampling was applied in this study with total sample of 81 respondents. The data were analyzed by using chi square analysis and multivariate analysis with logistic regression. The result suggested a low adherence to the regimen by majority of respondents 74.1 . The most significant factors affecting the adherence were knowledge on HIV OR 10,748, p 0,001 , time since diagnosed with HIV OR 0,173, p 0,018 , alcohol consumption 1 2 glasses day OR 0,184, p 0,033 , alcohol consumption more than 2 glasses day OR 0,077, p 0,027 , alcohol consumption 0 1 glass day p 0,040 . Conclusion the better knowledge of people with HIV AIDS on their own condition, the higher their adherence to ART therapy would be the higher alcohol consumption and longer time since HIV, the lower their adherence to the regimen would be. The study result was suggested for improvement in providing antiretroviral regimen with increase knowledge of people living with HIV AIDS on their own condition. Key words adherence, ART, knowledge on HIV, time since HIV, alcohol, Kaimana District."
2017
S67514
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alandia
"Pendahuluan: HIV/AIDS tetap menjadi tantangan kesehatan global yang signifikan, terutama pada populasi heteroseksual. WHO dan UNAIDS menargetkan untuk mengakhiri epidemi ini pada tahun 2030 melalui strategi 95-95-95. Hingga tahun 2022, Indonesia melaporkan bahwa 81% individu mengetahui status HIV mereka, 41% menjalani pengobatan, dan 19% berhasil mencapai penekanan viral. HIV Testing menjadi kunci dalam mengidentifikasi individu yang terinfeksi.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan tentang HIV, dukungan sosial, dan persepsi risiko dengan sikap terhadap tes HIV pada heteroseksual di Indonesia.
Metodologi: Deskriptif analitik dengan cross-sectional yang melibatkan 192 responden dari RSUD Bekasi, Lapas Kelas I Cipinang, Lapas Narkotika Kelas II A Cipinang, dan RS Siloam Mampang. Instrumen yang digunakan meliputi Knowledge Questionnaire-18 (HIV-KQ-18), Perceived Social Support in HIV (PSS-HIV), HIV Risk Perception Questionnaire (HRPQ), dan HIV-Antibody Testing Attitude Scale (HTAS).
Hasil: Analisis multivariat menunjukkan bahwa dukungan sosial memiliki nilai P < 0,001 dengan OR tertinggi sebesar 3,778, menunjukkan bahwa responden dengan dukungan sosial tinggi 3,778 kali lebih mungkin mendukung tes HIV (95% CI: 1,719-8,029).
Kesimpulan: Dukungan sosial merupakan faktor yang paling signifikan dibandingkan dengan variabel lain yang mempengaruhi keputusan individu untuk melakukan pengujian HIV.

Introduction: HIV/AIDS remains a significant global health challenge, particularly among heterosexual populations. The WHO and UNAIDS aim to end the epidemic by 2030 through the 95-95-95 strategy. By 2022, Indonesia reported that 81% of individuals were aware of their HIV status, 41% were undergoing treatment, and 19% had achieved viral suppression. HIV Testing is critical in identifying infected individuals.
Objective: To analyze the relationship between the level of HIV knowledge, social support, and risk perception with attitudes toward HIV Testing among heterosexuals in Indonesia.
Methodology: A descriptive-analytic cross-sectional study involving 192 respondents from RSUD Bekasi, Class I Cipinang Correctional Facility, Class II A Cipinang Narcotics Correctional Facility, and Siloam Mampang Hospital. The instruments used included the Knowledge Questionnaire-18 (HIV-KQ-18), Perceived Social Support in HIV (PSS-HIV), HIV Risk Perception Questionnaire (HRPQ), and HIV-Antibody Testing Attitude Scale (HTAS).
Results: Multivariate analysis revealed that social support had a P-value < 0.001, with the highest OR of 3.778, indicating that respondents with high social support were 3.778 times more likely to support HIV Testing (95% CI: 1.719–8.029).
Conclusion: Social support is the most significant factor compared to other variables influencing an individual's decision to undergo HIV Testing
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noverita Irmayati
"Peningkatan prevalensi HIV/AIDS menjadikan perempuan merupakan kelompok berisiko dengan jumlah kasus terus meningkat setiap tahunnya sebesar 68 dari tahun 2010-2016 Kementerian Kesehatan RI, 2017. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi HIV testing pada perempuan di RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Lampung. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan tehnik consecutive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian berjumlah 120 perempuan dengan HIV positif. Pengukuran stigma menggunakan Berger stigma scale, pengetahuan tentang HIV HIV KQ 18 dan perilaku berisiko Safe sex Behaviour Questionaire yang telah dilakukan uji validitas dan reabilitas.
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel yang memiliki hubungan bermakna yaitu pendidikan p = 0,000, OR = 0,164, penghasilan p = 0,005, OR = 0,127, pekerjaan p = 0,011, OR = 3,030, stigma p = 0,019, OR = 0,367, pengetahuan tentang HIV p = 0,011, OR = 0,267 dan perilaku berisiko p = 0,041, OR = 0,041, sedangkan variabel yang memiliki hubungan tidak bermakna adalah usia p = 0,553, OR = 0,646 dan status pernikahan p = 0,839, OR = 0,849. Faktor yang paling dominan mempengaruhi motivasi HIV testing yaitu pekerjaan dengan p value 0,009, ? = 0,05 pada CI 95 OR 2,970 1,111-7,938.
Rekomendasi : peningkatan sosialisasi kepada kelompok perempuan berisiko tinggi dan berperan aktif dalam skrinning awal HIV/AIDS.

The enhancement of HIV AIDS prevalence makes women as risk groups with the increasing of total case each year with total number 68 from 2010 until 2016. This research aimed at identifying factors that influenced motivation of HIV testing in women at RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Lampung. The design of this research was cross sectional using consecutive sampling. Total sample of this research was 120 women with positive HIV. Instrument in this research use Berger stigma scale to measure stigma, knowledge about HIV HIV KQ 18, and risk behavior safe sex behavior questionnaire that has been tested with validity and reability test.
The analysis result showed that variables with significant correlations are education p 0,000, OR 6,091, income p 0,005, OR 7,857, occupation p 0,011, OR 0,330, stigma p 0,019, OR 2,727, knowledge about HIV p 0,011, OR 3,750, and risk behavior p 0,041, OR 2,381, meanwhile the variables without significant correlations are age p 0,553, OR 1,548, and marriage status p 0,839, OR 1,178. The dominant factor that influenced motivation of HIV testing is education with p value 0,009, 0,05 at CI 95 OR 3,708 1,382 ndash 9,952.
The recommendations of this research are to enhance socialization to risk behavior groups and to do an active role in screening HIV AIDS.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51588
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library