Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diantika Prameswara
"Kegiatan eksplorasi di industri hulu minyak dan gas merupakan kegiatan dengan risiko yang tinggi. Hasil analisis investigasi menyatakan faktor yang paling berkontribusi menyebabkan insiden adalah tidak efektifnya penilaian risiko. Dalam melakukan kegiatan berisiko tinggi diperlukan suatu perencanaan agar tetap bekerja dengan aman dan selamat, yaitu manajemen risiko.
Metode yang digunakan untuk manajemen risiko aktifitas keselamatan kerja adalah HIRADC. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk melihat penerapan proses risk assessment pada HIRADC. Penelitian ini bertujuan mengkaji hazard identification, risk assessment, and determining control HIRADC di PT. X. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional deskriptif dengan metode kualitatif.
Hasil penelitian menyarankan bahwa perlu dibuatnya satu system yang mencakup semua system pada kesehatan, keselamatan, dan lingkungan. Selain itu, perlu dilakukan sinergi tim HSSE yang ada di lapangan dalam memonitor HIRADC dan PTW sehingga terjadi keterkaitan antara keduanya. Dalam memaksimalkan sinergi tersebut perlu dibuat suatu work instruction oleh Safety Manager. Penegasan tugas dan tanggung jawab pekerja di lapangan perlu dijelaskan secara tertulis.

Exploration activities in upstream oil and gas industries are high risk activities. The results of the investigation analysis stated that the most factors that contribute to the incidence is the ineffectiveness of risk assessment. In conducting high risk activities, a plan is required in order to keep working safely, ie risk management.
The method used for risk management of occupational safety activities is HIRADC. Therefore, the researcher tries to see the implementation of risk assessment process at HIRADC. This study aims to examine the hazard identification, risk assessment, and determining control HIRADC in PT. X. This research used descriptive observational research design with qualitative method.
The results suggested that it is necessary to create one system that includes all systems on health, safety, and environment. In addition, there should be synergy HSSE team on the ground to monitor HIRADC and PTW so that there is a correlation between the two. In maximizing the synergy need to be made a work instruction by Safety Manager. Affirmation of the duties and responsibilities of workers in the field need to be explained in writing.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Yasmine Armando
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai identifikasi bahaya, penilaian risiko dan rekomendasi pengendalian risiko generik di Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia Tahun 2018 yang dilakukan karena kecelakaan yang terjadi di laboratorium farmasi dan ditemukan beberapa mahasiswa yang tidak menggunakan APD, banyak alat yang pecah, dan mahasiswa yang terkena bahan kimia ke kulit mereka. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan semi kuantitatif yang mengacu pada standar AS/NZS 4360:2004 dan tabel risiko W.T Fine. Nilai risiko didapatkan dari perkalian consequences, probability, dan exposure. Hasil menunjukkan bahwa penilaian risiko awal memiliki bahaya dengan risiko Very High, Priority 1, Substantial, Priority 3 dan Acceptable adalah 60, 115, 173, 105, dan 38 kegiatan. Setelah mempertimbangkan pengendalian yang sudah ada dan rekomendasi pengendalian, semua risiko dapat diturunkan. Hasil juga menunjukkan bahwa renovasi laboratorium biokimia dan organik perlu dilakukan secepatnya karena risiko atap roboh tidak dapat diprediksi untuk terjadi.

ABSTRACT<>br>
This thesis discusses about generic identification of hazard, risk assessment and risk control recommendations in the Department of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences Universitas Indonesia in 2018 which was done because of accident happened in pharmacy laboratory and found some students still do not use PPE, many laboratory tools broken, and students exposed to chemicals to their skin. This research uses qualitative and semi quantitative methods that refer to the standard of AS NZS 4360 2004 and W.T Fine risk table. Risk value is obtained from the multiplication of consequences, probability, and exposure. The results show that basic risk assessments have hazards with Very High, Priority 1, Substantial, Priority 3 and Acceptable risk being 60, 115, 173, 105, and 38 activities. After considering the existing controls and control recommendations, all risks can be lowered. The results also show that the renovation of biochemical and organic laboratories needs to be done as soon as possible because the risk of collapsing roofs is unpredictable to occur. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Chairudin
"ABSTRAK
Berdasarkan Perpres 5 tahun 2006, pemerintah menargetkan penggunaan gas alam menjadi 30% pada tahun 2025. Disisi lain kebutuhan listrik meningkat sehingga peluang Pembangkit Listrik Tenaga Gas/ Gas Uap makin berkembang. Pertumbuhan beban ini tetap mengutamakan visi andal, aman,akrab lingkungan dengan cara melaksanakan inspeksi Sertifikat Laik Operasi (SLO) pembangkit. Pada inspeksi SLO belom pernah ada kajian analisis resiko oleh karena itu dilakukan analisis resiko pada pemeriksaan peralatan utama dan pemeriksaan lingkungan dengan metode HIRADC (Hazard Identification, Risk Assesment Dan Determine Control).
Terdapat 21 (dua puluh satu) tabel HIRADC dengan 51 resiko K3 yang penilaian resikonya dikategorikan menjadi 2 kelompok, sedang dan menengah. Resiko terbesar paling banyak ditemukan saat dilakukan inspeksi pada peralatan-peralatan yang bersifat elektrikal yaitu 20 resiko K3 dengan Tingkat Penting = Tinggi. Tindakan penanggulangan resiko dapat dilakukan dengan melakukan Level Pengendalian (LP) di L4 Administrative Control, L5=APD dengan mewajibkan semua aktivitas inspeksi SLO untuk menggunakan APD yang lengkap sesuai dengan kondisi masing-masing. Khusus untuk perbaikan dikarenakan adanya kerusakan maka dibutuhkan LP L3 Enginering change. Setelah dilakukan pengendalian resiko, menunjukkan penurunan Nilai Penting dimasing-masing resiko K3.

ABSTRAK
Based on Presidential Decree No. 5 of 2006, the government is targeting 30% the use of natural gas in 2025. On the other hand electricity demand increases so chances to Gas /Combine Cycle Gas Turbine Power Plants to growing. This growth is still maintaining the vision of reliable, secure, green environment by carrying out an power plant operational acceptance certificate Inspection or Sertifikat Laik Operasi (SLO). Risk analysis study on SLO inspection at major equipment inspection and examination environment with HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment and Determine Control) methode has not be done.
There are 21 HIRADC table with 51 top event risk assessment categorized into two groups, moderate and middle. The biggest risk is most prevalent at the time of inspection electrical devices that are 20 top event risk with Important levels or Tingkat Penting (TP) = High . Risk mitigation actions can be done by performing a level Control or Level Pengendalian (LP) in the L4=Administrative Control, L5 = PPE by requiring all SLO inspection activities to use full PPE in accordance each conditions. Especially due to the damage it takes repairs or LP L3 = Enginering change. After controlling risk, the matrix show the Important Value or Nilai Penting (NP) decreasing in each of top event risk"
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42426
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damar Ravie Cahyadi
"Laporan Praktik Keinsinyuran meneliti terkait dengan baterai Valve Regulated Lead Acid (VRLA) yang disebabkan suhu ambient (lingkungan) yang melebihi batas komponen baterai dan lingkungan berdebu yang berpotensi terjadinya short circuit pada cadangan energi baterai, sehingga dapat mempercepat umur komponen. Berdasarkan permasalahan kegagalan baterai VRLA menggunakan Metode Hazard Identification, Risk Assessment, and Determining Control (HIRADC) pada penelitian ini yang dilakukan dalam rangka untuk menjaga mutu elektrifikasi operasi prasarana dan sarana pada komponen energi cadangan (baterai), sehingga dapat mencegah kegagalan sistem kelistrikan dengan tujuan dapat mitigasi risiko-risiko yang terjadi pada kerusakan baterai. Kondisi baterai yang terdapat diruangan back of house (BOH) tidak memiliki perlindungan yang lebih tinggi dari IP4X, sehingga semua panel tidak terlindungi dari debu. BOH mempunyai sirkulasi udara ruangan yang tidak memadai karena tidak ada aliran udara yang baik dan ventilasi udara dalam kondisi terbuka. Kondisi ruangan BOH menyebabkan panel dan peralatan Listrik rentan terhadap gangguan. Baterai VRLA beroperasi pada suhu -20 sampai dengan 50oC. kisaran suhu yang disarankan untuk beroperasi berada pada suhu 20 sampai dengan 30oC (derajat celcius), namun ketika di ukur suhu baterai menggunakan infrared thermogun didapatkan suhu senilai 82oC (derajat celcius).

The Engineering Practice Report examines related to Valve Regulated Lead Acid (VRLA) batteries caused by ambient temperatures (environments) that exceed the limits of battery components and dusty environments that have the potential for short circuits in the battery energy reserve, so that it can accelerate the life of components. Based on the problem of VRLA battery failure, using the Hazard Identification, Risk Assessment, and Determining Control (HIRADC) Method in this study which was carried out in order to maintain the quality of electrification of infrastructure and facilities in the backup energy component (battery), so that it can prevent electrical system failure with the aim of mitigating the risks that occur in battery damage. The condition of the battery in the Back of House (BOH) room does not have protection higher than IP4X, so all panels are not protected from dust. BOH has inadequate room air circulation because there is no good airflow and air ventilation is open. The condition of the BOH room causes the panels and electrical equipment to be susceptible to interference. VRLA batteries operate at temperatures of -20 to 50oC (degress celcius). The recommended temperature range for operation is at 20 to 30oC, but when measuring the temperature of the battery using an infrared thermogun, a temperature of 82oC (degrees celcius) is obtained.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library