Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eric Delbert
"Riset ini bertujuan untuk mengukur perubahan kekuatan mekanis miniplate setelah di uji imersi dengan larutan HBSS dengan pH awal 7,4. Proses yang dilakukan adalah membuat CAD miniplate, membandingkan desain miniplate dengan benchmark produk menggunakan FEM, revisi desain, fabrikasi miniplate (CNC milling, surface grinding, etc), observasi mikrostruktur miniplate, uji imersi, pengukuran perubahan massa dan pH dan uji three-point bending. Hasil pertama dari penelitian atau riset mengenai keadaan microstructure miniplate pure magnesium adalah pertambahan film atau lapisan baru pada miniplate jika uji imersi yang dilakukan semakin lama. Hal ini disebabkan mekanisme untuk menghasilkan protective layer jika klorida muncul. Lalu didapatkan perubahan massa pada waktu perendaman 1 hari, 2 hari, 4 hari dan 7 hari dari massa miniplate awal dengan rata – rata 0,35 g masing – masing yaitu 0,345 g, 0,342 g, 0,332 g dan 0,322 g. Dapat disimpulkan bahwa semakin lama hari perendaman akan mengurangi massa miniplate magnesium dikarenakan proses degradasi yang terjadi. Hasil ketiga adalah perubahan pH pada larutan HBSS saat uji imersi dari pH awal 7.4 pada masing – masing perendaman 1 hari, 2 hari, 4 hari dan 7 hari yaitu 7.93, 6.54, 6.07 dan 9.14. Dapat dilihat bahwa tingkat perubahan pH pada larutan HBSS tidak konsisten dan tidak memiliki trendline yang pasti. Hasil terakhir adalah perubahan kekuatan mekanis pada miniplate yang semakin rendah ketika dilakukan uji imersi dengan hasil maximum bending load yaitu 167,15 N, 163,51 N, 161,01 N, 157,37 N, 153,5 N dan 128,34 N. Hal ini disebabkan karena kehilangan mechanical integrity akibat proses korosi.

This study aimed at measuring changes in the mechanical strength of the miniplate after being immersed in an HBSS solution with an initial pH of 7.4. The process carried out is to make a miniplate CAD, compare the miniplate design with product benchmarks using FEM, design revision, miniplate fabrication (CNC milling, surface grinding, etc.), miniplate microstructure observation, immersion test, mass and pH change measurement and three-point bending test. The first result of research on the state of pure magnesium miniplate microstructure is the accretion of a new film or layer on the miniplate if the immersion test is carried out longer. This is due to the mechanism to produce a protective layer if chlorides appear. Then a mass change was obtained at soaking time of 1 day, 2 days, 4 days and 7 days from the initial miniplate mass with an average of 0.35 g, namely 0.345 g, 0.342 g, 0.332 g and 0.322 g, respectively. It can be concluded that the longer the immersion day will reduce the miniplate mass of magnesium due to the degradation process that occurs. The third result was a change in the pH in the HBSS solution during the immersion test from the initial pH of 7.4 at 1 day, 2 days, 4 days and 7 days immersion, respectively, namely 7.93, 6.54, 6.07 and 9.14. It can be seen that the rate of pH change in HBSS solution is inconsistent and has no definite trendline. The last result is a change in mechanical strength in the miniplate which is getting lower when the immersion test is carried out with maximum bending load results, namely 167.15 N, 163.51 N, 161.01 N, 157.37 N, 153.5 N and 128.34 N. This is due to loss of mechanical integrity due to corrosion processes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasha Akmal Rahmady
"Berbagai material logam telah dikembangkan sebagai bahan dasar implan untuk tulang. Sampai saat ini, standar emas untuk material implan masih dimiliki titanium. Namun, titanium sebagai material untuk implan masih memiliki beberapa kelemahan diantaranya keharusan untuk melakukan pengangkatan implan setelah tulang sudah teregenerasi sehingga memakan biaya dan usaha yang lebih serta menurunnya fungsi tulang karena kecenderungan tulang untuk bertopang pada implan berbahan titanium saat proses regenerasi. Magnesium beserta campurannya telah menarik beberapa penelitian untuk menjadikannya material implan. Hal ini dikarenakan sifatnya yang memiliki kompatibilitas dan toksisitas terhadap tubuh yang baik. Kemampuan luruh yang dimiliki magnesium dapat mengisi kekurangan yang dimiliki oleh titanium yaitu tidak perlunya operasi pengangkatan implan. Selain itu, sifat mekanis magnesium yang menyerupai tulang manusia membuat tulang tidak kehilangan kekuatan fisiknya setelah teregenerasi secara sempurna. Di sisi lain, kemampuan luruh yang dimiliki magnesium, yang dinilai terlalu cepat, juga menjadi kelemahan dari magnesium sebagai bahan dasar implan. Hal ini dikarenakan magnesium yang dapat terurai sebelum tulang teregenerasi secara sempurna. Oleh karena itu, pengaturan laju korosi dari magnesium sangat dibutuhkan. Untuk mengeliminasi kelemahan magnesium tersebut, penulis melakukan penelitian dengan melakukan modifikasi permukaan berupa coating pada implan berbahan magnesium untuk mengurangi laju korosi yang dimiliki magnesium. Bahan yang digunakan sebagai perlakuan permukaan adalah NaOH (Natrium Hydroxide), Pengujian yang dilakukan untuk membuktikan performa pelapis adalah imersi, three-point bending, dan morfologi. Proses imersi dilakukan selama satu bulan dengan larutan HBSS yang dipertahankan suhu dan keasamannya sesuai kondisi tubuh manusia (37 °C dan pH 7,4) untuk mendapatkan penurunan massa. Penurunan massa ini akan menjadi tolak ukur dari laju korosi implan. Hasilnya, ditemukan bahwa pelapis NaOH dapat menekan laju korosi dengan sangat baik dan mempertahankan sifat mekanis dari implan berbahan magnesium.

Various metal materials have been developed as implant materials for bones. To date, titanium remains the gold standard for implant materials. However, titanium implants still have some drawbacks, such as the need for implant removal after bone regeneration, which incurs additional costs and effort, as well as a decrease in bone function due to the tendency of bone to rely on titanium implants during the regeneration process. Magnesium and its alloys have drawn attention as potential implant materials. This is due to their good compatibility and low toxicity to the body. The biodegradable nature of magnesium can address the limitations of titanium implants, as there is no need for implant removal surgery. Additionally, the mechanical properties of magnesium resembling human bone prevent the loss of physical strength after complete regeneration. On the other hand, the relatively rapid degradation of magnesium, which can occur before full bone regeneration, is a disadvantage of magnesium as an implant material. Therefore, controlling the corrosion rate of magnesium is crucial. To overcome this drawback, the author conducted a study by modifying the surface of magnesium implants with a coating to reduce the corrosion rate. The surface treatment materials used were NaOH (Sodium Hydroxide). Testing was performed to evaluate the coating performance through immersion, three-point bending, and morphology. The immersion process lasted for one month in HBSS solution, maintaining the temperature and acidity similar to the human body conditions (37 °C and pH 7.4) to measure the mass loss. The mass loss serves as an indicator of the implant's corrosion rate. The results showed that the coating can decrease degradation rate significantly and maintain the mechanical properties."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library