Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bhaskara Anggarda Gathot Subrata
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian hara mikro melalui akar dan daun. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal. Perlakuan berupa kontrol,pupuk mikro lewat media, pupuk mikro lewat daun. Masing-masing perlakuan diulang 6 kali. Media tanam berupa pasir yang sudah dimasukan ke dalam bak penanaman, setelah itu tanam benih kangkung dengan jarak 10x10 cm pada setiap bak. Lalu aplikasikan pupuk melalui media atau daun seminggu sekali. Pengamatan yang dilakukan meliputi tinggi tanaman dan kehijauan daun dengan SPAD 502 untuk tiap minggunya; aktivitas nitrate reduktase, kandungan klorofil a, klorofil b, dan klorofil total, bobot kering batang, bobot kering tajuk, bobot kering daun, bobot kering akar, luas daun (LD), serta analisis pertumbuhan tanaman, meliputi nisbah laju daun (NLD), luas daun khas (LDK), bobot daun khas (BDK). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pemberian pupuk cair melalui media maupun daun belum mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung. Perlakuan pada daun cenderung menunjukan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan pada media pada semua parameter pengamatan.
Universitas Jenderal Soedirman. Fakultas Pertanian, 2018
630 AGRIN 22:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Meilisha Putri Pertiwi
Abstrak :
Penelitian komunitas ikan yang tertangkap dengan jaring push net dan kaitannya dengan produksi serasah hutan mangrove di Pulau Panjang, Teluk Banten telah dilakukan pada bulan Oktober?Desember 2014 saat pasang purnama. Tujuan penelitian untuk melihat keanekaragaman dan komunitas ikan serta mengetahui besarnya serasah yang dilepas ke perairan laut dan hubungan antara C, N, P serasah dengan C, N, P Chandidae (famili ikan dominan dalam penelitian). Metode penangkapan ikan dengan push net secara manual dan pemasangan perangkap serasah berupa paralon yang mengarah ke perairan laut di Stasiun 1 dan 2. Hasil tangkapan ikan yaitu 1.770 individu (14 famili, 16 marga, dan 22 spesies). Jumlah terbanyak di Stasiun 1 (1.213) dan bulan November (749). Nilai H? di Stasiun 1 (0,71) dan 2 (0,81) adalah rendah dan sedang, didukung rendahnya nilai E dan tingginya D. Sebanyak 51% ikan yang tertangkap adalah Ambassis gymnocephalus dari famili Chandidae. Ikan komersial yang tertangkap yaitu dari famili Mugilidae dan Serranidae. Mayoritas ikan yang tertangkap juga merupakan ikan penetap sejati (true resident) yaitu berjumlah 1.248 ekor. Biomassa serasah dan Chandidae terbesar yaitu di bulan Desember (219,49 g dan 75,85 g). Sementara Stasiun 1 memberikan biomassa terbesar untuk serasah (162,99 g) dan Stasiun 2 untuk Chandidae (19,14 g). Nilai serasah terbanyak yang dilepas ke laut yaitu pada bulan Desember di Stasiun 1 (47,47 g/m³/s). Nilai koefisien relasi C, N, P serasah dengan C, N, P Chandidae memberikan hasil yang sama yaitu 0,999. Model regresi yang terbentuk berturutturut yaitu Chandidae = 0,889 C Serasah, Chandidae = 11,367 N Serasah, dan Chandidae = 5,407 P Serasah. ...... The research of fish community and its correlation with the production of mangrove forest litter in Panjang Island, Banten Bay had been conducted from October to December 2014 while spring tide. The research?s aim was to know the fish diversity and fish community, to identify mangrove litter?s value to the sea and correlation between C, N, P of mangrove litter and C, N, P of Chandidae (the biggest fish family captured). The method was used push net manually active and also water pipes were put to captured mangrove?s litter to the sea at Station 1 and 2. In total, 1770 species were captured (14 families, 16 genera, and 22 species), the most large number were at Station 1 and in November (1.213 and 749 individus). H? value at Station 1 was low (0,71), meanwhile at Station 2 was moderate (0,81). It supported by low E value. 51% fish captured was Ambassis gymnocephalus from Chandidae family. Economic value fish captured were Mugilidae and Serranidae. Mostly fish captured also were true resident fish (1.248). The biggest biomass of mangrove litter was been at Station 1 (162,99 g), while Chandidae was been at Station 2 (19,14 g). The biggest removed mangrove litter to the sea water was in December and Station 1 (47,47 g/m³/s). The Pearson correlation from C, N, P of mangrove litter and C, N, P of Chandidae gave the same value (0,999). The model of Linear Regression were Chandidae = 0,889 C Mangrove litter, Chandidae = 11,367 N Mangrove litter, dan Chandidae = 5,407 P Mangrove litter.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T44340
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi secara spasial mengenai persebaran dan luas tingkat kekritisan unsur hara tanah (Nitrogen, Phosfor, Kalium dan pH) di Sub DAS Serayu Hulu Kabupaten Wonosobo. Hasil diperoleh bedasarkan uji laboratorium sampel tanah yang diambil berdasarkan wilayah laju erosi potensial. Dimana laju erosi potensial merupakan perhitungan dari beberapa variabel yang mempengaruhinya yaitu erosivitas hujan, erodibilitas tanah, panjang lereng, indeks lereng, dan pengolahan serta manajemen lahan. Hasil analisis menunjukan bahwa tingkat kekritisan unsur hara tanah memiliki pola yang mengikuti ketinggian nilai laju erosi, dimana makin tinggi nilai laju potensial erosi tanah makin tinggi pula tingkat kekritisan unsur hara tanahnya. Tingkat kekritisan unsur hara tanah dipengaruhi oleh kondisi fisik wilayah seperti ketinggian, lereng, dan jenis tanah. Lahan kritis unsur hara berasosiasi dengan nilai produktivitas lahan, terlihat pada nilai produktivitas lahan yang semakin menurun bersamaan dengan tingginya tingkat kekritisan unsur hara tanah yang ada.
Universitas Indonesia, 2010
S34135
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oei Evelyn Clarieta Kusuma
Abstrak :
Menurut teori Keynes, fungsi konsumsi diasumsikan berbentuk konkaf. Penelitian lanjutan menemukan bahwa ketidakpastian pendapatan membuat fungsi konsumsi berbentuk konkaf. Ketidakpastian pendapatan membuat pendapatan perlu dibagi jadi dua, masalah pembagian ini dikenal dengan general consumption saving problem. Beberapa penelitian menunjukkan sifat konkaf fungsi konsumsi untuk fungsi utilitas kelas Hyperbolic Absolute Risk Aversion (HARA) dalam general consumption-saving problem. Namun untuk sifat konkaf fungsi konsumsi di luar kelas HARA masih belum ditunjukkan. Oleh karena itu dalam tugas akhir ini ingin ditunjukkan bahwa jika sebuah fungsi utilitas strictly increasing, strictly concave, dan memiliki turunan ketiga yang non negatif, tetapi bukan dari kelas HARA, maka akan ada satu periode waktu pada general consumption-saving problem dimana fungsi konsumsinya tidak konkaf. Pembuktian akan dilakukan dengan menunjukkan bahwa jika fungsi utilitas berbentuk konkaf, pastilah fungsi utilitas Constant Relative Risk Aversion (CRRA) yang merupakan bagian HARA dengan sembarang kombinasi distribusi faktor diskon, gross return, dan pendapatan. Tahapan pembuktian dilakukan dengan menunjukkan bahwa general consumption-saving problem memiliki solusi yaitu konsumsi, konsumsi berbentuk konkaf, lalu menunjukkan bentuk fungsi utilitas yang mungkin dengan sifat konkaf konsumsi, dan fungsi utilitas yang harus dimiliki dengan batasan penelitian yang ada. Sifat konkaf fungsi konsumsi juga akan ditunjukkan dengan menggunakan simulasi perhitungan data random. Berdasarkan pembuktian dan simulasi perhitungan, didapatkan bahwa jika fungsi utilitas tidak konkaf, akan ada kombinasi faktor diskon, gross return, dan pendapatan dimana fungsi konsumsi tidak konkaf. ......According to Keynes’ theorem, the consumption function is assumed to be concave. Follow-up research finds that income uncertainty makes the consumption function concave. Income uncertainty makes income need to be divided into two, this problem is known as the general consumption-saving problem. Several studies have demonstrated the concavity of the consumption function for the utility function class Hyperbolic Absolute Risk Aversion (HARA) in the general consumption-saving problem. However, the concave nature of the consumption function outside of the HARA class has not yet been shown. Therefore, this final project wants to show that if a utility function is strictly increasing, strictly concave, and has a non-negative third derivative, but not from the HARA class, then there will be a period in the general consumption-saving problem where the consumption function is not concave. The statement will be proven by showing that if the consumption function is concave, the utility function must be CRRA, that is part of the HARA class for any combination of discount factor, gross return, and income. The final project proving steps will be as follow, prove that general consumption-saving problem has a solution, namely consumption, then showing that consumption is concave, then showing the form of the utility function that is possible to be formed with the concavity of consumption, and find the utility function form given the limitations of the research. The concave nature of the consumption function will also be demonstrated by using random data calculation simulations. As conclusion, it is found that if the utility function is not concave, there will be a combination of discount factors, gross returns, and income where the consumption function is not concave.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadli Zon
Jakarta: Institute for Policy Studies, 2009
322.4 FAD p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
cover
Adisti Yuliastrin
Abstrak :
This research was conducted by the problem of population differences bintangur in Sei Tembesi and Bukit Tiban Protected Forest allegedly influenced by macro nutrient content in the soil. The study was conducted using a survey method. Samples were taken by purposive by following along a 100 m transect lines that divide the contour lines. Transect were initiated at least 50 m from the edge of the forest that are placed propossionally and prioritized on location around bintangur population. Soil sampling conducted on the soil surface of ± 5 cm to a depth of ± 25 cm from the soil surface. Based on the research that there are differences in soil organic matter content in the protected forest and macro nutrient in the soil. Soil pH is at the same relativity value, but that value is an extreme value when compared with the value according to criteria of Soil Chemical Properties. This soil conditions is able to inhibit the growth of bintangur. Bintangur population in both of the protected forest can be maintained through soil conservation biological.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan perbedaan populasi bintangur di Hutan Lindung Sei Tembesi dan Bukit Tiban yang diduga dipengaruhi oleh kandungan hara makro di dalam tanah. Penelitian dilakukan menggunakan metode survei. Sampel diambil dengan cara purposive dengan mengikuti jalur transek sepanjang 100 m yang membelah garis kontur. Jalur transek tersebut dimulai minimal 50 m dari tepi hutan yang ditempatkan secara proporsional dan diprioritaskan pada lokasi sekitar populasi bintangur. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada permukaan tanah ± 5 cm pada kedalaman ± 25 cm dari permukaan tanah. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa terdapat perbedaan kandungan bahan organik tanah di kedua hutan lindung tersebut dan kandungan hara makro di dalam tanah. pH tanah berada pada nilai yang relatif sama, namun nilai tersebut merupakan nilai yang ekstrim bila dibandingkan dengan Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah. Kondisi tanah seperti itu mampu menghambat pertumbuhan bintangur. Populasi bintangur di kedua hutan lindung tersebut dapat dipertahankan melalui konservasi tanah secara biologi.
2016
502 JMSTUT 17:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Sukanta
Abstrak :
This study discusses the evaluation of Hara’s model to estimate seismic moment magnitude (MW) by using teleseismic waveform data, and then presents the development of an extended Hara model. Both models use the maximum amplitude of displacement and epicenter distance, as well as the duration of high-frequency energy radiation, of the vertical component of earthquake P-wave records. Nineteen moderate-magnitude (5.0 £ MW£ 7.0), shallow (depths £ 70 km), Sumatra subduction megathrust earthquake data sets recorded by the KAPI seismograph station (Kappang, South Sulawesi) in 2010 and 2011 were used in this study. The analysis is performed to obtain the maximum amplitude of displacement, epicenter distance, and the duration of high-frequency energy radiation on the first arriving P-wave. The main results show that Hara’s model (2007) overestimates MW to be less than 7.0 compared with that obtained from the Global Centroid Moment Tensor (CMT) catalog. The extended Hara model was developed with the use of the same basic equation, and the resulting coefficients are ? = 0.538792, ? = 0.783840, ? = 0.242616, and ? = 4.929095. The mean and standard deviation of the difference between the extended Hara model and the Global CMT catalog are 0.01 and 0.14, respectively.
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2015
UI-IJTECH 6:3 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>