Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Roekmijati Widaningroem Soemantojo
"Zeolit alam adalah mineral yang memiliki sifat khas dan struktur rongga yang teratur dalam ukuran tertentu, sehingga berpotensi sebagai adsorben limbah amonia. Kapasitas adsorpsi dan selektivitgasnya dapat ditingkatkan degnan modifikasi zeolit alam melalui proses pertukaran ion menjadi H-Zeolit yang memiliki inti aktif H.
Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berada dari Lampung yang mengandung klinoptilolit sekitar 75%. kapasitas adsi=orpsi Zeolit alam Lampung (ZAL) diperbandingkan dengan tiga jenis H-Zeolit yang dihasilkan dari proses pertukaran ion antara ZAL dengan NH4NO3 dan (NH4) SO4 dan kemudian dikalsinasi pada suhu 550 C. Adsorpsi dilakukan secara batch pada suhu dan tekanan kamar dengan variasi waktu dan konsentrasi awal amonia. Dilakukan pula percobaan regenarasi terhadap zeolit yang telah jenuh dengan NH3, dengan jalan pemanasan pada suhu 550 C selama 1 jam dan selamanya digunakan kembali untuk adsorpsi. Sebagai tahap awal adsorpsi regenerasi dilakukan sebanyak dua setengah siklus.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari segi kapasistas adsorpsi dalam pemakaian siklus adsorpsi regenerasi, H-zeolit lebih baik dari pada zeolit alam setelah regeneraasai zeolit alam mengamalami penurunan kapasista adsorps yang cukup besar. Secara umum H Zeolit yang diperoleh dari aktivasi dengan amonium nitrat merupakan zeolit yang paling baik jika digunakan sebagai adsorben amonia. Perlu dilakukan percobaan lebih lanjut menggunakan air limbah atau limbah tiruan untuk mengetahui kapasitas adsorpsi maupun selektivitasnya dengan siklus adsorpsi yang lebih panjang."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
JUTE-XII-1-Mar1998-45
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Purwanto
"Ion Ca2+ merupakan sumber kesadahan dalam air. Kesadahan air mengakibatkan sabun sukar untuk membuih sehingga pakaian sulit untuk menjadi bersih. Kesadahan juga mengakibatkan timbulnya kerak dalam ketel. Kerak ini akan menghalangi transfer panas yang pada akhirnya akan memboroskan bahan bakar. Karena itulah ion Ca2+ harus dikurangi hingga ambang batas yang telah ditetapkan Departemen Kesehatan yaitu maksimal 500 ppm.
Pada penelitlan ini digunakan zeolit alam Lampung sebagai adsorben untuk menyerap ion Ca2+. Ukuran zeolit yang digunakan adalah 20-10 mesh dan 30-20 mesh. Sebelum digunakan zeolit terlebih dahulu direndam dalam larutan NH4Cl 1,5M selama 50 jam. Selanjutnya dipanaskan dalam tungku dengan suhu 200°C selama lebih kurang 2 jam. Pemanasan ini akan melepaskan NH dan terbentuk H-zeolit. H-zeolit digunakan sebagai unggun dalam tangki filtrasi dengan variasi tinggi 5 cm, 7,5 cm, dan 10 cm.
Tangki filtrasi yang digunakan terbuat dari kaleng cat yang berdiameter 28,5 cm dan tinggi 37,5 cm. Air baku yang telah dimasukkan garam CaCl2 masuk melalui bagian bawah tangki filtrasi dan keluar melalui saluran keluar di bagian atas tangki. Lamanya waktu sejak keran masuk dibuka hingga air filtrat keluar pertama kali kurang lebih 20 menit. Menit tersebut adalah menit ke-0. Sampel diambil setiap 1 menit kemudian diuji dengan AAS di laboratorium AAS di Jurusan Fisika FMIPA UI.
Dari hasi pengujian dengan AAS, diperoleh grafik konsentrasi ion Ca2+ terhadap waktu. Grafik tidak menunjukkan kondisi ideal adsorpsi di mana pada grafik hasil pengujian konsentrasi ion Ca2+ dalam effluent terlihat fluktuatif. Idealnya pada beberapa waktu pertama konsentrasi ion Ca2+ dalam effluent relatif konstan dalam jumlah di bawah konsentrasi awal. Kemudian setelah adsorben mulai jenuh, konsentrasi ion Ca2+ mulai naik mencapai konsentrasi awal. Kemungkinan hal ini disebabkan adanya ion-ion lain sehingga terjadi interferensi dalam embacaan AAS dan adanya ion Ca2+ dalam zeolit yang ikut terlepas masuk dalam filtrat.
Namun secara garis besar H-zeolit dengan ukuran 30-20 mesh jelas memiliki luas permukaan lebih besar daripada yang berukuran 20-10 mesh. H-zeolit dengan ukuran 30-20 mesh mampu menurunkan konsentrasi ion Ca2+ dalam effluent dengan lebih baik. Hingga menit ke-60, unggun zeolit dengan tinggi 5 cm bisa menurunkan sampai 689 ppm, ketinggian 7,5 cm bisa menurunkan sampai 496 ppm, dan ketinggian 10 cm bisa mengurangi sampai 522 ppm. Konsentrasi ion Ca2+ dalam effluent cenderung terus turun. Jika waktu operasi diperpanjang kemungkinan konsentrasi ion Ca2+ dalam effluent bisa mencapai ambang batas yang telah ditetapkan yaitu sebesar 500 ppm bahkan bisa kurang dari itu.
Sedangkan zeolit alam Lampung ukuran 20-10 mesh dengan tinggi unggun 5 cm hanya mampu mengadsorp sampai menit ke-40 saja (kandungan ion Ca2+ dalam effluent berkurang hingga 634 ppm), ketinggian unggun 7,5 cm bisa mengadsorp sampai menit ke-50 (kandungan ion Ca2+ dalam effluent berkurang hingga 574 ppm), dan ketinggian unggun 10 cm bisa mengadsorp juga sampai menit ke-50 (kandungan ion Ca2+ dalam effluent berkurang hingga 412 ppm)."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
S50844
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library