Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ivan Efendi
Abstrak :
Megalitik merupakan peninggalan masa brcocok tanam yang memberikan banyak informasi dari analisis fisik bangunan. Dan lingkungan alamnya. Peninggalan megalitik dengan satuan analisis situs dan satuan runag analisis skala makro dapat dijadikan data untuk mencapai tujuan arkeologi. Peninggala megalitik yang menjadi data dalam skripsi ini berada di kab. Kuningan, yang terdiri atas 23 situs. Kemudian dibagi menjadi dua tipe berdasarkan fungsi yaitu : kelompok situs I dengan jenis tinggala peti kubur batu terdiri atas tujuh , yaitu situs cibuntu, pasawahan, cibari, pagerbarang, gibug, rajadanu dan panawarbeas dan kelompok situs II dengan jenis tinggalan bukan kubur yang terdiri atas menhir, arca megalitik, batu lumpang, meja batu, batu dakon, jambangan batu, dan punden berundak. Kelompok ini terdiri atas enambelas situs, yaitu, situs cimara, cibunar, sigenteng, sangkanerang, timbang, linggabuana, Buyut Sukadana, Balongkagungan, Nusa, Cangkuang, winduherang, Bagawat, Darmaloka, Hululinga, panyusupan dan saliya. Situs-situs itu tersebar di kai gunung Ciremai (3078 m dpal) sebelah timur. Gunung ini merupakan gunung tertinggi di jawa barat, dan hamper seluruh bagian barat wilayah kabupaten ini merupakan areal kaki gunung tersebut. Selain itu ditemukan juga pada pada beberapa situs megalitik sejumlah beliung persegi, gelang batu dan temuan serta lain. Hal ini menarik untuk dipelajari dalam kaitan dan orientasinya terhadap gunung itu. Permasalahannya adalah variable-variabel lingkungan alam yang bagaimana, yang mempengaruhi peletakan peninggalan megalitik di kab. Kuningan, jawa Barat? Bagaimana persebaran dan orientasinya terhadap gunung ciremai? Serta pada kerangka batu yg mana bias ditempatkan? Tujuan penelitian ini adalah pertama mengetahui variael-variabel lingkungan alam yang berpotensi dalam peletakan peninggalan megalitik di kab. Kuningan jawa Barat, sehingga terlihat kearifan manusia dalam beradaptasi dengn lingkungannya. Kedua menentukan bentuk pesebaran dan melihat orientasinya terhadap gunung Ciremai, sehinggga dapat diketahui keterkaitannya. Ketiga mengetahui pada kerangka waktu yang mana sehingga dapat diketahui sejarah kebudayaan prasejarah khususnya di Jawa Barat dan umumnya di Indonesia. Ruang linkup penelitian ini sebatas hubungan antar situs megalitik sebagai salah satu unsure pemukiman masa prasejarah, dan keberadaan situs megalitik dengan ekologinya. Dengan menekankan pada skala ruang makro, sehingga dapat dijelaskan pola persebarannya. Penelitian ini menggunakan metode yang mengacu pada metode penelitian arkeologi ruang oleh Bruce G. Tigger. Adapun dalam upaya memahami keadaan lingkungan pada zaman prasejarah diperlukan perpaduan data arkeologi dan ekologi. Maka dari itu digunakan pendekatan ekologi. Dalam paradigmanya menyatakan bahwa unsure lingkungan fisik dipandang sebagai factor penenut letak dan pola suatu pemukiman. Asumsinya adalah pemukiman ditempatkan di suatu tempat sebagai responatas factor lingkungan tertentu. Dalam modelnya paradigma ini juga beranggapan bahwa factor teknologi dan lingkungan yang mengondisikan penempatan situs arkeologi. Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah variabel alam yang mempengaruhi peletaka situs megalitik di Kab. Kuningan adalah ketinggian permukaan tanha antara 101_751 m dpl, bentuk medan lereng, batuan geologi QYU, wilayah akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir setempat dengan akuifer produktif, jarak ke sumber air tanah 0,5 km sampai 100 liter/detik, jarak situs ke sungai
2000
S11760
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuyun Yuningsih
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang peran Balai Taman Nasional Gunung Ciremai dan partisipasi masyarakat Desa Cisantana dalam pengelolaan Taman Nasional Gunung Ciremai, serta persepsi masyarakat terhadap pengelolaan TNGC dikaitkan dengan ketahanan daerah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah BTNGC telah melaksanakan tugas dan program kegiatan yang melibatkan masyarakat Desa Cisantana dengan optimal. Sementara itu, masyarakat Desa Cisantana merasa belum dilibatkan sepenuhnya dalam pengelolaan TNGC sehingga belum merasakan manfaat dari keberadaan TNGC. Perbedaan persepsi antara masyarakat Desa Cisantana dan pemerintah/BTNGC, berpotensi menimbulkan konflik kepentingan sehingga akan menggangu ketahanan daerah. Karena itu pemerintah perlu mengambil kebijakan yang dapat menyatukan persepsi keberadaan TNGC dan mencari solusi pengelolaan partisipatif bagi masyarakat yang terkena dampak penetapan kawasan TNGC. ...... This thesis discusses the role of the National Park of Mount Ciremai and the participation of Cisantana community in the management of the Ciremai Mountain National Park, also the perception of community on TNGC management associated with regional resilience. This study used a qualitative approach. The result obtained from this study is BTNGC has undertaken an optimal task and program activities involving Cisantana community. Meanwhile, Cisantana community has not been fully involved in the TNGC management, so it has not felt any benefit from the presence of TNGC. The difference perception between Cisantana community and the government/BTNGC, has the potential to create conflict of interest that would interfere with regional resilience. Therefore, the government needs to adopt policies that can unify the perception of the existence of TNGC and look for participatory management solutions for communities affected by the determination of TNGC region
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tengku Muhamad Derizal
Abstrak :
Pembangunan berkelanjutan merupakan prinsip utama pembangunan pada masa ini. Dalam bidang energi, hal ini diterapkan dengan peningkatan pemanfaatan sumber energi terbarukan yang rendah dalam produksi gas karbon. Salah satu yang sedang banyak dikembangkan di Indonesia adalah sumber daya panas bumi. Sumber daya panas bumi banyak dikembangkan karena jumlah potensinya yang besar dan masih sedikit dimanfaatkan. Akan tetapi, banyak hambatan-hambatan yang dialami dalam pengelolaan panas bumi ini. Hambatan-hambatan yang berpengaruh besar terhadap pengelolaan panas bumi adalah hambatan-hambatan yang datang dari daerah penghasil panas bumi. Beberapa daerah penghasil yang akhir-akhir ini ramai diberitakan dan gencar melakukan penolakan pembangunan PLTP adalah daerah Gunung Leuser, Gunung, Sorik Marapi, Gunung Ciremai, dan Gunung Lawu. Hambatan-hambatan pada daerah tersebut terdiri dari aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Hambatan-hambatan tersebut dapat dimitigasi dengan menggunakan Amdal sesuai prosedur dan bonus produksi untuk memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat. ...... Sustainable development is the main principle for development at this time. In the energy sector, it is applied by increasing the utilzation of renewable energy sources that are low in carbon gas production. One that being much developed in Indonesia is geothermal resource. Geothermal resources are being developed for its many potential and utilization low rate. However, many obstacles experienced in the management of the geothermal resource. Obstacles which have great impact on the management of geothermal are obstacles that come from the geothermal producing areas. Some regions are lately much reported for their rejection of the power plant development are Mount Leuser, Mount Sorik Marapi, Mount Ciremai, and Mount Lawu area. Obstacles in those areas consist of environmental aspect, social aspect, and economic aspect. These barriers can be mitigated by using appropriate EIA procedures and production bonuses to provide economic benefits to local communities.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017
S66076
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library