Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sirait, Daniel Alfonso Manahan
Abstrak :
ABSTRAK
Proyek Green Building membutuhkan penanganan yang berbeda dari proyek bangunan konvensional. Salah satu faktor yang sangat penting agar proyek dapat terkelola dengan baik adalah dengan melakukan analisa faktor risiko beserta biaya kontingensi dari aktivitas pekerjaan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas, risiko dan biaya kontingensi pada proyek Green Building khususnya GREENSHIP NB, dimana aktivitas tersebut didapat dari pengembangan WBS. Metode penelitian meliputi studi literature, analisa risiko, dan studi kasus Proyek X. Hasil penelitian ini mendapati biaya kontingensi pada Proyek X adalah sebesar 10,96 terhadap biaya investasi Green Building. Selain biaya kontingensi, dalam penelitian ini juga menemukan bahwa terdapat 15 tindakan pencegahan dan 9 tindakan perbaikan atas 20 peristiwa yang memiliki risiko tinggi, dimana perisitiwa-peristiwa tersebut dapat terjadi pada 244 aktivitas yang telah dikelompokkan kedalam 22 paket pekerjaan berbasis WBS.
ABSTRACT
Green Building project requires different treatment than conventional building project. One of the crucial factors for successful managing projects is an analysis of risk factors along with contingency fees from the activity of the project. The objectives of the research are to identify activity, risk factor, and analyze contingency cost in Green Building in particular GREENSHIP NB project, where the activity is derived based on WBS. The methodology consists of literature study, risk analysis, and case study of Project X. The results of this research found contingency cost in Project X is up to 10.96 from investment of Green Building. In addition, there are 15 preventive and 9 corrective actions on 20 high risk events, where high risk events can occur in 244 activities that have been decomposition into 22 work package in WBS.
2017
T48772
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Kulsum
Abstrak :
Konsep green hospital merupakan manajemen perubahan yang menjadi kebutuhan di RS yang dapat mengurangi konsumsi energi secara signifikan, meningkatkan kenyamanan dan produktivitas serta menjaga kelestarian sumber daya alam berkelanjutan Dalam memberikan pelayanan kesehatan, RS menggunakan energi berupa listrik, air, bahan bakar, makanan pasien dan bahan bangunan. RS juga memproduksi limbah medis dan non medis. Hal tersebut dapat menjadi kontribusi terhadap perubahan iklim apabila tidak dikelola dengan baik. Penelitian ini menilai kesiapan Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Prof Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta yang mengacu pada standar nasional Greenship Green Building Council Indonesia (GBCI). Penelitian ini berupa studi kasus dengan pendekatan kualitatif melalui observasi untuk mengamati dan menelaah berbagai objek dalam penelitian, melakukan pengukuran dan mengisi ceklis pada instrumen/tools. Dari hasil penelitian diketahui bahwa RSPON dapat memenuhi total nilai nilai 58 atau 49,57% dari maksimal 117 nilai dari total kriteria yang dipersyaratkan dalam Greenship. Berdasarkan perolehan nilai tersebut maka sesuai dengan peringkat Greenship GBCI, RSPON mendapatkan peringkat Silver (Perak). Untuk memperbaiki peringkat, masih dapat dengan cara menyediakan parkir sepeda, menambah luasan ruang terbuka hijau, pemasangan sistem pemantauan energi, daur ulang sampah organik, daur ulang air olahan IPAL melakukan konservasi air bersih, mencoba menggunakan teknologi panel surya (solar cell) serta mengintegrasikan efisiensi energi ke dalam program pemeliharaan. ......The green hospital concept is change management which becomes a hospital need in order to lower energy consumption significantly, intensify amenities and productivity, along with preserve the sustainable natural resources. Hospital consumes electricity, water, fuel, patient's foods, and also building materials while giving the health service. It also produces medical and non-medical waste. If all of them are unmanaged well, they may contribute to the global warming occurrence. This research is held to assess the National Brain Hospital Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta's readiness toward a national standard called Greenship Green Building Council Indonesia (GBCI). The study used in this research is a case study with a qualitative approach through observation to monitor and analyze the research objects, make measurements, and also checklist the instrument/tools. The research has shown that National Brain Hospital gained 58 or 49,57% from the maximum score of 117 of Greenship's requirement total criteria. Based on that score, National Brain Hospital was rated as a Silver category. In order to improve the rank, it needs to provide the bicycle parking area, add the green open space, install the energy monitoring system, do the organic waste recycle, recycle the water produced by the wastewater treatment plant, perform the clean water conservation, try to use solar cell technology, and also integrate the energy efficiency to the maintenance program.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dick Bernadi Hermanto
Abstrak :
Perubahan iklim telah menarik perhatian dunia, terbukti dengan adanya persetujuan Paris dalam Conference of Parties 21 dimana semua negara berkomitmen untuk menurunkan suhu hingga 1.5°C dari 2°C pada tahun 2020. Alat penilaian bangunan gedung hijau merupakan salah satu solusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca pada sektor bangunan dan industri. Menurut sebuah studi dari penggunaan sertifikasi bangunan gedung hijau, LEED (Leadership in Energy and Environmental Design) oleh USGBC (United States Green Building Council) ditemukan bahwa pemakaian energi, karbon, air dan juga penghasilan limbah dapat dihemat dalam rentang 30 sampai 97%. Greenship merupakan sebuah alat penilaian bangunan gedung hijau yang diluncurkan pada tahun 2010 di Indonesia oleh Green Building Council Indonesia. Penilaian Greenship berdasarkan 6 kriteria, yaitu tepat guna lahan, efisiensi dan konservasi energi, konservasi air, daur hidup dan sumber daya material, kesehatan dan kenyamanan dalam ruangan, dan manajemen lingkungan bangunan. Green Mark merupakan alat penilaian bangunan gedung hijau yang diinisiasikan oleh Building and Construction Authority Singapura dan diluncurkan pada tahun 2005. Green Mark menilai beberapa kriteria, yaitu efisiensi energi, efisiensi air, perlindungan lingkungan, kualitas lingkungan dalam ruang dan fitur-fitur lain. ......Perbandingan alat penilaian bangunan gedung hijau antara Greenship dan Green Mark pada 2 bangunan perkantoran di Indonesia menjadi subjek untuk mengetahui efektivitas alat penilaian di suatu negara. Dalam kesimpulannya, alat penilaian bangunan gedung hijau pemerintahan singapura, Green Mark menunjukan poin penilaian yang lebih besar apabila dibandingkan dengan alat penilaian lokal, Greenship dengan catatan membutuhkan beberapa data pada sisi manajemen bangunan. ......Climate change has attracted countries in the whole world, proven by an agreement that been produced in Conference of Parties 21 which participated countries agree to decrease the increase of temperature below 2°C by 2020. Green Building rating tools are a solution to decrease greenhouse gasses (GHG) in building and industry sector. According to a study by USGBC, the application of green building certification can reduce the energy, carbon, and water use, also the waste produce can be saved by 30 to 97%. Greenship is a green building rating tool which launched in Indonesia by the year of 2010 by Green Building Council Indonesia. Greenship rating tool criteria is divided into 6 criterias, which are appropriate site development, energy efficiency and conservation, water conservation, mateial resources and cycle, and building environmental management. Green Mark is a green building rating tool which initiated by Building and Constrution Authority Singapore and launched in 2005. Green Mark assesed building by 5 criterias which are energy efficiency, water efficiency, environmental protection, indoor environmental quality, and other features. The comparison of green building rating tools between Greenship and Green Mark in 2 office buildings is a case object to be analyzed to know the effectiveness of a green building rating tool in a country. In conclusion, Green Mark rating tool showed a higher point when compared to Greenship as a local rating tool with a need of data from building environment management criteria.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Yolanda
Abstrak :
ABSTRAK
Indonesia memiliki salah satu lembaga legal untuk melakukan sertifikasi green building yang disebut GBCI (Green Building Council Indonesia). GBCI memiliki sistem penilaian sendiri yang disebut Greenship. Salah satu aspek penilaian yang terdapat pada Greenship adalah MRC (Material Resource Cycle). Pembahasan aspek ini dilakukan melalui metode deskriptif dan evaluatif untuk melihat aspek MRC yang telah dipenuhi, aspek MRC yang berkemungkinan untuk dipenuhi serta aspek yang tidak dipenuhi. Pembahasan ini dilakukan untuk mengetahui peranan pemilihan material dalam pencapaian performa green building, khususnya pada sistem curtain wall. Kemudian juga akan dilakukan komparasi antara standar umum green building material (non-Greenship) dengan Greenship untuk melihat poin non-Greenship yang berpotensi untuk dijadikan poin rekomendasi penilaian dalam Greenship. Dari data dan analisis disimpulkan bahwa pemilihan material pada curtain wall tidak dapat berkontribusi maksimal terhadap pencapaian poin Greenship. Serta aspek penilaian material berdurabilitas tinggi dan meminimalisasi material pembungkus dapat dijadikan sebagai poin rekomendasi penilaian Greenship.
ABSTRAK
Indonesia has one legal institutions to perform green building certification called GBCI (Green Building Council Indonesia). GBCI has its own scoring system called Greenship. One aspect of the assessment contained in Greenship is MRC (Materials Resource Cycle). The discussion of this aspect is done through descriptive and evaluative to see aspects of the MRC which has been met, MRC aspects that are likely to be met as well as the aspects that were not met. The discussion was conducted to determine the role of materials selection in achieving green building performance, especially in the curtain wall system. Then also will do a comparison between the general standard of green building materials (non-Greenship) with Greenship to see non-Greenship points potentially to be used in the assessment recommendation Greenship points. From the data and analysis concluded that the selection of materials in curtain wall can not contribute to achieve maximum Greenship points. As well as high durability material and minimize the wrapping material can be used as assessment?s points on Greenship
2016
S64153
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Putri Alifa
Abstrak :
Permasalahan mengenai tingginya emisi karbon dari aktivitas bangunan meningkatkan urgensi untuk pengaplikasian bangunan hijau. Sistem yang digunakan untuk menilai performa bangunan hijau dinamakan Green Building Rating Systems (GBRS). GBRS ini sudah tersebar di berbagai bagian dunia, dari mulai wilayah Eropa hingga Asia. Namun, studi eksisting mengenai perbandingan GBRS masih terbatas pada analisis poin dari indikator terbarunya. Maka dari itu, tujuan dari penulisan ini adalah mengisi kesenjangan terhadap studi perbandingan GBRS, terutama mengenai perubahan indikator, isu yang melatarbelakanginya serta potensi pengembangannya di masa depan. Penulisan ini secara spesifik berisi tentang analisis perbandingan GBRS Internasional (BREEAM, LEED, DGNB) dengan GBRS Indonesia (Greenship). Perbandingan berbasis LEED dilakukan dengan cara meninjau indikator dan sub-indikator masing-masing GBRS dari instruksi manual. Hasil perbandingan tersebut menunjukkan bahwa keterbukaan jumlah poin adalah aspek yang krusial dalam proses penilaian. Studi ini juga menunjukkan bahwa tingginya biaya sertifikasi tidak selalu menunjukkan lembaga for-profit. Selain itu, setiap GBRS yang dibanding memiliki ruang untuk berkembang, terutama dari GBRS lainya. ......Environmental issues such as the high carbon emissions from building activities increased the urgency of green building application. The system that is used to assess the performance of green buildings is called Green Building Rating Systems (GBRS). GBRS have spread in various parts of the world, from Europe to Asia. However, existing studies on comparisons of GBRS are limited to weight analysis of the most recent version of manuals. Therefore, the purpose of this paper is to fill the gaps in the comparative studies of the Green Building Rating System, especially regarding changes in indicators, underlying issues, and potentials for future developments. This writing specifically contains a comparative analysis of the International GBRS (BREEAM, LEED, DGNB) with the GBRS from Indonesia (Greenship). LEED-based comparisons were made by reviewing the indicators and sub-indicators of each GBRS from the instruction manuals. The result of this comparison shows that the disclosure of the number of points is a crucial aspect in the assessment process. This study also shows that the high cost of certification does not always indicate a for-profit institution. In addition, every GBRS that is compared has room to grow, especially from other GBRS.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Wahyuherma
Abstrak :
ABSTRAK
Green building di dunia masih didominasi bangunan baru. Di lain sisi,melimpahnya jumlah existing building memiliki potensi untuk menerapkan green building. Di Indonesia, existing green building masih tertinggal dengan bukti hanya memiliki 6 bangunan bersertifikasi Existing Building. Maka dalam penelitian ini memaparkan model perubahan existing building menjadi green building berdasarkan pencapaian level sertifikasinya dengan pendekatan analisa life-cycle assesment. Penelitian menggunakan wawancara mendalam dan studi kasus untuk menghasilkan model optimasi perhitungannya. Penelitian ini menyatakan bahwa penambahan investasi awal akan meningkatkan benefit cost sehingga akan mendapatkan IRR dan BCR yang lebih tinggi serta mempercepat payback period untuk konversi konsep dari bangunan konvensional menjadi existing green building.
ABSTRACT
Green Building in the world is still dominated by new construction. On the other hand, the abundant amount of existing buildings has the potential to adopt it. In Indonesia, existing green buildings are lagging behind that proves there has only 6 certified existing buildings. So, this research explains the conversion model amount of buildings to get green certification with life cycle assessment method. The research uses in depth interviews and case studies to generate optimized calculation models. The research claims that the addition of initial cost will increase benefit cost so that it will achieve higher BCR and IRR and accelerate payback period for the conversion of conventional building to existing green building.
2017
T48770
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allya Khairunnisa
Abstrak :
Sektor bangunan berkontribusi besar terhadap konsumsi energi global. Peningkatan biaya energi dan meningkatnya kepedulian terhadap lingkungan telah mendorong permintaan atas bangunan berkelanjutan yang berorientasi pada upaya meminimalisasi dampak negatif terhadap lingkungan melalui praktik konstruksi yang efektif. Penelitian ini berupaya untuk mengembangkan framework sistem evaluasi aspek Efisiensi dan Konservasi Energi (EEC) pada sertifikasi Greenship berbasis Building Information Modelling (BIM). Pada penelitian ini, disajikan framework yang menjelaskan proses evaluasi aspek Efisiensi dan Konservasi Energi (EEC) pada sertifikasi Greenship menggunakan BIM dari awal hingga diperolehnya poin capaian berdasarkan sertifikasi serta hal-hal yang mempengaruhi dan dipengaruhi selama prosesnya. Dengan memanfaatkan BIM, diperoleh permodelan tiga dimensi hingga analisis energi dari bangunan objek studi berupa bangunan hotel bintang tiga di Jakarta dalam waktu yang singkat. Dengan demikian, BIM terbukti dapat digunakan dalam proses esesmen bangunan hijau dan framework yang dikembangkan dapat diaplikasikan. ......Building sectors have a major contribution to global energy consumption. The rising cost of energy and growing environmental concerns have pushed the demand for sustainable buildings with minimal environmental impact through the use of effective construction practices. This study aims to develop a framework for evaluating the Energy Efficiency and Conservation (EEC) aspects of the Greenship certification based on Building Information Modelling (BIM). The research presents a framework that explains the evaluation process of the EEC aspects in Greenship certification using BIM, from the initial stages to obtaining the achievement points based on the certification, as well as the factors that influence and are influenced during the process. By utilizing BIM, a three-dimensional model and energy analysis of the study object, a three-star hotel building in Jakarta, were obtained in a short time. Therefore, BIM has been proven to be applicable in the green building assessment process and the developed framework can be implemented effectively.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winny Widiani
Abstrak :
Pengembangan Green Retrofitting masih minim dilakukan. Penerapan green building pada bangunan yang telah terbangun tentunya menjadi sangat penting karena hingga tahun 2040, duapertiga bangunan di dunia merupakan bangunan dalam kategori telah terbangun. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan aktivitas pekerjaan green retrofitting bangunan gedung bertingkat pada aspek ASD berbasis GBCI dan Permen PUPR Nomor 21 Tahun 2021 melalui Work Breakdown Strcture berdasarkan tahap pelaksanaan untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan green retrofitting atau pengubahsuaian dalam mencapai sertifikasi GBCI dan Permen PUPR Nomor 21 Tahun 2021. Selain itu, penelitian juga melakukan pemeringkatan aktivitas WBS green retrofitting terhadap kualitas perencana sumber daya. ......Although green retrofitting bring excellent benefits, the development status of green retrofitting is still unsatisfactory. The green retrofitting concept has yet to become a nationwide concern. According to Architecture (2030), two-thirds of buildings will be classified as existing by 2040. The objectives of the research are to identify, develop, and analyze work activity implementations of green retrofitting from an appropriate site development aspect on high-rise buildings based on the GBCI and permen PUPR No. 21 Tahun 2021. In addition, the outcome ranked activity as having the greatest impact on the planning resource project.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Hafizh Setiawan
Abstrak :
Emisi Gas Rumah Kaca yang dihasilkan Indonesia terus mengalami peningkatan yang signifikan sejak tahun 2000 hingga menjadikannya sebagai penghasil per kapita terbesar kelima di dunia pada tahun 2020. Analisis tolok ukur pelaksanaan green retrofitting bangunan gedung bertingkat tinggi dilakukan dengan cara analisis arsip pada kriteria penilaian GBCI dan Peraturan Menteri PUPR Nomor 21 Tahun 2021. Pengembangan Struktur WBS pekerjaan green retrofitting gedung kantor bertingkat tinggi pada aspek MRC berdasarkan GBCI dan Permen PUPR Nomor 21 Tahun 2021 tersusun atas 3 (tiga) siklus proyek, 16 (enam belas) jenis pekerjaan, 41 (empat puluh satu) metode dan pendukung proses, dan 78 (tujuh puluh delapan) aktivitas pekerjaan. Indikator tolok ukur pekerjaan green retrofitting dari aspek MRC pada rating tools GREENSHIP terdiri dari MRC P1 Fundamental Refrigerant, MRC P2 Material Purchasing Policy, MRC P3 Waste Management Policy, MRC 1 Non ODS Usage, MRC 2 Material Purchasing Practice, MRC 3 Waste Management Practice, MRC 4 Hazardous Waste Management, dan MRC 5 Management of Used Good. Sedangkan, pada Daftar Simak Kinerja BGH untuk Bangunan Yang Sudah Ada Permen PUPR Nomor 21 Tahun 2021 terdiri dari Tahap Pemanfaatan dan Tahap Pembongkaran ......Indonesia's greenhouse gas emissions have continued to increase significantly since 2000, making it the fifth largest per capita emitter in the world in 2020. The benchmark analysis of the implementation of green retrofitting of high-rise buildings is carried out by means of archival analysis on the GBCI assessment criteria and the Minister of PUPR Regulation Number 21 of 2021. The development of the WBS structure for green retrofitting of high-rise office buildings in the MRC aspect based on GBCI and Permen PUPR Number 21 of 2021 is composed of 3 (three) project cycles, 16 (sixteen) types of work, 41 (forty-one) methods and supporting processes, and 78 (seventy-eight) work activities. The benchmark indicators of green retrofitting work from the MRC aspect of the GREENSHIP rating tools consist of MRC P1 Fundamental Refrigerant, MRC P2 Material Purchasing Policy, MRC P3 Waste Management Policy, MRC 1 Non ODS Usage, MRC 2 Material Purchasing Practice, MRC 3 Waste Management Practice, MRC 4 Hazardous Waste Management, and MRC 5 Management of Used Good. Meanwhile, the BGH Performance Checklist for Existing Buildings Permen PUPR Number 21 of 2021 consists of the Utilization Stage and Demolition Stage.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rowi Darmawiredja
Abstrak :
Air merupakan elemen penting yang dibutuhkan oleh manusia. Penggunaan air bersih yang berlebihan menyebabkan jumlah air bersih semakin berkurang. Jumlah air bersih yang semakin berkurang memicu manusia untuk menjaga ketersediannya. Salah satu upaya ini dapat dilakukan pada bangunan yang merupakan tempat yang sering digunakan manusia untuk beraktivitas. Tujuan penulisan ini adalah untuk meninjau upaya penghematan air pada bangunan bersertifikasi hijau melalui penerapan teknologi yang dapat mengefisiensikan penggunaan air. Peninjauan ini dilakukan pada bangunan fasilitas pendidikan di Universitas Indonesia yakni Gedung baru PUSGIWA UI. Teknologi pengefisiensian air yang digunakan pada bangunan ini dinilai melalui perbandingan dengan standar Bangunan Gedung Hijau, Greenship, dan EDGE. Data diperoleh dari gambar as built drawing bangunan, wawancara, serta survei lapangan untuk menyesuaikan antara gambar dengan kondisi lapangan. Teknologi fitur air yang digunakan pada bangunan hampir seluruhnya sudah memenuhi kriteria bangunan hijau. Disamping itu air yang telah digunakan pada bangunan ini dialirkan menuju danau sehingga tidak ada air yang digunakan kembali. ......Water is an element needed by humans. Excessive use of clean water causes the amount of clean water to decrease. The decreasing amount of clean water triggers people to maintain its availability. These efforts can be done in buildings which are places that used by humans for activities. The purpose of this paper is to review efforts to save water in green-certified buildings through the application of technology that can streamline water use. This review was carried out on the educational facility building at the Universitas Indonesia, namely gedung baru PUSGIWA UI. The water efficiency technology used in this building is assessed by doing comparison with Bangunan Gedung Hijau, Greenship, and EDGE standards. Data were obtained from as-built drawings of buildings, interviews, and field surveys to match the drawings and field conditions. The water feature technology used in buildings almost entirely meets the green building criteria. Besides that, the water that has been used in this building is channeled into the lake so that no water is reused.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>