Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sylva Dinie Alinda
Abstrak :
Latar Belakang: Ekstrak Biji Anggur EBA mengandung proanthosianidin PA yang berperan sebagai pengikat silang kolagen yang menentukan sifat mekanis dentin. Tujuan: menganalisis pengaruh EBA dengan kadar PA 2 9 terhadap kekerasan mikro dentin saluran akar. Metode: 50 gigi dibagi menjadi 3 kelompok yang direndam larutan EBA larutan NaOCl 3 dan aquabides Dilakukan pengukuran nilai kekerasan mikro metode Vickers Analisis data menggunakan uji Kruskal Wallis. Hasil: Nilai kekerasan mikro tertinggi pada kelompok EBA dan terendah kelompok NaOCl 3 Tidak terdapat perbedaan bermakna nilai kekerasan mikro kelompok EBA 2 9 dan aquabides p 0 05. Kesimpulan: Larutan EBA dapat mempertahankan kekerasan mikro dentin saluran akar. ......Background: Grape Seed Extract GSE contains proanthosianidin PA as collagen cross linking agent that determine dentin mechanical properties. Aim: To analyze GSE with 2 9 PA effect on root canal dentin microhardness. Method: 50 teeth divided into 3 groups which immerse in GSE NaOCl 3 and aquabides Microhardness value measured with Vickers method Data analyze with Kruskal Wallis. Result: The highest microhardness value on GSE group and the lowest on NaOCl group No significant difference in microhardness value of GSE group compared to aquabides group p 0 05. Conclusion: GSE solution maintain microhardness value of root canal dentin.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiah Rakhma Wisnu Wardani
Abstrak :
Anggur merupakan salah satu buah yang sudah dikenal. Masyarakat biasanya hanya dikonsumsi buah dan kulitnya saja padahal pada bijinya terkandung polifenol yang bermanfaat sebagai antioksidan. Namun, biji anggur dan ekstraknya memiliki rasa yang kurang enak. Oleh karena itu, pada penelitian ini ekstrak biji anggur diformulasikan menjadi sediaan tablet effervescent untuk menutupi rasa yang kurang enak. Tablet effervescent ekstrak biji anggur dibuat dalam tiga formulasi yang dibedakan konsentrasi effervescent mix-nya dan dibuat menggunakan metode granulasi basah di ruangan dengan kelembaban relatif (RH) 40% pada suhu 25°C. Selain dilakukan evaluasi granul massa tablet dan tablet, tablet effervescent ekstrak biji anggur ketiga formula dilakukan uji kesukaan kepada 30 responden. Hasil evaluasi granul massa tablet dan tablet effervescent ekstrak biji anggur menunjukkan hasil yang baik. Untuk hasil pengujian terhadap waktu larut berkisar antara 3,67 menit dan 4,69 menit. Selanjutnya, berdasarkan uji pH didapatkan hasil dengan rentang antara 5,18 dan 5,80. Berdasarkan analisis uji kesukaan, larutan effervescent ekstrak biji anggur disukai dari segi penampilan, rasa, dan aroma serta cukup disukai dari segi penampilan tabletnya. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa tablet effervescent ekstrak biji anggur berpotensi untuk diproduksi sebagai sediaan nutrasetika yang menarik. ...... Grape is one of the most well-known fruits. People usually consume only the fruit and the skin, whereas the seed actually has polyphenol content which can act as antioxidant. However, grape seed and its extract have unpleasant taste. For that reason, the aim of this study was to formulate grape seed extract into effervescent tablets, in order to overcome the unpleasant taste. Effervescent tablet of grape seed extract was formulated into three formulas which were differentiated by the percentage of effervescent mix. The effervescent tablet was prepared by wet granulation in condition of 40% relative humidity (RH) and 25˚C temperature. The effervescent granules and tablets were evaluated. Effervescent tablets and solutions of three formulas were also evaluated with hedonic test which involved 30 panels. The effervescent granules and tablets evaluation showed good characteristics. Disintegration time of three formulas was in acceptable range, between 3.67 minutes and 4.69 minutes. pH of effervescent solution was between 5.18 and 5.80. From hedonic test result, it was showed that all effervescent solutions of grape seed extract were favorable for their appearance, taste, and flavor. It can be concluded that effervescent tablet of grape seed extract is potential to be produced as nutraceutical dosage form.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S63548
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shelvy Soetanto
Abstrak :
Latar belakang: Ekstrak Biji Anggur (EBA) mengandung Proanthosianidin yang efektif sebagai agen antibakteri. Biofilm adalah komunitas mikrobialmultiseluler yang terdiri atas sel-sel yang berlekatan dan dapat membentuk matriks ekstraselular polisakarida. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan antibakteri larutan EBA terhadap biofilm E.faecalis. Metoda: E.faecalis ATCC 29212 dibuat dalam bentuk biofilm dengan cara diinokulasi diatas membran filter selulosa nitrat steril yang diletakkan di atas BHIA dandiinkubasi pada suhu 37oC selama 72 jam pada keadaan aerob. Kemudian dipapar dengan PBS (kontrol), larutan EBA, dan larutan Klorheksidin 2% masing-masing kelompok terdiri dari 3 tabung. Setiap tabung ditambahkan PMA dan analisis DNA E.faecalis menggunakan RT-PCR. Data dianalisis secara statistik dengan uji non parametrik Kruskal Wallis dan Mann-Whitney. Hasil: Larutan EBA memiliki kemampuan antibakteri terhadap biofilm E.faecalis. Apabila antar kelompok dibandingkan maka kemampuan antibakteri antar kelompok mempunyai nilai yang berbeda bermakna. Kesimpulan: Ekstrak Biji Anggur (EBA) memiliki kemampuan antibakteri terhadap biofilm E. faecalis. ...... Background: Grape Seed Extract contains Proanthosianidin which proven to be effective as antimicrobial agent. Biofilm is defined as multicelular microbial community, consist of cells attached to others and produce polisacharide extracelullar matrix. The aim of this study is to investigate antibacterial efficacy of grape seed extract againts E.faecalis biofilm. Method: E.faecalis ATCC 29212 strain was prepared in biofilmform using sterile nitrate selulose membrane, incubated on BHIA media at 37oC for 72 h. Each membrane contain E.faecalis biofilm was added to 3 tubes of PBS (control), 3 tubes of Grape Seed Extract, and 3 tubes of Clorhexidine 2%. The value of viable DNA cells was measured using RT-PCR. The data was analyzed statistically using non-parametric Kruskal-Wallis test and Mann-Whitney test. Result: Grape Seed Extract has antibacterial efficacy againts E.faecalis biofilm. The difference between all groups were statistically significant. Conclusion: Grape Seed Extract has antibacterial efficacy againts E.faecalis Biofilm.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mazhar Alamsyah
Abstrak :
Latar Belakang: Penggunaan larutan irigasi dapat berkontribusi terhadap keberhasilan perawatan saluran akar, EBA mulai dikembangkan sebagai larutan irigasi Tujuan: menganalisis tingkat kebocoran pengisian saluran akar pada sepertiga apeks dengan siler berbasis resin. Metode: 66 gigi premolar bawah manusia, dibagi secara acak kedalam 3 kelompok: EBA 2,9%, NaOCl 2,625%, aquades. Dilakukan pengisian, diinkubasi sebelum dilapisi cat kuku, serta direndam kedalam tinta india. Dekalsifikasi dan transparansi dengan metode Robertson. Penetrasi tinta diukur dengan skala Panthamvonich. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna tingkat kebocoran EBA 2,9% dibandingkan antar kelompok. Kesimpulan: Larutan EBA 2,9% mampu menurunkan tingkat kebocoran sepertiga apeks pengisian saluran akar ......Background: Irrigation can contribute to the succes of root canal treatment, Grape seed extract developed as irrigation solution. Purpose: analyze apical third leakage of root canal filling. Methods: 66 mandibular human premolars, randomly divided into 3 groups, EBA 2.9%, NaOCl 2.625%, aquadest. Each group obturated using guttap and siler-based resin (37 0C for 24 hours). coated all of samples with nail polish, immersed into indian ink. Decalcified and transparency with Robertson’s method. Evaluated and measured with Panthamvonich’s scale. Results: There are significant differences grape seed extract leakage rate compared between groups. Conclusion: Grape seed extract solution 2.9% is able to reduce of apical third leakage of root canal filling
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Natalia
Abstrak :
Ekstrak biji anggur (EBA) memiliki potensi besar sebagai pencerah kulit karena banyak mengandung senyawa polifenol. Namun, efeknya membutuhkan waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas serum emulgel EBA sebagai pencerah kulit serta derajat iritasinya pada kulit sukarelawan. Penetapan kadar fenol total dan resveratrol, aktivitas antioksidan dan penghambatan tirosinase dilakukan pada EBA. EBA dibuat dalam serum emulgel dengan konsentrasi 20% dan dievaluasi sifat fisikokimia dan stabilitas fisiknya. Potensi iritasi kulit dari formula dinilai dengan uji tempel 48 jam. Manfaat serum emulgel EBA sebagai pencerah kulit dievaluasi menggunakan Mexameter dengan mengukur indeks melanin kulit pada 30 orang sukarelawan. Kadar fenol total dan resveratrol pada EBA adalah 830 mg GAE/g (setara asam galat) dan 15,45 mg/100 g. EBA menunjukkan aktivitas antioksidan dan penghambatan tirosinase dengan nilai konsentrasi penghambatan setengah maksimal (IC50) adalah 7,84 dan 207,72 μg/mL. Serum emulgel EBA menunjukkan stabilitas fisik dan karakteristik yang baik yaitu homogen dan tidak terjadi sineresis. Penggunaan serum emulgel EBA tidak menyebabkan iritasi kulit dan menunjukkan penurunan indeks melanin yang signifikan (p < 0,05) sebesar 7,42% setelah 14 hari. Kesimpulan penelitian adalah serum emulgel EBA memiliki karakteristik yang baik, aman dan efektif sebagai kosmetik pencerah kulit. ......Grape seed extract (GSE) has great potential in exhibiting skin lightening properties due to its rich polyphenolic compounds. However, its effect takes a long time. The current study aimed to assess the effectiveness of the skin lightening GSE emulgel- based serum and also its degree of irritation in the skin of volunteers. The GSE was determined for the total phenolic and resveratrol contents, antioxidant, and tyrosinase inhibition activities. The GSE was prepared in 20% emulgel-based serum and evaluated for its physicochemical properties and physical stability. The potential for skin irritation of the formulation was assessed using the 48 h patch test. The effectiveness of the skin lightening GSE emulgel-based serum was evaluated using Mexameter by measuring the melanin index in 30 volunteers. The total phenolic and resveratrol contents of GSE were 830 mg GAE/g (gallic acid equivalent) and 15.45 mg/100 g, respectively. GSE demonstrated antioxidant and tyrosinase inhibitory activities with the half-maximal inhibitory concentration (IC50) of 7.84 and 207.72 μg/mL, respectively. The GSE emulgel-based serum showed good physical stability and characteristics which homogeneous and no syneresis. The application of the GSE emulgel-based serum did not cause any skin irritation and showed a significant decrease in the skin melanin index (p < 0.05) by 7.42% after 2 weeks. In conclusion, the GSE emulgel-based serum was safe and effective as a skin lightening product.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helmy Mubarak
Abstrak :
Ekstrak biji anggur memiliki kandungan senyawa fenol aktif yang melimpah. Senyawa fenol dalam ekstrak biji anggur memiliki permasalahan penetrasi melalui kulit karena bersifat hidrofilik. Tujuan penelitian ini yaitu membuat fitosom ekstrak biji anggur yang selanjutnya diformulasikan dalam serum untuk memperbaiki permasalahan penetrasi. Fitosom dibuat dalam tiga formula berdasarkan perbandingan massa antara ekstrak dan fosfatidilkolin, yakni 1:0,5; 1:1; dan 1:2, menggunakan metode hidrasi lapis tipis. Fitosom kemudian dikarakterisasi morfologi, distribusi ukuran partikel, potensial zeta dan efisiensi penjerapannya. Formula terpilih selanjutnya diformulasikan ke dalam serum berbasis gel, kemudian dievaluasi. Uji penetrasi secara in vitro dilakukan dengan sel difusi Franz pada sediaan serum fitosom dan serum tanpa fitosom sebagai kontrol. Hasil menunjukkan bahwa fitosom dengan perbandingan 1:1 merupakan formula paling optimal dengan karakteristik bentuk partikel yang sferis, Dmean volume sebesar 4147,83 nm, indeks polidispersitas 0,486, potensial zeta -25,2 mV dan efisiensi penjerapan sebesar 75,01 0,25 . Evaluasi sediaan yang dilakukan menunjukkan serum memiliki karakteristik yang baik. Persentase kumulatif zat terpenetrasi dari sediaan serum fitosom dan non fitosom sebesar 27,25 0,67 dan 11,97 0,49 . Serum fitosom memiliki nilai fluks sebesar 243,11 7,94 ?g/cm2.jam, sementara serum kontrol hanya 68,56 5,54 ?g/cm2.jam. Dapat disimpulkan bahwa serum fitosom ekstrak biji anggur dapat berpenetrasi lebih baik dibandingkan dengan serum tanpa fitosom. ...... Grape seed extract GSE contains abundant phenolic compounds. Phenolic compounds in GSE have an inadequate penetration because they are hydrophilic. The objective of this research was to make GSE phytosome which was then formulated into serum to improve the penetration problem. Phytosomes were prepared in three formulas based on the mass ratio between the extract and the phosphatidylcholine, 1 0.5, 1 1, and 1 2 using a thin layer hydration method. Phytosomes were then characterized in terms of morphology, particle size distribution, zeta potential and their entrappment efficiency. The selected formula was then formulated into a gel based serum, then evaluated. An in vitro penetration study was performed with Franz diffusion cells on phytosomal serum and non phytosomal serum as control. The results showed that the 1 1 ratio was the optimal formula among three with spherical shape, Dmean volume was 4147.83 nm, polydispersity index 0.486, zeta potential 25.2 mV and entrapment efficiency of 75.01 0.25 . The total cumulative phenol penetrated from the phytosomal serum and control were 27.25 0.67 and 11.97 0.49 respectively. The phytosomal serum had a flux value of 243.11 7.94 g cm2.hour, while the control serum was 68.56 5.54 g cm2.hour. It could be concluded that GSE phytosomal serum could penetrate better than non phytosomal serum.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69674
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library