Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prayoga Bintang Perdana, autho
Abstrak :
Periodontitis adalah penyakit inflamasi kronis yang mempengaruhi jaringan pendukung gigi dan memerlukan penanganan yang efektif untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Salah satu metode yang potensial adalah penggunaan local drug delivery film kitosan dengan penambahan glutaraldehid sebagai agen crosslinking untuk meningkatkan sifat mekaniknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh durasi perlakuan uap glutaraldehid terhadap sifat mekanik dan perilaku swelling film kitosan. Film kitosan diproduksi menggunakan metode solvent casting dengan komposisi 1% propolis dan gliserin sebagai plasticizer, kemudian dilakukan crosslinking dengan larutan glutaraldehid 0,5% pada suhu 37°C dengan variasi waktu perlakuan 12 jam, 24 jam, dan 48 jam. Karakterisasi film dilakukan menggunakan Fourier Transform InfraRed (FTIR), Scanning Electron Microscope (SEM), analisis swelling, dan uji tarik. Interaksi kimia antara kitosan dan glutaraldehid ditunjukkan dengan puncak dan shoulder peak pada 1651 cm-1 dalam FTIR, mengindikasikan pembentukan ikatan imina (Schiff base) yang mempengaruhi sifat mekanik dan stabilitas film serta menandakan proses crosslinking berhasil dilakukan. Hasil penelitian swelling menunjukkan peningkatan waktu crosslinking mengurangi derajat swelling film hingga 80,27%, dengan film yang diberi perlakuan glutaraldehid menunjukkan derajat swelling lebih rendah (17,50-12,12%) dibandingkan film tanpa perlakuan. Waktu crosslinking juga meningkatkan sifat mekanik film, dengan kekuatan dan kekakuan meningkat hingga 662,3% (566,7 MPa) pada 12 jam, 725,1% (620,3 MPa) pada 24 jam, dan 1061,2% (907,9 MPa) pada 48 jam, dibandingkan film tanpa glutaraldehid (85,6 MPa). Dengan demikian, durasi perlakuan glutaraldehid optimal untuk film kitosan dalam aplikasi penyembuhan periodontitis adalah 12 jam. Durasi ini menghasilkan film kitosan dengan derajat crosslinking yang optimal, derajat swelling terkontrol, dan peningkatan sifat mekanik yang signifikan, memungkinkan film mudah disisipkan ke dalam kantong periodontal dan memberikan penghantaran obat yang efektif tanpa menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan akibat pembengkakan. ......Periodontitis is a chronic inflammatory disease affecting the supporting tissues of teeth, requiring effective intervention to prevent further damage. One potential method is the use of local drug delivery chitosan films with the addition of glutaraldehyde as a crosslinking agent to enhance their mechanical properties. This study aims to evaluate the influence of glutaraldehyde vapor treatment duration on the mechanical properties and swelling behaviour of chitosan films. Chitosan films were produced using the solvent casting method with a composition of 1% propolis and glycerine as a plasticizer, followed by crosslinking with 0.5% glutaraldehyde solution at 37°C with treatment durations of 12 hours, 24 hours, and 48 hours. The characterization of the films was conducted using Fourier Transform Infrared (FTIR) spectroscopy, Scanning Electron Microscope (SEM), swelling analysis, and tensile testing. Chemical interactions between chitosan and glutaraldehyde were indicated by peaks and shoulder peaks at 1651 cm-1 in the FTIR analysis, suggesting the formation of imine bonds (Schiff base), which affect the mechanical properties and stability of the film, indicating successful crosslinking. The swelling results showed that increasing the crosslinking duration reduced the swelling degree of the film by up to 80.27%, with glutaraldehyde-treated films showing a lower swelling degree (17.50-12.12%) compared to untreated films. Crosslinking time also enhanced the mechanical properties of the film, with strength and stiffness increasing up to 662.3% (566.7 MPa) at 12 hours, 725.1% (620.3 MPa) at 24 hours, and 1061.2% (907.9 MPa) at 48 hours, compared to untreated chitosan films (85.6 MPa). Thus, the optimal glutaraldehyde treatment duration for chitosan films in periodontitis treatment applications is 12 hours. This duration produces chitosan films with optimal crosslinking, controlled swelling, and significant improvements in mechanical properties, allowing the film to be easily inserted into periodontal pockets and provid.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Hasmy
Abstrak :
Instalasi radiologi memiliki sejumlah bahaya yang mengancam keselamatan dan kesehatan para pekerjanya atau para radiografer. Salah satu bahaya tersebut adalah bahaya kimia. Terdapat lebih dari 5 jenis bahan kimia yang digunakan dalam proses pencucian film. Glutaraldehyde adalah salah satu bahan kimia yang digunakan dan diketahui sebagai bahan yang memicu alergi dan gangguan pernafasan. Telah banyak dilaporkan gangguan kesehatan khususnya gangguan pernafasan yang disebabkan oleh glutaraldehyde di rumah sakit - rumah sakit di mancanegara. Metode penelitian ini menggunakan studi observasi dimana datanya akan diolah menggunakan table analisis risiko dan persamaan konsentrasi pajanan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat risiko pada kamar gelap menunjukkan angka yang mengkhawatirkan menurut standar AS/NZS. Pajanan glutaraldehyde di kamar gelap yang dideteksi menggunakan persamaan EPA menunjukkan kondisi aman dalam fase 24 jam dan fase tiga bulan bekerja. Fenomena masking effect juga terlihat di instalasi radiologi dimana bahaya kimia tertutupi oleh bahaya radiasi. Pengendalian bahaya yang telah dilakukan harus ditingkatkan kembali karena terlihat alat pelindung yang digunakan belum sesuai dengan peruntukannya. Selain itu potensi bahaya di kamar gelap dapat dihilangkan dengan cara mengganti metode pencucian dengan menggunakan metode komputerisasi yang tanpa menggunakan bahan kimia. ......Radiology installation have a number of hazard threaten safety and health of workers or radiographers, and one of hazard is chemical. There are more than 5 chemical ingredient used to process the radiographic film and glutaraldehyde is one of chemical ingredient known as sensitizer and respiratory disorder. There are a number of health problem report especially respiratory disorder from a lot of hospital abroad. This research method using a observation studi where data will be treated by risk analysis table and equation of exposure concentration. The result show that level of risk in the darkroom in the large number poin position according the AS/NZS standard. Exposure of glutaraldehyde in the darkroom detected using the equation of EPA show the safe condition in the phase of 24 hour and the phase of 3 month. The masking effect phenomenon have also been in radiologic installation where the chemical hazard is masked by the radiation hazard. The hazard control that have done must be improving because the personal protective equipment used is not suitable. Furthermore the hazard potention in the darkroom can be eliminated by using the computerize radiography method using no chemical ingredient.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46710
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizil Hamid
Abstrak :
Film bionanokomposit kitosan/Na-MMT/glutaraldehid (GLA) telah berhasil disintesis dengan metode solvent casting. Selain itu, uji aktivitas antimikroba dengan bakteri S. aureus dan Salmonella juga telah dilakukan. Terdapat tiga tahapan dalam melakukan sintesis. Tahapan pertama adalah Sintesis serbuk Bionanokompoit dengan metode presipitasi lalu tahapan selanjutnya serbuk bionanokomposit digunakan untuk pembuatan Film berbasis kitosan sehingga terbentuk Film Bionanokomposit Na-MMT/Kitosan/GLA. Selain itu juga dilakukan variasi penambahan material pada permbuatan serbuk bionanokomposit yaitu penambahan kitosan (0,5; 1; 2; 3 ;4 gram), variasi penambahan Na-MMT (0,5; 1; 2; 3 ;4 gram) terhadap 10 mL GLA dan variasi Na-MMT berbanding kitosan terhadap GLA masing-masing yaitu; (0,5:2,5); (1:2); (1,5:1,5); (2:1); (2,5:0,5) gram. Karakterisasi yang dilakukan berupa FTIR, XRD, TEM, uji kelarutan dalam air dan uji aktivitas antibakteri. Karakterisasi FTIR memberikan indikasi interaksi GLA dengan kitosan ditunjukkan adanya puncak pada bilangan gelombang 1613 cm-1 dan interaksi Kitosan dengan Na-MMT oleh munculnya regangan (C=N) pada bilang gelombang 1613 cm-1. Selain itu, karakterisasi XRD pada serbuk bionanokomposit menunjukkan pergeseran nilai basal spacing pada Na-MMT. Hal ini mengindikasikan bahwa GLA telah berhasil melakukan interkalasi terhadap Na-MMT dan menjadikan sifat hidrofilik dari Na-MMT menjadi organofilik. Sebagai pendukung data pada karakterisasi XRD, karakterisasi TEM memperlihatkan layer Na-MMT yang telah terinterkalasi. Uji kelarutan dalam air yang telah dilakukan memperlihatkan penyusutan bionanokomposit terkecil sebesar 9,19 % dari berat semula yaitu kitosan film dengan persen kelarutan dalam air yaitu sebesar 23,44%. Selain itu, uji aktivitas antibakteri memberikan nilai zona hambat paling besar yaitu 15,5 mm pada bakteri Salmonellla sp dan 8,5 mm pada bakteri S aureus setelah inkubasi 48 jam. ......In this study, the solvent casting method was used to successfully produce a chitosan/Na-MMT/glutaraldehyde (GLA) bionanocomposite film. Antimicrobial activity studies also performed. The microorganisms Staphylococcus aureus and Salmonella were also tested. In the synthesis, there are three steps. The initial stage is to make bionanocomposite powder using the precipitation method, followed by bionanocomposite preparation. Then the next step is the bionanocomposite powder used to manufacture chitosan-based films to form a Na-MMT/chitosan/GLA bionanocomposite film. In addition, variations in the addition of materials to the manufacture of bionanocomposite powders were carried out, namely the addition of chitosan (0.5; 1; 2; 3 ;4 grams), variations in the addition of Na-MMT (0.5; 1; 2; 3 ;4 grams) to 10 mL of GLA and variation of Na-MMT versus chitosan to GLA, respectively; (0,5:2,5); (1:2); (1,5:1,5); (2:1); (2.5:0.5) grams. Characterization carried out in the form of FTIR, XRD, TEM, water solubility test and antibacterial activity test. The FTIR characterization gave an indication of the interaction of GLA with chitosan indicated by the peak at wave number 1613 cm-1 and the interaction of Chitosan with Na-MMT by the appearance of streching (C=N) at wave number 1613 cm-1. In addition, the XRD characterization of the bionanocomposite powder showed a shift in the basal spacing value of Na-MMT. This indicates that GLA has successfully intercalated Na-MMT and made the hydrophilic nature of Na-MMT organophilic. To support the data on XRD characterization, TEM characterization shows the intercalated Na-MMT layer. The water solubility test that has been carried out shows the smallest shrinkage of the bionanocomposite of 9.19% from its initial weight, namely chitosan film with a percent solubility in water of 23.44%. In addition, the antibacterial activity test gave the greatest inhibition zone value, namely 15.5 mm for Salmonella sp and 8.5 mm for S aureus after 48 hours of incubation.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiffany Natasya Dianti
Abstrak :
Dampak waktu pengikatan silang glutaraldehida (GA) pada morfologi, sifat kimia, dan perilaku pembengkakan komposit spons gelatin / monetit yang digunakan untuk aplikasi hemostatik. Glutaraldehid meningkatkan integritas struktural matriks gelatin dengan membentuk ikatan kovalen, menciptakan jaringan tiga dimensi yang meningkatkan sifat mekanik. Analisis SEM menunjukkan bahwa variasi GA mempengaruhi struktur berpori komposit. FTIR mengkonfirmasi bahwa glutaraldehida bereaksi dengan gugus amina gelatin untuk membentuk jaringan kovalen yang stabil. Partikel monetit yang terdispersi secara seragam meningkatkan kekuatan mekanik dan osteokonduktivitas. Tes pembengkakan menunjukkan pembengkakan awal tertinggi pada sampel Non-GA (~ 350%) dalam waktu 20 menit, diikuti oleh GA-12 (~ 320%) dan GA-24 (~ 300%). GA-48 menunjukkan pembengkakan yang lebih lambat, mencapai puncaknya sekitar 250% setelah 40 menit. Temuan ini menyoroti peran penting konsentrasi GA dalam menentukan karakteristik komposit, sehingga cocok untuk regenerasi tulang dan rekayasa jaringan. ......The impact of glutaraldehyde (GA) crosslinking time on the morphology, chemical properties, and swelling behavior of gelatin sponge/monetite composites used for hemostatic applications. Glutaraldehyde enhances the gelatin matrix's structural integrity by forming covalent bonds, creating a three-dimensional network that improves mechanical properties. SEM analysis showed that GA variations affect the composite's porous structure. FTIR confirmed that glutaraldehyde reacts with gelatin's amine groups to form a stable covalent network. Uniformly dispersed monetite particles enhance mechanical strength and osteoconductivity. Swelling tests revealed Initial swelling is highest in the Non-GA sample (~350%) within 20 minutes, followed by GA-12 (~320%) and GA-24 (~300%). GA-48 exhibits slower swelling, peaking at about 250% after 40 minutes. These findings highlight the crucial role of GA concentration in defining the composites' characteristics, making them suitable for bone regeneration and tissue engineering.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Yulli Kartika
Abstrak :
Banyaknya penggunaan plastik konvensional menyebabkan penumpukan sampah plastik, sehingga menimbulkan masalah lingkungan. Plastik biodegradable berbahan dasar selulosa dapat digunakan sebagai alternatif pengganti plastik konvensional, karena ramah lingkungan, mudah didapat dan mudah terdegradasi. Namun, penggunaan selulosa sebagai bahan dasar bioplastik diperlukan modifikasi fisika atau kimia untuk meningkatkan sifat fisik dan mekaniknya. Pada penelitian ini, peningkatan sifat fisik dan mekanik bioplastik berbahan dasar selulosa dilakukan dengan penambahan PVA dan menggunakan agen pengikat silang glutaraldehid serta filler kitosan. Optimasi sintesis film selulosa/PVA dilakukan dengan variasi glutaraldehid 0-56% dan kitosan 0-33%. Hasil sintesis film bioplastik diuji ketebalan, swelling dan kelarutan, biodegradabilitas dan sifat mekanik, konsentrasi optimum masing-masing variasi glutaraldehid dan kitosan dikarakterisasi dengan TGA, FT-IR, SEM dan XRD. Film bioplastik ini juga ditambahkan senyawa aktif antimikroba dan antioksidan Rosemary Essential Oil (REO) untuk meningkatkan keunggulan bioplastik. Hasil penelitian menunjukkan modifikasi filmselulosa/PVA yang diikat silang dengan glutaraldehid dan penambahan filler kitosan dapat meningkatkan sifat fisik dan mekanik bioplastik, dengan konsentrasi optimum masing-masing variasi adalah 56%(b/b) dan 33%(b/b), serta terbukti dapat meningkatkan keunggulan bioplastik karena memiliki aktivitas antimikroba dan antioksidan
A large number of conventional plastic use causes an accumulation of plastic waste, causing environmental problems. Cellulose-based biodegradable plastics can be used as an alternative to conventional plastics, because they are environmentally friendly, easy to obtain, and easily degraded. However, the use of cellulose as a bioplastic base material requires physical or chemical modifications to improve it is physical and mechanical properties. In this study, improvement of physical and mechanical properties of cellulose-based bioplastics was carried out by adding PVA and using glutaraldehyde crosslinking agent and chitosan filler. Optimization of cellulose/PVA films synthesis was done with a series concentration of glutaraldehyde and chitosan, 0-56% and 0-33% (w/w) respectively. The results of bioplastic film synthesis were evaluated for thickness, swelling and solubility, biodegradability and mechanical properties, the optimum concentration of each variation of glutaraldehyde and chitosan was characterized by TGA, FT-IR, SEM, and XRD. Bioplastic films were also added to the antimicrobial and antioxidant properties of Rosemary Essential Oil (REO) to increase the superiority of bioplastics. The results showed that the modification of the cellulose/PVA film crosslinked with glutaraldehyde and the addition of chitosan filler improve the physical and mechanical properties of bioplastic, with the optimum concentration of each variation being 56% (w/w) and 33% (w/w). The addition of Rosemary Essential Oil has been proven can increase the capability of bioplastics because of antimicrobial and antioxidant activity.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nahdalea Bisansa Putri
Abstrak :

Plastik konvensional merupakan plastik yang terbuat dari senyawa polimer yang sulit untuk terdegradasi. Bioplastik menjadi alternatif bagi plastik konvensional saat ini karena sifatnya yang dapat terdegradasi. Bioplastik umumnya disintesis dari polimer alami, salah satunya adalah polisakarida. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mensintesis bioplastik dari pati tapioka dan PVA yang diikat silang menggunakan agen pengikat silang glutaraldehida dan selulosa palmitat sebagai filler. Warna dari produk selulosa palmitat yang didapat adalah jingga atau kuning kecoklatan. Bioplastik disintesis dengan lima modifikasi yaitu PVA, PVA/Pati, PVA/Pati diikat silang dengan glutaraldehida, PVA/Pati diikat silang dengan selulosa dan PVA/Pati diikat silang dengan selulosa palmitat. Bioplastik PVA memiliki nilai transparansi yang paling dekat dengan plastik konvensional, namun bioplastik PVA/pati/glutaraldehid/selulosa palmitat memiliki nilai transparasi yang tidak berbeda jauh dengan plastik konvensional. Selulosa palmitat dan bioplastik dikarakterisasi dengan FTIR. Hasil uji swelling dan kelarutan menunjukkan bahwa bioplastik PVA memiliki DS (Degree of Swelling) dan kelarutan yang paling tinggi, sedangkan bioplastik PVA/pati/glutaraldehid/selulosa palmitat memiliki DS dan kelarutan yang paling rendah. Pada uji kuat tarik, didapatkan hasil bahwa PVA/pati yang diikat silang dengan glutaraldehid dan diperkuat oleh selulosa palmitat memiliki kuat tarik yang paling tinggi.

 


Conventional plastics are plastics made from polymer compounds that are difficult to degrade. Bioplastics are an alternative to conventional plastics today because they are degradable. Bioplastics are generally synthesized from natural polymers, one of them is polysaccharides. The purpose of this study is to synthesize bioplastics from tapioca starch and PVA which are crosslinked using glutaraldehyde as the crosslinking agent and palmitate cellulose as fillers. The color of the cellulose palmitate product obtained is orange or brownish yellow. Bioplastics were synthesized with five modifications, PVA, PVA/Starch, PVA/Starch crosslinked with glutaraldehyde, PVA/Starch crosslinked and cellulose added and PVA / Starch crosslinked and cellulose palmitate added. PVA bioplastics have the closest transparency values to conventional plastics, but PVA/starch/glutaraldehyde/cellulose palmitate bioplastics dont have transparency values with much differences from conventional plastics. Cellulose palmitate and bioplastics were characterized by FTIR. Swelling and solubility test results showed that PVA bioplastics had the highest DS (Degree of Swelling) and solubility, whereas PVA/starch/glutaraldehyde/cellulose palmitate bioplastics had the lowest DS and solubility. Tensile strength test results proved that PVA / starch which was crosslinked with glutaraldehyde and reinforced by cellulose palmitate had the highest tensile strength.

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Lioner
Abstrak :
Hidrogel adalah pembalut luka modern yang dapat menangani eksudat luka sekaligus mempertahankan kelembaban yang optimal. Hidrogel yang hanya mengandung satu polimer memiliki kekuatan mekanik, elastisitas, dan stabilitas yang rendah. Oleh sebab itu, penggabungan dua jenis polimer dalam pembuatan hidrogel banyak diterapkan dalam aplikasi biomedik saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengarakterisasi dan membandingkan hidrogel yang dibentuk dari polimer kitosan dan gelatin yang ditaut silang menggunakan glutaraldehid dan genipin untuk pembalut luka. Kedua hidrogel dibuat menggunakan metode yang sama yaitu menggunakan agen penaut silang kimia. Morfologi, identifikasi gugus fungsi, pola difraksi sinar-X, stabilitas termal, sifat mekanik, kemampuan mengembang, dan evaporasi air dari hidrogel diuji. Hasil karakterisasi dari kedua hidrogel serupa karena glutaraldehid dan genipin memiliki mekanisme taut silang yang serupa terhadap polimer kitosan dan gelatin. Kemampuan mengembang metode taut silang glutaraldehid (63,07%) lebih tinggi daripada genipin (58,25%). Hasil uji sifat mekanik metode taut silang glutaraldehid lebih rendah yaitu 0,0061 MPa (mengembang) dan 0,0517 MPa (kering) dibandingkan genipin yaitu 0,0087 MPa (mengembang) dan 0,1187 MPa (kering). Laju evaporasi air metode taut silang glutaraldehid lebih tinggi (27,21%) daripada genipin (24,85%). Berdasarkan hasil karakterisasi dan evaluasi, hidrogel yang ditaut silang dengan genipin dapat menggantikan hidrogel ditaut silang glutaraldehid sebagai pembalut luka. ......Hydrogels are modern wound dressings which have the ability to absorb wound exudates while providing an optimum moist environment for the wound. Hydrogels made up of just one polymer have poor mechanical properties, low elasticity, and thermal instability. Therefore, two or more different types of polymers were usually used in the fabrication of hydrogels for applications in biomedical areas. The purpose of this study is to prepare chitosan/gelatin hydrogels crosslinked with glutaraldehyde and genipin as well as to characterize and study their properties as a wound dressing. Both hydrogels were fabricated by chemical crosslinking using a crosslinker. Morphology, FT-IR analysis, X-ray diffraction, thermal stability, mechanical properties, swelling capability, and water evaporation were tested. Characterization of both hydrogels showed similar results because they have similar crosslinking mechanisms when added to chitosan and gelatin. Glutaraldehyde-crosslinked hydrogel has higher swelling capability (63.07%) than genipin (58.25%). Glutaraldehyde-crosslinked hydrogel has lower tensile strength which are 0.0061 MPa (swelling) and 0.0517 MPa (dried) than genipin which are 0.0087 MPa (swelling) and 0.1187 MPa (dried). Glutaraldehyde- crosslinked hydrogel has higher water evaporation rate (27.21%) than genipin (24.85%). Based on overall characteristics and evaluation, genipin-crosslinked hydrogel can be used to replace glutaraldehyde-crosslinked hydrogel as a wound dressing.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Boy Bonatahi Fh
Abstrak :
Peningkatan penggunaan plastik konvensional nondegradabel menyebabkan permasalahan lingkungan dan kesehatan. Pengembangan plastik degradable atau bioplastik menjadi salah satu alternatif penyelesaian masalah tersebut. Selulosa merupakan salah satu bahan bioplastik yang dapat digunakan sebagai pengganti plastik konvensional nondegradable. Namun, penggunaan selulosa sebagai bioplastik memerlukan peningkatan sifat mekaniknya. Pada penelitian ini, memodifikasi film selulosa dengan PVA melalui metode blending yang ditambahkan glutaraldehid sebagai crosslinker dan filler ZnO sebagai penguat untuk meningkatkan sifat mekanik bioplastik. Optimasi sintesis selulosa/PVA dilakukan dengan variasi konsentrasi glutaraldehid sebesar 0%, 30%, 46% dan 56 % (b/b) serta ZnO sebesar 0%, 0,5%, 0,9% dan 1,3% (b/b). Film bioplastik juga ditambahkan minyak kayu manis sebagai antimikroba dan antioksidan. Hasil sintesis bioplastik dikarakterisasi dengan SEM, XRD, FTIR dan TGA serta dianalisa sifat mekanik, ketebalan, swelling, kelarutan, biodegrababilitas, aktivitas anti mikroba dan antioksidan. Berdasarkan data penelitian, diperoleh modifikasi film selulosa/PVA-crosslinked glutaraldehid dan penambahan filler ZnO dapat meningkatkan sifat fisik dan mekanik film bioplastik , dengan konsentrasi optimum variasi glutaraldehid pada 56% dan ZnO pada 1,3% dengan nilai tensile strength masing-masing sebesar 9,75 MPa dan 9,37 MPa. Adanya penambahan minyak kayu manis juga meningkatkan mutu bioplastik sehingga dihasilkan bioplastik yang bersifat antioksidan dan antimikroba. ......The increasing use of non-degradable conventional plastics have caused environmental and health problems. The development of degradable plastics or bioplastics is an alternative solution to this problem. Cellulose is one of bio-based plastic material, commonly known as bioplastic that can be used as a substite for conventional non-degradable plastics. However, the use of cellulose as a bioplastic requires improvement in its mechanical properties. In this study, cellulose/PVA was modified with glutaraldehyde as a crosslinker and reinforced by ZnO as a filler in order to improve bioplastic mechanical properties. Optimization of cellulose / PVA synthesis was carried out with variations in glutaraldehyde concentrations which were 0%, 30%, 46% and 56% (w / w) and ZnO of 0%, 0.5%, 0.9% and 1.3% (w / w). The bioplastic film was also added with cinnamon oil as an antimicrobial and antioxidant agent. The results of bioplastic film synthesis were evaluated for SEM, XRD, FTIR and TGA and were analyzed for their mechanical properties, thickness, swelling, solubility, biodegradability, anti-microbial and antioxidant activity. Based on the research data, Modified crosslinked Cellulose/PVA with glutaraldehyde and reinforced with ZnO improved the physical and mechanical properties of the bioplastic film, with the optimum concentration of variations of glutaraldehyde of 20% and ZnO aof 1.3%. The addition of cinnamon oil also increased bioplastic properties which had antioxidant and antimicrobial bioactivity.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library