Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ari Fadiati
Abstrak :
ABSTRAK
Sebagian beaar keglatan pembangunan adalah mengolah Biuaber alam dan mengubah lingkungan. Menurut Sallm (1990:28), perubahan lingkxmgan dapat memutuskan mata rantai dalam berbagai elklue yang hldup dalam ekosistem, eehingga mengganggu keeelarasan hubungan manusla dengan lingkungannya. Karena itu eangatlah penting agar proses pembangunan dllakukan dengan memelihara keutuhan berfungsinya berbagai siklue yang hidup dalam ekosistem ini. Sehubiuigan dengan hal tersebut, maka sasaran pembangionan diutamakan pada peningkatan kualitaa hldup. Dengan demikian diharapkan 4 akan lahir manuaia-manusia yang berkualitae yang dapat mengisi kegiatan pembangunan dengan bijaksana, arif dan bertanggung j awab, sehingga pembangunan dapat terus berlanjut. Anak adalah generasi penerus bangsa dan modal dalam pembangunan yang akan memelihara, mempertahankan, melaksanakan, dan mengembangkan hasil pembangunan serta yang akan melanjutkan upaya dalam menjaga keseimbangan lingkungan hidup. Untuk memenuhi fungsi tersebut diperlukan kesehatan fisik dan mental. Kesehatan fisik berhubungan erat dengan kondisi gizi seseorang. Namun kenyataannya, kondisi gizi anak dewasa ini sangat memprihatinkan. Laporan UNICEF menyebutkan 1/4 jut a anak di dunia meninggal eetiap minggu, dan jutaan lagi hanya mampu bertahan hidup selama setengah masa kehidupan mereka, karena menderita kekurangan gizi dan keaehatan yang buruk (Grant, 1992:5). Padahal menurut Salim (1988:12), salah satu cara meningkatkan kualitas hidup adalah meningkatkan kualitas diri manusia secara fisik dan nonfisik. Bersifat fieik antara lain adalah gizi. Sehubungan hal tereebut, Strong dalam pidato di Konferenei Lingkungan dan Pembangunan Sedunia tahun 1992, mengatakan upaya mengurangi keeakitan dan kekurangan gizi pada anak sangat penting, bukan hanya untuk kepentingan sendiri tetapi juga*sebagai sarana untuk membantu mengurangi tekanan penduduk dan memungkinkan pembangunan lingkungan dapat berkelanjutan dalam abad ke-21 dan setelah itu (Strong dalam Grant, 1992:21). Banyak faktor yang berhubungan dengan statue gizi seorang anak. Pengetahuan glzl yang dimiliki ibu mempunyai hubungan erat dengan status gizi anaknya. Dalam teori saluran dari Lewin disebutkan bahwa ibu rumah tangga atau anggota keluarga lain yang mengendalikan arus makanan mempunyai peranan yang penting dalam pengelolaan makanan keluarga (Lewin dalam Khumaidi, 1986:36). Mar'at (1981:13) mengatakan, pengetahuan dan perasaan yang merupakan kluster dalam sikap akan menghasilkan tingkah laku tertentu. Selain itu Suriasumantri (1990:42), menambahkan semakin tinggi tingkat pengetahuannya maka semakin tinggi pula tingkat penalarannya. Faktor lain yang berhubungan dengan status gizi adalah konsumsi sehari-hari. (Khumaidi, 1989:84) mengatakan, konsumsi makanan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk dapat mempertahankan dan melaksanakan kewajiban hidup. Jumlah yang diperlukan hanya secukupnya, bila kurang atau lebih dari kebutuhan akan berdampak buruk bagi kesehatan. Selain itu Syarief (1992:5)
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan, 1992
641.109 IND m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Rachmat
Abstrak :
Krisis ekonomi yang berkepanjangan membawa dampak negatif pada berbagai aspek kehidupan masyarakat, seperti meningkatnya jumlah anak yang mendeiita gizi bumk. Salah satu kelompok masyarakat yang rawan terhadap timbulnya masalah gizi bumk adalah anaI<~anak terlantar. Lembaga sosial yang menangani anak-anak terlantar tefsebut adalah PSAA (panti sosial asuhan anak). Sebagai Iembaga sosial yang menangani anak-anak terlantar, PSAA scnantiasa bcmpaya membina anak-anak asuhnya agar menjadi generasi sehal. Unmk membina anak-anak asuh yang sehat salah satu faktor yang diperlukan adalah penyediaan makanan yang dapat memenuhi keculcupan gizi seirnbang. Dengan texjadinya krisis ekonomi, ditengarai PSAA mengaiami penurunan pelayanan, khususnya di dalam penyediaan makanan_ Dalam rangka mengetahui keadaan gizi anak-anak asuh di PSAA dilakukan penelitian status gizi dan konsumsi makanan di sejumlah lembaga PSAA di DK1 Jakarta dan Tangerang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan anlara konsumsi energi dan status gizi serta faktor-taktor lain yang terkait pada anak umur 6-18 mhun di PSAA se-wilayah DKI Jakarta dan Tangerang pada tahun 1999. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder hasil survai penilaian status gizi dan konsumsi makanan pada sejumlah lembaga PSAA di wilayah DKI Jakarta dan Tangerang yang dilakukan oleh Subdirektorat Bina Gizi di Institusi Direktorat Bina Gizi Masyarakat Deparlemen Kesehatan Republik Indonesia. Rancangan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah rancangan 'cross sectional" yang melibatkan 308 orang responden yang berasal dad 48 PSAA Sebagai variabel terikat adalah status gizi yang ditentukan berdasarkan indeks TB/U dan indeks BB/U menggunakan "Z~scorc". Sedangkan variabel bebas yang ingin dipclajari kaitannya dengan status gizi adalahz status konsumsi energi, status konsumsi protein, status konsumsi zat besi (Fc), lama tinggal anak di PSAA, umur_ dan jenis kelamin Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berstatus gizi tergolong KEP berdasarkan indeks TBIU sebcsar 49,7% dan berdasarkzm indeks BB/U sebesar 32,8%. Sebagian besar responden tergolong berstatus konsumsi kritis, baik konsumsi encrgi, konsurnsi protein, maupun konsumsi zat best (Fc) yakni masing-masing Sebesar 54,5%, 62,0% dan 68,2%. Terdapat hubungan signifikan antara vmiabel Status konsumsi cnergi dan status gizi dengan angka OR sebesar 1,7 (p=0,000l; 95%CI: 1,2--2,2) pada indeks TB/U aan OR sebesar 2,2 (p=0,0067; 95%C1: 1,2--3,s) pada indeks BB/U. Berdasarkan indeks BB/U kemungkinan responden yang telah tinggal di PSAA selama 2 36 bulan untuk ter!-cena KEP sebesar 0,59 kali (p=0,0325; 95%CI: 0,36--0,95) dibandingkan dengan mercka yang tinggal di PSAA < 36 bulan. Rjsiko rcsponden perempuan untuk menderita KEP sebesar 0,59 kali (p=0,0230; 95%CI: 0.3 s-41.93 ) pada indeks Tnfu am 0,42 kati (p=0,000S; 9s%c1; 0.25--0.68 ) pada indeks BB/U dibandingkan dengan responden laki-laki. Dari hasil analisis regresi ganda logistik terhadap variabel tedkat status gizi berdasarkan indeks TB/U diperoleh model persamaan regesi sebagai berilcut: Ln p/1-p; -0.4482 + 0.9090 (status konsumsi energi) + 0.3129 (status konsumsi protein) - 0.7004 (un1ur)- 0.4208 (jenis kelamin). . ' Sedangkan berdasarkan indeks BB/U model persamaan regresi yang diperolch adalah sebagai berikut: Ln p/I-pg -0.9249 + 0.9116 (status konsumsi enefgi) + 0.5611 (status konsumsi protein) - 0.6561 (lama Linggal di PSAA) - 0.8256 (ienis kelamin) - 0.3110 (umur). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh disarankan agar pihak yang terkait dengan PSAA dapat memberi perhatian lebih agar PSAA dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas makanan yang disajikan bagi anak asuhnya. Masih diperlukan penelitian serupa terhadap populasi di komunitas yang meliputi lebih banyak lagi variabel bebas sehingga didapatkan gambaran yang sesungguhnya di masyarakat.
Abstract
A long term of the economic crisis effect to the negative impact of social life aspects, such as the increment of under nutrition problem. One of the hirnerable group of under nutrition are the neglected children- Orphanage is a social institution which responsible to neglected children. This institution have to raised , guide and caring the children become a healthy generation. Providing a balance (nutrition) diet as an imponant fitctor to meet the requirement of growth phase of each child. In line with the economic crisis, we assume that there is a decreasing food availability in the orphanage, named PSAA (panti sosial asuhan anak). This study was conducted to investigate the nutritional status and food consumption of children in the Jakarta and Tangerang orphanages. The aim of the study is to examined the relationship between energy consumption and nutritional status included its related factors of children 6 to 18 years of ages in Jakarta and Tangerang in 1999. The study was analysed the secondary data from the survey of nutritional status and food consumption at some PSAA which execute by Nutrition Board of Indonesian Ministry of Health. The design of this study was Cross sectional, 308 respondents were involved from 48 PSAA_ Nutritional status as the dependent variable determined by height for age and weight for age using Z-score. The independent variables which related to nutritional status were: energy consumption status, protein consumption status, length of stay in the orphanage, age, and gender. The result of this study shows that the prevalence of protein energy malnutrition (PEM) is 49.7% (height for age) and 32.8% (weight for age). Most of the respondents are catagoties as critical consumption, included energy consumption, protein consumption, and iron consumption was 54.5%, 62.0%, and 68.2% respectedly. Significance relationship was found between energy consumption status and nutritional status (OR= 1.7; at p-value=0.000l; 95%Cl: l_3-2.2) using height for age indices and OR = 2.2 (p=0.0067; 95%Cl: 1_2--3.8) using weight for age indices. Based on weight for age. the risks of respondent who stayed at orphanage for 36 months or more to become PEM was 0.59 times (p=0.0325; 95%CI: 0,36--0.95) compared to them whose stayed less then 36 months in the orphanage. The risks of female respondents to become PEM was 0.59 times (p=0.0230; 95%Cl:0.38-0.93) using height for age and 0.42 times (p=o.ooo5; 95%CI: 025-- O.68) using weight for age compared to male respondents. The result of logistic multiple regression analysis to nutritional status as a dependent variable using height for age was finding the regression model as follows: Ln p/l-p : -0.4482 + 0.9090 (energy consumption status) + 0.3129 (protein consumption status) - 0.7004 (age) - 0.4208 (gender). While based on weight for age, the regression equation was: ln p/1-p: -0.9249 + 0.91 I6 (energy consumption status) + 0_5611 (protein consumption status) - O.656l (length of stayed in orphanage) - 0.8256 (gender) - 0.3110 (age). Refers to the result of this study, we rocommand to every institution or non goverment organization (NGO) which relate to orphanage could give their participation, funding and guidance in order to increase the quantity and quality of food consumed by the orphanage child. This study recommend a further study in order to know the real condition of this problem especially in others independent variables.
xviii, 105 pages: illustration; 28 cm + appendix: Universitas Indonesia, 2001
T6481
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Depkes , 2005
613.208 3 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rijanti
Abstrak :
Status gizi anak dapat ditentukan dengan menggunakan perhinmgan Indeks Massa Tubub (IMT) anak menurut jenis kelamin dan umur berdasarkan kuwa pensentiie dari CDC Growth. Kelebihan gizi anak sekolah disebabkan karena konsumsi energi yang berlebih dari kebutuhan dan berlangsung dalam waktu yang lama. Faktor lain adalah kurangnya aktivitas, karena adanya kebiasaan menonton televisi dan bermain komputer, adanya perubahan gaya hidup akibat meningkatnya perekonomian, kebiasaan makan makanan tinggi kalori dan lemak serta rendah serat yang diwujudkan dengan semakin banyak dijualnya makanan jajanan dan fast food. Penelitian ini dilakukan di SD PSKD Kwitang VIII Depok pada bulan Oktober dan Nopember tahun 2001. Didapatkan kejadian status gizi kurang sebesar 9,6% dan status gizi lebih sebesar 29,8%. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan konsumsi makanan dan faktor-faktor lain dengan status gizi anak sekolah tersebut. Desain penelitian adalah croseseciional dan cara pengambilan sampel dengan sistematika random. Sampel adalah murid keias IV~VI dengan jumlah 200 orang. Analisis data dilakukan dengan regresi linear, status gizi diukur dalam IMT sebagai variabel dependen dan variabel-variabel umur, jenis kelamin, berat badan lahir, pendidikan orang tua, status bekerja ibu, jumlah anak, IMT orang tua, konsumsi makanaan, pola makan, kebiasaan jajan, kebiasaan makan fast food, olahraga dan pendapatan/kapita/bulan sebagai variabel independem. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis univariat, bivariat dan multivaziat dengan program software SPSSO 9. Hasil penelitian didapatkan responden dengan status gizi lebih sebesar 42% dan gizi kuramg 8%. Rata0rata IMT responden 19 ± 4,lkg/m2. Hasil uji anova dan uji t menunjukkan adanya perbedaan bermakna (p<0,05) rata-rata IMT anak menurut IMT orang tua dan kebiasaan berolahmga tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) rata-rala IMT anak menurut jenis kelamin, pendidjkan orang tua, status bekerja ibu, jumlah anak dan pola makan. Hasil uji regresi dan korelasi didapatkan adanya hubungan bermakna (p<0,05) antara umur, konsumsi energi, protein*, lemak*, karbohidmt* setelah di adjust dengan total energi, waktu nonton televisi, pendapatan/kapita/bulan dengan IMT. Tidak adanya hubungan yang bermakna (p>0,05) berat badan lahir, kebiasaan jajan, kebiasaan makan fast food, waktu tidur dengan IMT. Hasil analisis multivariat regresi linear didapatkan variabel umur merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan IMT (12 = 0,20). Anak SD di PSKD Kwilang VIII Depok mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang masih ada dan sudah ada masalah gizi lebih. Untuk itu, bagi Depanemen Kesehatan dlharapkan membuat suatu standar yang baku status gizi anak menurut IMT, umur dan jenis kelamin anak agar lebih mudah digunakan dan lebih sensitif memjaring status gizi, menggiatkan program UKS mengenai gizi dengan melakukan pengukuran antropometri secara peliodik, penyuluhan gizi dan olahmga, penelitian lanjut dengan jumlah sekolah yang lebih banyak sehingga mempemleh angka kejadian untuk anak sekolah dasar di kata Depok. Bagi sekolah melakukan penyuluhan-penyuluhan tentang gizi kepada semua murid dan orang tua secara periodik mengenai penyebab terjadinya gizi lebih dan akibatnya, pentingnya makan pagi, mengurangi makanan jajan tinggi kalori dan lemak, menggiatkan olahraga, dan pemasaran PUGS. Bagi pengelola kantin tentang penyediaan makanan yang sehat dan seimbang akan zat gizi, seperti buah-buahan dan mengurangi penjualan makanan gorengan.
The status of child nutrition can be determined by using calculation child Body Mass Index (BMI) according sex and age based on percentile curve of CDC Growth. Over nutrition on schoolchildren are caused by energy that consumed is over than needed and it was done in long time. Other firetors were less activity, habit to see television and playing computer game, caused by the changes of life style due to the improving of income in their family, habit to consume high calorie, fatty food., and fewer iibbers that presented in sweet food and fast food. This study was conducted at SD PSKD Kwitang VIII Depok on October-November, 2001. It was found that the rate of under nutrition showed 9,6%, and over nutrition was 29,8%- The objective of this Study W3 to identify the relationship of food consmne and other factors with nutritional status of those school children The design of this study was cross sectional and the samples took randomly. The samples were the schoolchildren of IV-VI graders; with the number are 200 people. The data analysis by regression linear, nutrition status in BMI as dependent variable and variables age, sex, birth weight, parents' education, mother?s profession, number of child, parents' BMI, food consume, food pattern, habit to buy snacks, habit to eat fasrfood, time to sleep, time to watch television, exercise and monthly income per capita are as independent variables- The data was analysis by univariate, bivariane and multivariate with SPSS versi 9. The result of this study found that the subject with over nutrition were 42%, and under nutrition showed 8%. The average of respondents BMI was 19 ± 4,lkg/ml. The result of anova test and t twt showed that there was significantly different (`p<0,05) average child's BMI according to parents BMI and habit of exercise and there was no significantly different (p>0,05) average chiId?s BMI according sex, parent?s education, mother?s profession, number of child and food pattern. The result of regression test and correlation, it was found that there was significantly relationship with (p<0,05) among age, number of child, energy consume and protein, tat, carbohydrate alter adjusted by total energy and time to see television and playing computer games, monthly income per capita with BMI and there was no significantly (p>0,05) birth weight, habit to buy snacks, habit to cat fast food, time to sleep, with BMI. Based on linear regression nlsultivariate analysis found that variable age was the most domimnt relation to BMI ( =0,20). The school children at SD PSKD Kwitang VIII Depok having problem with multi nutrition problems, thee were still have problem with under nuuition and also over nutrition. It is recommended to Minisny of Helth to make a value standard on childs BMI with age and sex more useful and more sensitive to screen nutritional status of the children to involve the School Health Program on nutrition by conducting antropometry measurement periodically, nutrition education and exercise. Further study should involve more schools, so it can be obtained the number of case for primary school children at Depok lt also recommended that the school should facilitate nutrition education to entire ofthe schoolchildren and their parents periodically. Regarding the cause of over nutrition and is impact, it is important to have breakfast, reduce to eat high calorie and fatty, active exercises, marketing of PUGS. For canteen management on providing healthy food and meet with balance of nutrition, such as fruits and reduce to sell more tried snacks.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T6332
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evan Regar
Abstrak :
Status gizi merupakan parameter yang dapat mengetahui masalah kesehatan di suatu daerah atau negara. Hingga saat ini prevalensi masalah gizi di Indonesia masih cukup tinggi, yang dapat ditentukan dengan indeks berat badan menurut usia (BB/U) dan tinggi badan menurut usia (TB/U). Masalah gizi kronik akan menimbulkan komplikasi jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecukupan asupan energi dan makronutrien dengan status gizi pada anak usia lima sampai tujuh tahun. Penelitian ini merupakan penelitian observasional-analitik potong lintang dengan menggunakan data sekunder. Data yang dianalisis adalah data yang memenuhi kelengkapan tanggal lahir, pengukuran antropometri, serta analisis food recall 24 jam. Besar sampel penelitian ini adalah 122 anak. Analisis statistik yang digunakan adalah metode Fisher. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara kecukupan asupan protein dengan status gizi (indeks BB/U: p=0,024; indeks TB/U: p=0,037). Tidak terdapat hubungan bermakna antara kecukupan asupan energi dengan status gizi (indeks BB/U: p=0,358; indeks TB/U: p=0,733), kecukupan asupan lemak dengan status gizi (indeks BB/U: p=1,000; indeks TB/U: p=1,000), dan kecukupan asupan karbohidrat status gizi (indeks BB/U: p=0,462; indeks TB/U: p=1,000). ......Nutritional status is a parameter that could determine health problems in a region or a country. So far prevalence of nutritional problem in Indonesia is still quite high. Nutritional problem can be determined by measuring weight-for-age (W/A) and height-for-age (H/A) index. Persistent nutritional problem correlates with long-term sequelae. This study was intended to evaluate the association between energy-macronutrient adequacy and nutritional status in children age five to seven year old. This study was an observational-analytic, cross-sectional using secondary data. In order to be analayzed datas must have complete birth date, anthropometric measurement, and analysis of 24-hour food recall. The study population was 122 children. Statistical analysis was performed using Fisher test. We found that there was a significant association between protein adequacy and nutritional status (W/A index: p=0.024; H/A index: p=0.037). There was no significant association between energy adequacy and nutritional status (W/A index: p=0.358; H/A index: p=0.733), fat adequacy and nutritional status (W/A index: p=1,000; H/A index: p=1.000), carbohydrate adequacy and nutritional status (W/A index: p=0.462 and H/A index: p=1.000).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan , 2000
612.3 IND g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
King, M. H.
London: Oxford University Press, 1978
613.2 KIN n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sutanto Priyo Hastono
Abstrak :
ABSTRAK
Kualitas hidup dan produktivitas kerja akan tercapai dengan baik/optimal bilamana tubuh dalam kondisi sehat. Sementara itu kondisi tubuh sehat sangat erat kaitannya dengan kecukupan gizinya. Beberapa penelitian melaporkan bahwa pada anak sekolah kejadian anemia masih menunjukkan angka yang tinggi. Dari data tersebut nampaknya kejadian anemia pada anak sekolah perlu mendapat perhatian yang serius baik dari pihak pemerintah maupun masyarakat.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia melalui pemodelan Regresi Logistik.

Subjek penelitian adalah anak sekolah dasar yang tinggal di Lampung dengan diambil sampel secara random. Penelitian ini menganalisis dari data sekunder penelitian Pengaruh pemberian tablet besi satu kali seminggu terhadap status I-lb dan status besi pada anak sekolah penerima PMT-AS di Propinsi Lampung tahun 1998.

Hasil pemodelan dengan regesi logistik didapatkan variabel yang masuk dalam kandidat model adalah hanya variabel jenis kelamin. Hasil analisis multivariat diperoleh faktor yang paling berhubungan dengan kejadian anemia adalah variabel jenis kelamin. Perempuan mempunyai risiko menderita anemia lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Variabel pendidikan ibu, tingkat sosial ekonomi, dan konsumsi energi tidak menunjukkan hubungan dengan kejadian anemia.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Roswita
Abstrak :
Indonesia sebagai negara berkembang dan memiliki masalah kesehatan utama yang disebabkan oleh malnutrisi. Malnutrisi memiliki efek jangka panjang bagi perkembangan anak. Kurangnya peran wanita dapat menyebabkan hasil negatif terhadap status gizi Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengaruh pengambilan keputusan perempuan terhadap gizi anak. Regresi linier dan logistic model dengan jeda waktu dan data dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) tahun 2007 dan 2014 digunakan dalam penelitian ini. Hasil dari model OLS menunjukkan keterlibatan ibu dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga dalam bagiannya dalam pengeluaran makanan memiliki korelasi yang lemah baik dalam meningkatkan status gizi anak dan menurunkan kejadian anak stunting dengan menggunakan model logistik biner. Namun demikian, studi ini menemukan temuan menarik bahwa pengambilan keputusan ibu dalam rumah tangga memiliki pengaruh yang berbeda tergantung pada wilayahnya. Hasil menunjukkan bahwa menangani perempuan sebagai intervensi kelompok sasaran dengan melibatkan suami/laki-laki dengan pengetahuan gizi, dan dukungan keuangan untuk memajukan peran perempuan dalam pengambilan keputusan yang berkontribusi pada hasil gizi yang lebih baik untuk anak-anak (mereka). ......Indonesia is a developing country facing major health problems caused by malnutrition. Malnutrition has a long-term effect on children's development. The lack of roles of women may lead to negative outcomes on children's nutritional status. This study aims to explore the relationship of maternal decision-making on child nutrition. Linear regression and binary logistic with time lag and data from the Indonesia Family Life Survey (IFLS) of 2007 and 2014 are used in this study. The OLS model's result indicates that maternal decision-making in the household in their share in the food expenditure has a weak correlation in increasing children's nutritional status and leading stunted children's experience using the binary logistic model. However, this study reveals the interesting finding of maternal decision-making in household influence differently depending on the area. Results suggest that addressing women as targeting groups intervention and involving men in nutritional knowledge, skills, and financial backing for advancing women's role in decision-making contributes to better nutritional outcomes for (their) children.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>