Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sunarto
Semarang: Dahara Prize, 1997
791.53 SUN s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
R. Suryadi
"Pendahuluan
Di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara berdasarkan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor : I I /MFR/1988 dinyatakan bahwa Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integrasi dan kondisi tiap-tiap aspek dari kehidupan bangsa dan negara. Pada hakekatnya Ketahanan Nasional adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara. Dengan demikian kemampuan dan ketangguhan bangsa itu untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya harus di hubungkan dengan tiap-tiap aspek dari kehidupan bangsa dan negara, yang mencakup bidang idealogi nasional, politik, ekonomi, sosial -budaya dan pertahanan-keamanan.
Kekuatan di bidang idealogi nasional telah berakar pada kepribadian bangsa sendiri yang nampak dalam Pancasila yang telah menjadi jiwa, kepribadian, pandangan hidup dan dasar negara. Pancasila sebagai ideologi nasional telah mampu membuktikan kebenarannya setelah diuji oleh sejarah perjuangan bangsa.
Kekuatan di bidang politik yang merupakan syarat kelangsungan hidup negara telah berlangsung dengan terbinanya stabilitas politik dengan mengembangkan kehidupan demakratis yang memadukan kebebasan kreatif dan tanggung jawab, dengan telah ditegaskannya Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara bagi segenap organisasi sosial pol i ti k . Lebih jauh Pancasila i ni juga telah membuahkan konsepsi Geopolitik, Wawasan Nusantara. Di sini Pancasila merupakan kebijakan tertinggi, sedangkan Wawasan Nusantara merupakan petunjuk operasional tertinggi.
Kekuatan di bidang ekonomi sedang diusahakan dengan giat dan mencakup kegiatan yang sangat luas seperti, pertanian, industri, pertambangan, energi, perhubungan, pariwisata, perdagangan, koperasi, dunia usaha nasional, tenaga kerja, transmigrasi dan pembangunan daerah. Semua itu diusahakan dalam menuju struktur ekonomi yang seimbang di mana terdapat kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang didukung oleh kekuatan dan kemampuan pertanian yang tangguh, hal mana akan berjalan secara, bertahap melalui Repelita yang berkesinambungan.
Sesuai Repelita yang sudah berjalan usaha memanfaatkan lautpun terus berkembang, baik di perairan Nusantara, laut wi l ayah maupun Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Menurut Tambunan (1985) dalam tulisannya. "Investasi di bidang perikanan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia" dinyatakan bahwa mulai tahun 1979 sampai 1983 hasil produksi usaha perikanan industri mengalami kenaikan rata-rata /tahun sebesar 12,1%. Potensi sumber daya perikanan di ZEE Indonesia itu adalah 2.115.595 ton/tahun. Sementara itu jumlah kapal penangkap Tuna dan Cakalang bertambah terus dari tahun 1979-1983 dari BCC kapal naik menjadi 88,111,127 dan tahun 1983 beroperasi 131 kapal Indonesia milik perusahaan dalam bentuk BUMN, PMA, PMDN dan Swasta Nasional. Tingkat pemanfaatan di ZEE Indonesia itu tercatat tahun 1983 baru mencapai tingkat 23,29 %, sehingga masih terbuka usaha pengembangan dan peningkatan di bidang perikanan itu."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ndraha, Loyalia Agape
"Majalah berita mingguan bisa dilihat dua sisi. Dari perspektif komnmikasi
majalah berita mingguan adalah saluran yang digunakan untuk berkomunikasi dalam
level komunikasi massa. Sedangkan dari perspektif ekonomi, majalah berita mingguan
adalah sebuah insitusi bisnis, yang dituntut untuk menja1ankan_ peran ekonominya. Tesis
ini adalah mengenai industri majalah bedta mingguan sebagai sebuah institusi bisnis,
dalam konteks ckonomi media. _
Ekonomi media adalah studi mengenai bagaimana industd media menggunakan
sumber-sumber yang terbatas untuk menghasilkan isi yang didistribusikan di antara
pengguna dalam sebuah masyarakat, untuk memuaskan berbagai keinginan dan
kebutuhan mereka.
Sebagai sebuah institusi ekonomi, industi media bcrsifat unik karena bcrgcrak di
duajenis pasar, yaitu pasar pembaca dan pasar pemasang iklan. Pada pasar pertama, yang dijual oIeh media adalah produknya, dalam ha! ini majalah berita mingguan- Sedangkan
dalam pasar kedua, yang dijual adalah akses pada khalayak Kcdua pasar ini saling
berkahan satu dengan yang Iain.
Saat ini lerdapat 5 buah majalah berita mingguan yang bersaing untuk
mempercbutkan pasar pembaca dan pengildan, sementara krisis ekonomi yang masih
tems berlangsmmg membuat pasar makin menyusut yang tcntunya mcmpcninggi
persaingan yang temjadi. Tingginya persaingan membuat pénerbit tidak bisa lagi terlalu
menekankan pada produk, tapi harus beralih pada konsep pemasaran, yaitu dengan
menghasilkan produk yang memang dibutuhkan dan diinginkan pasar. Maka amat
penting untuk mempeiajari bagaimana snategi yang ditcrapkan dalam mcmasarkan
produk media ini.
Studi kasus atas manajemen pemasaran Tempo, Gatra, dan Gamma dilakukan
lmtuk melihat stmktur indusni yang terbentuk, bagaimana strategi yang dilakukan untuk
bisa unggul, dan bagaimana prospek industri °
Studi yang dilakukan memmjukkan bahwa majalah berita mingguan ini harus
melakukan diferensiasi untuk merebut pasar, berutama karena sagmen pasar yang dibidik
ketiganya Liclak jauh berbeda. Tempo memiliki berbagai kelebihan yang membuatnya
unggul dalam indushi ini, sehingga bisa leluasa mcncntukan strategi untuk merebut pasar_
Prospek i ndustri ini pcrlu dikaji lebih lanjut, mcngingat banyaknya produk
subsitusi yang menjadi ancaman besar bagi industri ini. Saat ini, berdasarkan pantauan
atas data yang ada, industri ini tidak memiliki kemampulabaan yang memadai untuk
mcmbcri kcunlungan pada kclima pcrusahaan yang ada dalam industri ini.

Abstract
We can see a weekly newsmagazine at least from two perspectives. One is
from communication perspective, and the other is from economic perspective. From
the communication point of view, a weekly newsmagazine is one of the
communication channels that we use in mass communication level. As from the
economic standpoint, a weekly newsmagazine can be viewed as a business institution.
This thesis is about the weekly newsmagazine as a business institution in the context
of media economics.
Media economics is the study of how media industriesuse scarce rcsouroes to
produce content that is distributed among consumers in a society to satisfy vaiious
wants and needs.
Media industries are unique in that they function in dual product market. That
is, although media companies produce one product, they participate in two separate
good and service markets.
In the iirst market, the good we discuss here is in the foml of a weekly
newsmagazine. The good is marketed to consumers. The second market in which
many media companies are engaged involves the selling of advertising. Advertisers seek access to the audiences using media content. This two areas strongly influence
each other.
In the period of 1999-2000 there are at least five weekly newsmagazines
They compete with each other in their push for increased market and advertising
shares, while the continuing economic and political crisis has caused the decline of
the mentioned markets.
The competition between this tive media companies has been keen, since the
markets are getting smaller. Not only they have to create a product that meets
consumers? need, they also have to End out how to market the product. So, it is very
important to know what is the proper marketing strategy in such condition.
The study tries to find out how the structure of the weeldy newsmagazine
industry is; how Tempo, Gatra, and Gamma react and why they react that way; and
what should the marketing division do to achieve bigger market and advertising
shares.
The study shows that since all the media companies in this industry target the
same market, each has to produce a unique product, a product-that has such quality or
features that diiterentiates it trom the other. Tempo, as the leader in this indusuy for
the given period, has bigger opportunity to innovate in order to make progress. Gatra
and Gamma, as followers, have to make every effort to survive. This effort includes
giving up big discounts for the advertising rates, which in tum will bring a loss to this
industry.
The prospect of the weekly newsmagazine industry is questionable since the
profitability of this industry is not good enough for as many as tive companies."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T5269
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Meily Badriati
"Penelitian ini menelaah dominasi pemilik modal dan resistensi pekerja media: seperti apakah interplay yang didorong oleh habitus masing-masing dalam memperebutkan kapital?
Ini adalah kajian ekonomi politik media massa dengan paradigma ekonomi politik kritis konsrruktivis, yang menekankan interplay antara struktur dan agensi. Konsep kelas Pierre Bourdieu juga contradictory class dari Karl Marx muncul pada kerangka pemikiran.
Konsep habitus dan field dari Pierre Bourdieu, serta teori strukturasi Anthony Giddens juga dipakai Alasannya, dua pemikir ini sama-sama menaruh perhatian pada obyektivisrne (keagenan dan agen diabaikan) dan subyektivisme (mengagungkan tindakan dan pengalaman individu diatas gejala keseluruhan). Namun pisau analisis utama adalah habitus elan fieldnya Bourdieu -- yang dikaitkan ke class analysisnya Marx.
Penelitian ini menerapkan paradigma ktitis dengan metode studi kasus. Studi single case multi level analysis ini menganalisis level makro, meso dan mikro.
Analisis level makro dipusatkan pada konteks perubahan ekonomi dan politik Indonesia orde bare sampai pasca orde barn, juga relasi pernilik Gatra Bob Hasan dengan Orde Baru dan reformasi, serta kondisi makro industri pers di-Indonesia.
Pada level peso, studi dipusatkan pada proses produksi media. Ada 4 arena pertarungan yang dianalisis: (1) posisi pengambilan keputusan dalam Rapat Umum Pemegang Saham, dan kepemilikan pekerja atas 25% saham, (2) serikat pekerja, (3) kebijakan pemberitaan, (4) percetakan.
Pada level mikro, teks berita Gatra yang ada kaitannya dengan pemilik modal dianalisis dengan framing Gamson dan Modigliani. Berikut temuan yang didapat:
Krisis moneter 1997 Asia ternyata berdampak besar pada Gatra. Krisis ekonomi, plus aturan baru tentang pers pasca orde baru membuat Gatra harus bcrjuang untuk tetap eksis. Berbagai upaya pun dilakukan, termasuk melakukan resistensi atas dominasi pemilik modal.
Pertama, pemberian saham 25% yang diberikan cuma-cuma, temyata justru sering menyulitkan pekerja. Terutama bila perusahaan dalam kondisi tidak sehat. Kepemilikan saham 25% justru melanggengkan dominasi pernilik modal
Kedua, pada arena serikat pekerja (SP), terjadi interplay antara pekerja dan pemilik modal. Interplay yang dimaksud adalah tarik menarik antara keputusan mendirikan dan tidak mendirikan SP. Lagi-lagi alasan bahwa pekerja ikut "memiliki perusahaan" menjadi alasan pelarangan dari pemilik modal Tapi pekerja berhasil menjalankan strategi agar fungsi dad SP tetap ada, dengan mengubah fungsi koperasi karyawan.
Ketiga, pada arena kebijakan pemberitaan, resistensi juga dilakukan. Masukan Bob Hasan tidak serta merta diterima. Telpon dari pemilik modal sering diabaikan pekerja. Resistensi pekerja juga berhasil mengubah hari edar kembali ke Senin. Sementara pada teks, hampir semua berita mengenai Bob Hasan ditulis. Dan meski menulis tentang korupsi Bob Hasan, tetap terlihat upaya untuk `menghaluskannya'.
Keempat, pada arena percetakan, banyak sekali pertarungan terjadi. Di satu sisi, pekerja media ingin mengganti percetakan karena adanya perjanjian denda. Sisi yang lain, percetakan tersebut adalah kepunyaan dan pemilik modal de facto. Proses negosiasi yang alot yang dilakukan antara pekerja dengan pemilik modal de jure yang juga sebagai CEO, tidak membuahkan hasil. Pekerja, sempat berhasil mencetak Calm di Iuar Enka. Tapi, akhirnya lahir kekerasan simbolis dad pemilik modal untuk mempertahankan dominasi.
Penelitian ini memberi implikasi teoritis: konteks ruang dan waktu penting dan tidak bisa dipisahkan dari pertarungan-pertarungan yang terjadi. Ini menguatkan Bourdieu maupun Giddens yang sangat mementingkan konsteks ruang dan waktu. Studi kasus ini juga makin menguatkan bahwa pemikiran Bourdieu bisa menjadi benang merah penghubung dengan pemikiran Marxis lainnya.
Studi ini menguatkan apa yang dikatakan Bourdieu: dominasi selalu berhadapan dengan resistensi. Kelompok dominan, selalu berusaha untuk mereproduksi kekuasaan, salah satunya lewat kekerasan simbolis.
Studi ini juga memberi penguatan pada konsep habitus yang diciptakan melalui praktek sosial yang didapat dari pengalaman dan pengajaran, sedangkan praktek sosial merupakan produk interaksi antara habitus dan arena. Dan habitus masing-masing kelompok, jelas berbeda.
Dikaitkan dengan analysis class nya Marx, tentang sifat-sifat kelas yang berada pada wilayah kontradiktori, temuan penelitian ini mcnunjukkan sisi lain analisis itu. jika manajer puncak bukan dari kelas pekerja, maka teori Marx tentang contradictory class bahwa CEO sedikit sekali berbeda dengan kelas kapitalis, adalah benar. Namun jika is lahir dari kelas pekerja, maka sikap CEO akan cenderung ke kelas pekerja karena memiliki habitus yang_sama dengan pekerja.
Sementara manajer menengah tidak selalu bersikap ambigu, malah ditemukan, manajer menengah lebih cenderung ke kelas pekerja. Ini lagi-lagi karena kesamaan habitus. Toh pada kasus tertentu, manajer puncak dan menengah sepakat berbeda dengan kelas pekerja.
Jadi teori Marx mengenai sifat-sifat kelas kontxadiktif harus diterapkan lebih luwes. Sebab, hal ini tergantung pada habitus manajer puncak dan menengah, serta tergantung pula pada kasus-kasus yang spesifik.

This research focus on owner domination and newsworker resistence: on the kind of interplay that being pushed by each other "habitus" to win over capital?
This is an economy politics research on mass media, using constructive critical economy politics paradigm, with emphasis on interplay between structure and agency. "Class" concept from Pierre Bourdieu -- also the concept of "contradictory class" from Karl Marx --will appears. Pierre Bourdieu's other concept, "habitus dan field", and Anthony Giddens's "theory of structuration" also appears_ But the main analysis will came from Pierre Bourdieu's "habitus dan field" which being linked to Marx's "class analysis"
This research apply critical paradigm with single case multi level analysis study. On macro level, analysis focused on the context of economy and political change during New Order era and after. And then also focusing on the role of Bob Hasan, the owner of Gatra, during that change. On Meso level, this study focus on Gatra productions process. On micro level, every Gatras article which mentions the owner, will be analized with Gamson's and Modigliani's framing. And this is the findings:
Asia monetary crisis, in 1997, had a very big impact on Gatra. This economy crisis, along with new regulations about press makes Gatra struggling hard to keep its existence. Gatra 's news workers do everything they could, even campaigning resistence to the owner domination. But this only lead us to four conclusion:
First, the 25% share of the company that news workers get for free (because of government regulations), in reality only became a burden. In fact, its only preserve owner dominations.
Second, in the field of serikat pekerja (SP), or workers union, the owner and the worker pull strength in the issue of establishing the workers union. At the end, when the owner insist to ban the union, the worker use another strategy: altering the functions of their koperasi (economic corporations) to perform as workers union.
Third, in the field of news contents, the workers also exercise resistence. Bob Hasan's input about news, almost never be accepted_ The workers usually turn down the owner's phone call. The workers resistence also can change the time of publications, from Friday to monday.
And fourth, in the field of choosing printing company, the workers and the owner also engage in conflict. The workers want to change the printing house due to their bad performance and silly contract, but since the printing house also owned by the same person as the magazine, its becaming impossible. At the end, the owner use symbolic violence to maintain their domination.
This research has some theoretical implications: time and space context is important, and cannot be separated from the conflict. This is strengthening what Bourdieu's and Giddens's already said. This case study also strengthening the fact that Bourdieu's thinking can becaming a bridge for other Marxist thoughts. This case study underlined what Bourdieu always said: domination will invite resistence. Arid dominant class, will always try to reproduce power, and the way to do it is by practicing symbolic violence.
This Study also strengthening the "habitus" concept which being created by social practices trough experiences and learning process. Social practices is a product of interaction between the "habitus" and the "field". And every class's "habitus" is surely different.
If we linked this with Marx's class analysis, about the attitude of the contradictory class, this research findings shows another side of that analysis. If the top manager not come from the working class, Marx's contradictory class theory which says that CEO is not that different from the capitalist is proven. But if that top manager came from the working class, his options will much closer to the working class, because of their similar "habitus".
Meanwhile, the mid-level manager is not always ambiguous. This study found evidence that they are tend to support the working class. And this is, again, because of their similar "habitus". But, in some cases, also proven that these top and mid-level manager can act differently than the working class.
So, Marx's theory about the contradictory class's attitude has to be implemented more loose. Because it always depend on the manager's "habitus", and also depend on the specific cases."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22549
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiarti
"
ABSTRAK
Tujuan utama Penulisan skripsi ini adalah meneliti perubahan makna kosakata bahasa Jawa yang masuk ke dalam bahasa Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut maka saya membagi tujuan ke dalam tiga bagian yaitu meneliti kosakata bahasa Jawa yang mengalami perubahan makna dan yang tidak mengalami perubahan makna, tipe-tipe perubahan makna dan tipe perubahan makna yang paling sering terjadi,serta rubrik yang paling sering mengalaminya.
Penelitian ini menggunakan data kosakata Jawa yang dicari dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun Badudu-Zain dan majalah Gatra bulan September---Desember 1995 sebagai realisasi penggunaan makna kosakata tersebut dalam bahasa Indonesia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukan kosaka_ta bahasa Jawa yang tidak mengalami perubahan makna berjumlah 127 kata, sedangkan yang mengalami berjumlah 71 kata. Tipe_-tipe perubahan makna yang terdapat pada kosakata bahasa Jawa yang masuk ke dalam bahasa Indonesia adalah metafora, per_luasan makna, penyempitan makna, dan perubahan penilaian. Secara umum, kasus perubahan makna yang paling sering terjadi adalah perubahan makna. Rubrik yang paling sering menggunakan kosakata bahasa Jawa yang mengalami perluasan adalah rubrik nasional berjumlah 212 kata.
"
1997
S11112
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Rina Farida
"Studi ini memfokuskan pada pemberitaan Islam liberal. Pemikiran Islam liberal melakukan konsolidasi diri di Indonesia pada awal 2001. Secara historis, ide-ide dasar wacana Islam liberal sebenarnya telah lama bersemi dalam bentang sejarah pemikiran Islam. Pada masa modern, fondasinya dimulai sejak awal abad ke-19. Sedangkan pada zaman klasik, ada yang berpendapat, benihnya telah muncul sejak Khalifah Umar bin Khattab pada abad ke-7.
Di Indonesia sendiri, Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid yang mulai tampil sebagai pemikir pembaharu pada tahun 1970-an, kerap dicatat sebagai "maskot" pemikiran jenis Islam liberal ini. Islam liberal berusaha mengembangkan pemikiran yang kritis, pluralis dan membawa misi pembebasan. Wacana Islam liberal belakangan kembali menggaung setelah berdirinya sebuah komunitas yang menamakan diri Jaringan Islam Liberal (JIL) pada Maret 2001. Jaringan ini lahir sebagai protes dan perlawanan terhadap dominasi Islam ortodoks. Kampanye Islam liberal dalam perjalannya kemudian mendapat penentangan dari kalangan lawan pemikirannya yang biasa disebut kalangan fundamentalis. Mereka menilai kampanye Islam Liberal sebagai upaya pengaburan Islam dengan dalih pluralisme.
Memanasnya kembali wacana Islam liberal tak luput dari sorotan media massa. Majalah Gatra dan Sabili secara intens memberitakannya dalam rubrik laporan utama dan laporan khusus. Perbedaan idiologi kedua majalah ini jelas terlihat dalam pemberitaanya. Majalah Gatra yang notabenenya sebagai majalah umum memposisikan wacana Islam liberal sebagai suatu hal yang wajar dalam ruang demokrasi sedangkan Sabili sebagi majalah yang menyuarakan aspirasi umat Islam memandang Islam liberal sebagai ancaman bagi kemurnian ajaran Islam.
Penelitian ini ingin menjawab pertanyaan: (1) bagaimana majalah Gatra dan Sabili memberitakan Islam liberal?(2) Landasan idiologis bagaimana yang melatarbelakangi pemberitaan majalah Gatra dan Sabili? Dan (3) Bagaimana perbedaan pemilihan isi berita oleh majalah Gatra dan Sabili yang berkaitan dengan pemberitaan Islam liberal? Penemuan tentang wacana Islam liberal dilakukan melalui analisis framing dengan konsep Gamson dan Modigliani.
Penelitian dilakukan terhadap 4 edisi majalah Gatra dan 5 edisi majalah Sabili, Periode Janurai 2001 sampai dengan Desember 2003, periode dimana Wacana Islam Liberal kembali hangat diberitakan media massa, seiring dengan dibentuknya Jaringan Islam Liberal (I L) sebagai wadah untuk menyalurkan ide-ide Islam liberal.
Dari analisis jelas terlihat bahwa majalah Gatra cenderung menyambut positif kehadiran ide-ide yang dibawa pemikiran Islam liberal. Hal ini dapat dilihat dari pemberitaanya pada edisi khusus lebaran, 6 Desember 2003: "Lepas dari beragam kontroversinya, bagaimanapun, ada segmen masyarakat tertentu yang membutuhkan Islam model Jaringan Islam Liberal dalam merawat spiritualitas mereka. Tentu mereka bukanhanya kalangan mualaf dan abangan, tapi juga para akademisi, peneliti, aktivis, dan mahasiswa yang berpikir kritis, pluralis, dan menjunjung kebebasan. Matra, biarkan Jaringan Islam Liberal melayani konstituennya."
Sedangkan majalah Sabili cenderung menganggap Islam liberal sebagai pemikiran berbahaya karena dapat mendangkalkan aqidah, mengancam kemurnian ajaran Islam, tidak memiliki orisinalitas, dan dipandang sebagai kelanjutan pembaharuan ide kaum sekuler seperti terdapat dalam tulisannya pada edisi Januari 2002: "Semangat dan kesadaran umat untuk menerapkan syari 'at Islam kini menghadapi tantangan serius dari Jaringan Islam Liberal. Meski dibungkus dengan kemasan "ilmiah " yang memukau sesungguhnya gagasan sekularisasi mereka sangat rapuh. Kesesatan dibalut kebebasan?".
Selain itu dari penggunaan tata bahasa dalam teks terlihat majalah Gatra cenderung menggunakan istilah apa adanya sedangkan majalah Sabili seringkali menggunakan kata-kata yang pejorative. Dari segi nara sumber yang dikutip terlihat majalah Gatra berusaha memenuhi etika jurnalistik untuk menurunkan berita yang cover both side, baik dari kalangan Islam liberal maupun konservati£ Tetapi Majalah Sabili banyak menyuarakan kalangan yang anti Islam liberal, walaupun ada yang pro Islam liberal porsinya sangat minim.
Dari segi ekonomi dan industri, Baik majalah Gatra maupun Sabili lahir dari perusahaan besar dan memiliki segmen pasar tertentu. Majalah Gatra sebagai majalah umum, memiliki segmen dari kalangan yang lebih bervariatif latar belakang idiologi pembacanya, sehingga berusaha tampil lebih dernokratis. Sedangkan majalah Sabili yang jelas memiliki misi sebagai majalah pergerakan dakwah yang professional dan inovatif dengan menampilkan keaslian dan keutuhan Islam ini, sangat wajar jika cenderung bersikap keras menentang hal-hal yang dianggap mengancam kemurnian ajaran Islam."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T12242
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiremmer, Hendriko L.
"Dalam persaingan bisnis yang kian menajam, komunikasi pemasaran memiliki peran penting untuk pemasaran produk. Hal serupa juga bertaku untuk penusahaan media massa. Unsurunsure penting yang biasa dipakai dalam marketing communication mix adalah: selling, advertising, sales promotion, direct marketing, pub/city and public relations, sponsorship, exhibition, corporate identity, packaging, point of sale and merchandising, dan word of mouth.
Tesis ini kemudian berusaha membahas strategi, alasan-alasan dan pelaksanaan berbagai elemen marketing communication mix dengan mengambil studi kasus majalah berita mingguan Tempo dan Gatra. Dua media hi diambil karena merupakan pemimpin pasar majalah berita mingguan. Agar dapat sampai pada pambahasan mengenai studi kasus tersebut digunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data ini kemudian akan dianalisis dengan pattern matching yang dilengkapi dengan analisis evaluatif.
Setelah penelitian dilakukan tampak ada kesesuaian pola-pola strategi komunikasi yang dilakukan Tempo dan Gatra dengan pola-pola berdasarkan teed yang dipakai. Kesesuaian itu juga terlihat pada elemen yang menyangkut pengorganisasian perusahaan. Meski demikian, setelah dikontraskan ada perbedaan yang terlihat pada output (performa) dua majalah ini.
Diketahui kemudian strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Tempo adalah bauran komunikasi pemasaran yang telah dilakukan secara terencana dan terpadu. Dalam program kerja itu jetas terjabar bentuk kegiatan, intensitas dan hasil akhir yang disasar. Hampir semua unsur strategi komunikasi pemasaran dilakukan oleh majalah Tempo. Adapun Gatra, terlihat kurang terencana dan terpadu dalam melakukan kegiatan komunikasi pemasaran. Intensitas pelaksanaan program komunikasi pemasaran yang dilakukan juga tak sebesar majalah Tempo. Dengan demikian ada kemungkinan pelaksanaan strategi komunikasi pemasaran yang sedikit berbeda itu pada akhimya akan mempengaruhi pula kinerja perusahaan.
Temuan ini akhirnya menjawab pertanyaan penelitian untuk mengetahui peran strategi komunikasi pemasaran dalam kesuksesan pemasaran perusahaan secara keseluruhan. Terbukti bahwa dengari strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan terpadu, terencana dengan baik akan memperbesar peluang suksesnya pemasaran. Tentu saja faktor-faktor lain di luarkomunikasi pemasaran seperti strategi produksi dan penetapan harga juga ikut menentukan hasil akhir (output)nya. Dengan demikian, disarankan agar perusahaan media massa umumnya untuk memberikan perhatian lebih pada strategi komunikasi pemasaran yang terpadu dan terencana dengan baik."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14303
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Hendry
"Studi tentang konflik tanah ini dilakukan terhadap program pembangunan
perkebunan pola kemitraan antara PT. Gatra Kembang Paseban dengan masyarakat di
Mersam. Program ini bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup pekebun rakyat
menjadi lebih baik. Masyarakat menyerahkan tanahnya kepada perusahaan untuk
dibangun kebun kelapa sawit. Sementara itu, perusahaan selain membangun kebun,
juga berkewajiban untuk membantu petani dalam alih teknologi, pengolahan dan
pemasaran hasiI. Namun, kenyataannya program ini sampai kini belum dapat
mencapai tujuan tersebut.
Hal ini disebabkan oleh beberapa permasalahan yang dihadapi diantaranya
terlambatnya proses konversi lahan, membengkaknya biaya pembangunan dan
pemeliharaan kebun, dan pemahaman konsep kemitraan yang belum sama antara
petani dengan perusahaan dan pemerintah. Adapun yang menjadi kajian disini adalah
masalah konflik tanah.
Untuk memahami bagaimana konflik tanah tersebut terjadi, dilakukan suatu
kajian mengenai teori-teori tentang konflik yang dibangun oleh para sosiolog seperti
Marx, Simmel, Coser dan Dahrendorf. Menurut Coser, konflik adalah suatu
petjuangan diantara dua atau lebih kelompok terhadap nilai, status, kekuasaan dan
sumber daya yang langka. Kontlik yang teijadi dibedakan atas dua yaitu konflik yang
bersifat manifest dan konflik yang bersifat laten. Konflik yang bersifat manifest ini
dibedakan pula menjadi konflik yang terbuka dan ada pula yang tertutup. Dalam
konflik yang bersifat manifest ini, dapat dilihat lamanya konflik tersebut berlangsung,
dan kerasnya konflik.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun
pertimbangannya adalah konflik tanah yang terjadi antara perusahaan perkebunan dengan masyarakat hanya dapat diketahui melalui penelusuran kembali proses
terjadinya konflik dengan mewawancarai pihak-pihak yang terlibat konflik. Untuk
mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai konflik yang terjadi, digunakan
informan kunci. Kemudian dengan metode pengumpulan data snowlball sampling
didapat responden berikutnya.
Dari penelitian dilapangan diketahui bahwa konflik tanah dalam
pembangunan perkebunan pola kemitraan di Mersam ini telah berlangsung sejak awal
pembangunan tahun 1994 sampai sekarang dengan berbagai macam bentuk, intensitas
dan kualitasnya. Konflik tersebut terjadi selain antara perusahaan dengan masyarakat,
juga terjadi antara masyarakat dengan masyarakat. Konflik tanah antara perusahaan
dengan masyarakat meliputi hilangnya lahan petani yang telah diserahkan untuk
dibangun kebun kepada perusahaan, berkurangnya lahan yang akan diterima petani
diluar potongan 30 %, penggusuran kebun karet rakyat walaupun tidak ikut program,
kelemahan administrasi pemsahaan mengenai data pemilik dan luas lahannya
sehingga terjadi perbedaan data antara data awal, data ekspose dan data topografi.
Sementara konflik diantara masyarakat meliputi konflik dalam keluarga yaitu tidak
adanya kesepakatan dalam keluarga untuk ikut PIR Kernitraan, pembagian tanah yang
tidak adil, diantara anggota keluarga, terjadinya jual beli tanah keluarga sementara
pembagian tanah diantara anggota keluarga belum jelas/selesai, penguasaan tanah
keluarga cenderung oleh salah seorang anak, dan konflik tanah karena penggunaan
nama anggota keluarga atau orang lain untuk mendaftarkan tanah. Selain itu konflik
tanah antara masyarakat dengan masyarakat meliputi konflik tanah yang terjadi
karena tumpang tindihnya lahan, kontlik tanah karena penjualan sebidang tanah yang
berulang-ulang, konflik tanah karena pembukaan hutan. Hingga tahun ke- 7 ini,
petani belum mengetahui dimana kebun yang akan menjadi milik mereka.
Dari hasil temuan dilapangan tersebut dan kemudian dianalisa secara kualitatif
dapat disimpulkan bahwa konflik tanah pada pembangunan perkebunan kelapa sawit
PT. Gatra Kembang Paseban tersebut disebabkan oleh masalah pengadministrasian
tanah yang kurang baik, makin terbatasnya tanah hutan yang dapat dibuka, dan
munculnya kesadaran masyarakat akan hak atas tanah. Bila dilihat dari waktu
terjadinya konflik maka dapat dikatakan konflik telah berlangsung lama. Hal ini
terjadi karena tidak adanya pemimpin formal maupun informal yang mampu
menyelesaikan konflik, sulitnya tercapai kesepakatan pemecahan masalah diantara
pihak-pihak yang berkonflik, banyaknya tujuan dan kepentingan pihak-pihak yang
berkonflik. Selain itu bila dilihat dari intensitas terjadinya kontlik maka dapat
dikatakan bahwa konflik tersebut relatif keras, karena adanya keterlibatan emosional,
tidak realistisnya konflik, dan adanya ketidaksamaan dalam penguasaan tanah."
2001
T2487
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library