Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hutabarat, Arifin
Jakarta: Ganesia , 1989
387.7 HUT t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
S18165
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Soemartono
"ABSTRAK
Potensi angkutan kargo udara baik domestik maupun regional tumbuh pesat dari tahun ke tahun. ICAO meramalkan pertumbuhan di kawasan ini mencapai 9,6% per tahun. Hal ini merupakan peluang bagi Garuda Indonesia untuk meningkatkan pendapatannya. Sementara itu Garuda Indonesia hingga saat ini belum berkonsentrasi pasar kargo ini. Bila tidak segera digarap, peluang ini akan segera dimanfaatkan oleh maskapai penerbangan lain. Terlebih lagi pada tahun 2003 pasar Indonesia benar-benar dibuka bagi maskapai asing. Tenggang waktu 8 tahun hingga tahun 2003 akan mendewasakan dan mampu memperkuat Garuda dalam menjaga pasar. Oleh karena itu, Garuda harus segera memanfaatkan potensi yang ada, dan menjadikan angkutan kargo udara sebagai salah satu bisnis andalannya. Cara yang ditempuh yaitu dengan membentuk unit bisnis kargo Garuda, yang akan beroperasi menggunakan pesawat freighter untuk melayani permintaan muatan kargo.
Untuk menunjang realisasi unit bisnis kargo Garuda, perencanaan yang matang harus dilakukan. Pemilihan rute dan pemilihan jenis pesawat menjadi faktor yang sangat menunjang bagi kemampulabaan unit bisnis ini. Dalam karya akhir ini dilakukan perhitungan terhadap nilai sekarang unit bisnis kargo dengan mencoba beberapa alternatif pengunaan dan sistem pengadaan pesawat. Pesawat tersebut diterbangkan pada rute-rute yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan besarnya potensi kargo.
Hingga pada tahun dibukanya AFTA (2003) terbukti bahwa unit bisnis kargo ini menjanjikan keuntungan yang besar. Pesawat yang paling sesuai digunakan untuk melayani permintaan pengangkutan muatan kargo udara untuk wilayah domestik adalah freighter B737..200. Untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan metode pengadaan pesawat yang tepat adalah dengan menyewa pesawat tersebut. Menyewa pesawat freighter 737-200F untuk periode hingga tahun 2003 menghasilkan nilai sekarang (NPV) USD 104,2 juta.
Pesawat freighter A300-B4 merupakan pesawat yang paling sesuai untuk melayani permintaan angkutan kargo udara regional. Penggunaan pesawat A300-B4F akan menghasilkan nilai sekarang (NPV) yang maksimum bila menggunakan sistem sewa (leasing), yaitu sebesar USD 71,079 juta.
Perencanaan dan proyeksi di atas merupakan perhitungan secara teoritis. Dengan upaya keras diharapkan pelayanan jasa kargo yang lebih baik dan intensif dapat diwujudkan, sehingga pertumbuhan ekonorni di Indonesia ini dapat semakin baik."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Ridwan Edison
"ABSTRAK
Kinerja merupakan suatu masukan yang sangat berguna untuk perencanaan strategi perusahaan dalam mencapai target yang telah ditetapkan.
Penurunan kinerja merupakan suatu indikasi adanya kesalahan didalam sistem perencanaan baik kesalahan antisipasi terhadap faktor internal maupun eksternal.
Metode pendekatan PIMS digunakan untuk melakukan analisis terhadap kinerja perusahaan sebagai salah satu alternatif/metoda dalam membantu pengambilan keputusan secara lebih tepat mengingat metode PIMS mempertimbangkan dan mengevaluasi lebih banyak faktor dibandingkan mempergunakan metode yang sudah ada.
Penggunaan metode PIMS tidak dapat berdiri sendiri karena hasil keluarannya masih harus divalidasi dengan mempergunakan metode AHP dan GE-matriks untuk memperoleh strategi yang diharapkan. AHP merupakan suatu pola kerangka berfikir untuk menyelesaikan suatu masalah dengan cara pemilahan masalah atas kelompok-kelompok tertentu dan menguraikannya lebih detail untuk dilakukan perbandingan serta pemberian prioritas dari setiap bagian sedangkan GE-matriks berfungsi untuk memetakan perusahaan berdasarkan posisi kompetitif perusahaan dan daya tarik industri guna diperoleh strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan.
Dalam analisis yang dilakukan terhadap kinerja PT. Garuda Indonesia untuk wilayah Asia ternyata faktor-faktor yang sangat mempengaruhi peningkatan kinerja adalah kualitas, pangsa pasar dan penyesuaian produk terhadap keinginan pelanggan. Dari hasil analisis tersebut dapat digali beberapa alternatif strategi pemasaran yang dapat dipergunakan oleh PT. Garuda Indonesia didalam persaingan di wilayah Asia diantaranya dengan menerapkan strategi fokus dan diferensiasi produk."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Untung Yuli Suprapto
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prim Kemal S. Suparta
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shidiki Iribian
"Sejalan dengan perkembangan pesat teknologi informasi dunia saat ini, telah memberi dampak terhadap semakin meningkatnya transaksi-transaksi penjualan yang dilakukan melalui kegiatan bisnis direct marketing. Bisnis ini telah dikembangkan oleh berbagai jenis industri sebagai suatu strategi untuk melakukan pemasaran yang terintegrasi. Dengan mengkombinasikan beberapa aktifitas pemasaran dan aktivitas penjualan, serta penggunaan teknologi informasi sebagai sarana untuk memasarkan secara langsung produk/jasa yang dihasilkan perusahaan maka suatu umpan balik berupa respon langsung dapat dengan mudah diperoleh sehingga efektifitas kegiatan pemasaran yang dilakukan dapat dengan mudah pula untuk diukur. Manfaat lain yang dapat diperoleh perusahaan dengan menerapkan program ini adalah sebagai alat untuk berkomunikasi langsung antara perusahaan dengan para pelanggannya tanpa adanya hambatan?hambatan geografis yang berarti.
Berdasarkan analisis internal dan eksternal yang dilakukan terhadap PT. Garuda Tridonesia diperoleh gambaran bahwa adanya peluang yang besar bagi Garuda untuk mengembangkan bisnis direct marketing ini dengan rnelihat kepada potensi sumber daya dan fasilitas sistem perusahaan yang dimiliki saat ini. Sedangkan dari analisa permasalahan dan temuan serta rancangan penerapan direct marketing pada PT. Garuda Indonesia diperoleh kesimpulan bahwa adanya ketergantungan yang tinggi pada harga dan agen sebagai metode distribusi yang utama, sementara lemahnya pengawasan khusus kepada para agen karena umumnya agen bertindak bukan hanya pada satu perusahaan akan tetapi atas nama sejumlah besar perusahaan penerbangan. Kondisi ¡ni akan dapat menyebabkan lemahnya daya saing Garuda terutama dalam memasuki era pasar bebas (open sky) nanti. OIeh karena itu dengan strategi direct marketing yang tepat dan didukung oleh penawaran produk produk pelayanan yang berkualitas kepada pelanggan-pelanggan potensial Garuda, maka perusahaan sekaligus akan dapat mengurangi tingkat ketergantungan yang tinggi pada harga sebagai satu-satunya alat bersaing dan mampu menekan besarnva komisi agen dan pembebanan ASPE (Additional Sale's Promotion Expense) di luar komisi yang cukup tinggi bagi Garuda (rata-rata 20% dan target pendapatan pertahun).
Perkembangan direct marketing dalam dunia penerbangan diawali dengan pengembangan program loyalitas pelanggan melalui frequent flyer program sebagai suatu cara-cara yang menyeluruh dan berfokus kepada pelanggan. Frequent flyer program ini kemudian dapat menjadì alat untuk mengembangkan database marketing perusahaan. Oleh karena itu efektifitas program direct marketing yang dibentuk perusahaan sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kapasitas database marketing yang hanya dimungkinkan melaIui implementasi frequent flyer program pada Garuda, sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya satu rantaian nilai (value chain) antara frequent flyer program, database marketing dan direct marketing yang saling menunjang dan melengkapi.
Bentuk pelaksanaan program penerapan direct marketing pada PT. Garuda Indonesia dapat dilakukan melalui cara kontrak dengan direct marketing company selama beberapa tahun, sementara Garuda dalam hal ini melaksanakan fungsi manajemen perencanaan dan pengawasan yang akan dilakukan oleh Dinas Marketing Planning and Development. Sedangkan dalam pengorganisasian kegiatan direct marketing dapat dilakukan oleh bagian/ unit tersendiri yang setingkat dengan bagian promosi.
Pembentukan database marketing yang merupakan kunci kesuksesan kegiatan direct marketing dapat dilakukan dengan cara:
Dibangun dan dihasilkan oleh Garuda sendiri melalui data-data pelanggan Frequent Flyer Bonus Program.
Diperoleh dan pihak luar seperti : List Brokerage, program Cross
Participation.
Berbagai media yang dapat direkomendasikan untuk digunakan dalam melakukan penawaran produk-produk perusahaan melalui program direct marketing, adalah : Direct mail, Telemarketing, Newsletter, Advertising/infomercial, dan Internet."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joni Gusmali
"ABSTRAK
Penanganan masalah?masalah yang berhubungan dengan kepuasan peIanggan di P.T. Garuda Indonesia selama ini dirasakan
masih belum sampai pada tingkat kualitas tertentu yang sebenarnya sudah harus dimiliki. Terutama dalam rangka menunjang misi
korporasi P.T. Garuda Indonesia untuk menjadi salah satu elit
penerbangan di dunia.
Untuk dapat bersaing didalam bisnis penerbangan, Garuda
Indonesia didalam mempertahankan pelanggannya mau tidak mau
harus selalu mengikuti kecenderungan selera mereka.
Kecenderungan ini dapat diketahui dengan cara langsung
bertanya kepada pelanggan, apakah mereka merasa puas dengan
pelayanan yang dlberikan. Garuda Indonesia dari waktu ke waktu.
Untuk itu perlu dilakukan survei kepuasan pelanggan
dimana hasil survei tersebut dapat digunlakan untuk membuat
program perbaikan pelayanan agar sesuai dengan kebutuhan atau
keingirian pelanggan.
Permasalahan kemudian timbul pada program perbaikan apa
yang menjadi prioritas Garuda Indonesia dan apakah kebutuhan
pelanggan tersebut sesuai dengan sumber daya yang dirniliki.
Lebih lanjut hasil pengolahan survei (dalam konteks ini
digunakan Software Package for Social Science (sPss)) akan
memperlihatkan dimensl kualitas mafia yang paling berpengaruh
pada kepuasan pelanggan bagaima posisi layanan Garuda Indonesia dimata pelangganlnya dibanding dengan perusahaan penerbangan lain, Serta model Pengendalian layanan mana yang sebaiknya
selalu dilakukan Garuda Indonesia.
Dalam hal ini Pelayanan untuk pangsa pasar bisnis menjadi
perhatian. Disirii dianalisa 34 variabel butir kepuasan pelanggan dan merangkum menjadi 7 dimensi kualitas yakni, Overall
Satisfaction, Reliability, Responsiveness, Assurance, Empathy/
Availability, Tangibility dan Catering.
Pada tujuh dimensi kualitas ini terlebih dahulu diuji
kehandalan datanya dengan menggunakan metode Alpha Cronbach
dimana dldapat 4 kelompok data yang paling handal yaitu : (urut
mulai dan yang paling tinggi kehandalannya)
1. Catering
2. Responsiveness.
3. Tangìbility.
4. Empathy/ Availability.
Selanjutnya untuk mendapatkan dimensi mana yang paling
mempengaruhi kepuasan pelanggan dihitung dengan menggunakan
analisa Regresi Berganda, yang hasiInya menunjukkan bahwa
dimensi Responsiveness dan Catering adalah yang paling berpengaruh.
Akhirnya setelah dimensi yang paling berpengaruh ini
diketahui. diusulkan sebuah model Bagan Kendali yang dapat
menggambarkan variasi dan kepuasan pelangyan danS waktu ke
waktu yang sangat membantu didalam mengukur dan mengawasi
tlngkat kepuasan pelanggan.
"
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Musa
"ABSTRAK
PT. Garuda Indonesia adalah suatu perusahaan jasa penerbangan berjadwal, yang melayani baik jalur domestik maupun
internasional, hingga saat ini untuk jalur internasional yang
dilayani adalah sebanyak 30 kota. Salah satu jalur penerbangan
internasional tersebut adalah dari Los Angeles ke Indonesia dan
Garuda Indonesia merupakan satu-satu perusahaari penerbangan
yang menawarkan penerbangn langsung dari Los Angeles ke Indonesia.
Walau jumlah wisatawan Amerika Serikat yang ke Indonesia
dari tahun ke tahun terjadi kenaikan, tetapi sebaliknya pangsa
pasar yang didapat oleh Garuda Indonesia dari tahun ke tahun
mengalami penurunan.
Didalam melakulcan strateji promosinya, Garuda Indonesia
tidak didukung dengan bauran promosi/komunikasi yang tepat. Hal
ini terjadi karena :
Pertama, anggaran biaya promosi yang terlalu kecil bila di
bandingkan dengan para pesaing, disamping itu Garuda Indonesia
juga menanggung beban untuk rnempromosikan daerah tujuan wisata,
karena promosi dari pemerintah Indonesia dalam mempromosikan
tujuan wisata kurang.
Kedua, pembagian anggaran promosi yang tidak berimbang, Garuda
Indonesia meberikan porsi yang terlalu besar untuk iklan di
media teIevisi dilain pihak biaya promosi untuk televisi
sangat mahal, maka promosi melalui televisi ini tidak berhasil
memberikan kesadaran kepada para calon penumpang.
Ketiga, karakteristik masyarakat Amerika dalam bepergian selalu
melalui agen perjalanan, sementara itu.persentase agen perjalanan mengetahui Garuda Indonesia hanya 8,2%, maka sangatlah
penting bagi Garuda Indonesia untuk membuat kesadaran dan citra
yang baik bagi agen perjalanan.
Secara keseluruhan yang perlu dilakukan bagi Garuda
Indonesia saat ini adalah usaha memperbaiki citra perusahaan
dan sekaligus memperkenalkan jasa dan produknya pada pelanggan
baru.
Penulis menyarankan agar PT. Garuda Indonesia juga
memperhatikan sarana komunikasi pemasaran lainnya, seperti
penjualan pribadi dan publisitas.
Pada akhirnya strategi komunikasi/ promosi ini akan
berhasil bila dapat dikelola dan dikoordinasi dengan baik.
manajemen PT. Garuda Indonesia harus menempatkan seorang kepala
komunikasi promosi yang secara khusus bertanggung jawab kepada
semua program komunikasi pemasaran perusahaan. Walau tidak
mudah dalam prakteknya, tetapi bila program komunikasi pemasaran dilakukan dengan disiplin dan sungguh?sungguh maka sangatlah
mungkin misi perusahaan dapat tercapai dengan baik.
"
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Insan Nur Cahyo
"ABSTRAK
Garuda Indonesia sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha jasa transportasi udara sekarang ini tengah menghadapi tingkat persaingan yang tajam, baik di pasar domestik maupun di pasar internasional. Adanya deregulasi kebijaksanaan pemerintah di sektor perhubungan udara yang meliputi jetisasi perusahaan swasta nasional dan kebijaksanaan limited open sky semakin menambah tingginya persaingan. Persaingan juga diwarnai dengan perang tarif baik oleh maskapai penerbangan nasional maupun maskapai penerbangan asing, disamping adanya tuntutan penumpang terhadap layanan yang memuaskan dan maskapai penerbangan.
Agar bisa bertahan dan unggul dalam kondisi persaingan tersebut, tidak ada jalan lain bagi setiap airline untuk berusaha menjadi airline yang efisien (low-cost airline) untuk bisa memperoleh keuntungan yang wajar. Salah satu upaya yang ditempuh Garuda Indonesia dalam menghadapi persaingari tersebut adalah dengan melakukan pembenahan dalam jajaran armada. Perencanaan armada ditinjau kembali dengan tujuan untuk merampingkan jenis armada yang dimiliki dan melalui peremajaan armadanya.
Strategi pengadaan pesawat yang sebelumnya dilakukan melalui pembelian secara langsung, sekarang ini cenderung dirubah menjadi pembiayaan secara leasing dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja laporan keuangannya yang dimana pada tahun-tahun belakangan ini tidak menunjukkan hasil yang baik.
Oleh karena pengadaan pesawat melibatkan dana yang sangat besar dimana pembiayaannya dalam bentuk valuta asing maka Garuda Indonesia merencanakan untuk go publik di bursa internasional. Untuk kepentingan tersebut, maka Garuda harus mempunyai kinerja (performance) yang baik di mata para investor. Salah satu ukuran kinerja perusahaan tercermin dalam laporan keuangannya yang berkaitan dengan aspek akuntansi.
Pembiayaan pengadaan pesawat dan sudut pandang lessee dapat dibedakan kedalam dua jenis, yaitu operating lease dan capital lease. Sehingga timbul permasalahan mengenai jenis leasing yang akan dipilih apabila dihubungkan dengan adanya tujuan untuk meningkatkan kinerja laporan keuangan.
Perlakuan akuntansi untuk setiap jenis leasing mempunyai perbedaan dalam hal pencatatan, pelaporan dan penyajiannya. Sehingga dampak ditimbulkannya juga akan berlainan. Dalam capital lease manfaat dan resiko yang terjadi dalam pemakaian pesawat berada pada lessee (subtance over form), sehingga aktiva leasing, kewajiban yang timbul, biaya bunga dan biaya penyusutan harus diakui dan disajikan dalam laporan keuangan.
Berbeda halnya dalam operating leasing, transaksi ini diperlakukan seperti halnya sewa menyewa biasa, sehingga hanya biaya sewa saja yang diakui dan dilaporkan. Sedangkan aktiva dan kewajiban tidak dilaporkan (off-balance sheet financing).
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan dengan membandingkan perlakuan leasing terhadap kedua jenis leasing tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa kinerja laporan keuangan dengan pendekatan akuntansi operating lease Iebih baik dibandingkan dengan capital lease. Namun demikan rnanfaat operating lease yang disebabkan off balance sheet financing tersebut tidak dapat dinikmati selama jangka waktu leasing akan tetapi dengan berlalunya waktu manfaat yang diperoleh semakin menurun dan akhirnya hal sebaliknya terjadi.
Dengan demikian para pemakai laporan keuangan baik pihak internal maupun eksternal harus berhati-hati dalam mengintrepretasi dan menilai kinerja laporan keuangan. Dengan harapan dapat digunakan sebagai salah satu dasar bagi pengambilan keputusan."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>