Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hartadhi
Abstrak :
Gangguan adalah kenyataan yang tidak dapat dihindari pada sistem transmisi dan distribusi listrik. Gangguan yang paling sering terjadi adalah gangguan tanah, baik itu satu fasa maupun dua fasa ke tanah yang disebabkan fenomena alam sepeti pohon dan petir. Gangguan ini biasanya bersifat sementara sehingga akan sangat merugikan kalau terjadi pemutusan suplai daya pada beban yang bertujuan mengisolasi gangguan. Sistem pentanahan peralihan bekerja dengan memutuskan hubungan netral transformator ke tanah selama satu atau dua detik selama terjadi gangguan. Sistem ini akan bekerja sebagai proteksi tingkat pertama pada gangguan tanah yang bersifat sementara sehingga pemutusan suplai daya tidak perlu dilakukan.
Faults in transmission system are inevitably exist. Faults that occur are mostly ground fault, either one phase or two phase to ground. This type of fault is usually temporary due to natural phenomenons such as trees and lightnings. It would be so inefficient to disconnect the load from the power source just in order to isolate the fault. Ground Fault Path Clearance (GFPC) system will disconnect the connection between the transformator neutral and ground for one or two second(s) during the fault occurence. This system will be the preliminary protection against ground fault so it would not be necessary to disconnect the load from the power source.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51390
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Armiya
Abstrak :
Jaringan distribusi merupakan bagian sistem tenaga listrik yang paling sering mengalami gangguan. Hal ini terjadi karena jaringan ini merupakan jaringan yang paling besar dan kompleks. Perlindungan terhadap kelangsungan jaringan ini penting untuk melindungi konsumen. Pada jaringan distribusi primer 20kV, proteksi terhadap arus gangguan dilakukan oleh rele arus lebih dan rele gangguan tanah. Fungi rele ini sangat penting agar gangguan tidak terjadi. Parameter rele ditentukan agar fungsi koordinasi dari rele ini dapat bekerja dengan baik dalam hubungan proteksi utama-cadangan. Parameter yang paling susah ditentukan adalah time multiplier setting (TMS). Pada penelitian ini, perhitungan TMS akan dianalisis berdasarkan metode analitik dan perbandingannya terhadap metode big-M untuk mencapai kinerja rele arus lebih dan rele gangguan tanah yang diinginkan. Penggunaan metode big-M memiliki kelebihan dimana pengguanaan iterasi menjadikan metode ini lebih cocok untuk perhitungan berbasiskan mesin, sedangkan metode analitik lebih cocok untuk perhitungan manual. Sedangkan berdasarkan nilai galat, rata-rata galat menggunakan metode big-M bernilai 2,54% sedangkan metode analitik menghasilkan galat rata-rata sebesar 2,66%. Hal ini menunjukkan secara efisiensi, metode big-M lebih efisien daripada penggunaan metode analitik. Sedangkan berdasarkan pada proses kerja, big-M lebih lama dalam menentukan hasil sebesar 87% berdasarkan pada perhitungan manual. Secara hasil, tidak terdapat perbedaan yang terlalu signifikan antara metode big-M dan metode analitik.
Distribution is the most sensitive part of an electric power system, because of its complexity and as far as he has. Protection of such a system is very important for electricity consumer. The 20kV main distribution is protected only by relays and overcurrent ground fault relay, thus its function is considered very important. Utilization is necessary adjusting for failure points is not acceptable. Parameter settings are set to ensure relay coordination in the backup-primary relationship. The time multiplier (TMS) setting is one the most difficult parameter to measure. In this study, the time multiplier settings were analyzed based on on the comparison between analytic calculations and the big-M method to meet the desired criteria for overcurrent relays and ground fault relays. The nature of the big-M method makes it the most suitable for machine-based calculations because it utilizes the use of iteration, whereas Analytical calculations are best used for manual calculations. In case of errors, the big-M method produces an average error of 2.54% while analytical methods produce 2.66% an error in general. Based on this fact, the big-M method is done more efficiently than analytically calculation. While based on the steps used to find a solution, the big-M method is proven 87% longer value when compared based on manual calculations. Based on the results, there are there is no significant difference between the big-M method and the analytic method.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library