Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bernadatte Sri Hartati
Abstrak :
Perkembangan dunia perbankan. terutama sejak dikeluarkannya paket kebijaksanaan deregulasi 27 Oktober 1988. yang menyebabkan semakin ketatnya persaingan di antara bank-bank yang ada telah mendorong bank-bank tersebut untuk menambah asset-nya guna mengembangkan usahanya. Cara yang dapat ditempuh untuk menambah asset perusahaan tanpa menyebabkan keadaan keuangan perusahaan menjadi buruk adalah dengan jalan go public. Dengan bertambahnya aktiva yang dapat dikelola perusahaan. diharapkan perusahaan akan melakukan usahanya secara lebih profesional. sehingga pada akhirnya akan meningkatkan performance perusahaan. Tulisan ini bertujuan untuk melihat apakah performance bank-bank yang go public setelah go public lebih baik dibandingkan sebelum go public. Untuk menjawab pertanyaan tersebut penulis mengumpulkan data yang berupa laporan keuangan dari sepuluh bank yang go public untuk enam tahun terakhir. Data tersebut diperoleh dari perpustakaan Bapepam dan Bursa Efek Jakarta. Berdasarkan laporan keuangan tersebut penulis mengevaluasi kinerja sepuluh bank yang go public dengan menganalisa tingkat likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas bank.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S8475
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Pranata
Abstrak :
ABSTRAK
Kondisi perbankan di Indonesia sejak tahun 1997 atau ketika krisís ekonomi menimpa negeri ini, mengalami masa-masa yang paling sulit dibandingkan dengan tahun-tahun sebeIumnya. Kinerja keuangan PT. Bank ABC (Persero) dan PT. Bank Negara Indonesia persero) Tbk. mengalami kerugian karena spread negatif pada pendapatan bunga netto yaitu beban bunga Lebih besar dari pada pendapatan bunga, sehingga kedua bank tersebut mengalami kerugian yang sangat besar terlebih dengan pembebanan atau jumlah kredit yang bermasalah ?Non Performing Loan) dalam jumlah sangat besar. Kegagalan ini hampir semua dialami oleh bank-bank di indonesia.

Kegagalan industri perbankan di Indonesia rnembuat kawatir para deposan institutional maupun deposan indivisual, apabila sewaktu-waktu bank mereka tempat menyimpan dana mengalami pencabutan ijin operasionalnya. Meskipun dana mereka dijamin oleh pemerintah sampai dengan tahun 2000, tetapi proses pembayaran kembali oleh bank pembayar yang ditunjuk oleh pemerintah memerlukan waktu yang cukup lama, khususnya bagi deposan dalam jumlah besar. Oleh sebab itu, para deposan mau tidak mau dituntut untuk mengetahui bank yang akan dipiih sehat atau tidak. Apabila nantinya setelah tahun 2000 pemerintah tidak akan menjamin lagi, sedangkan di Indonesia sendiri belum ada lembaga asuransi untuk menjamin hal tersebut seperti Federal Deposit Insurance Company (FDIC) di Amerika Serikat.

Lingkup pembahasan karya akhir ini lebih banyak dikonsentrasikan pada kebijakan manajemen bank dalam mengelola asset dan kewajibannya (Liability), untuk menghasilkan tingkat return yang dikehendaki berdasarkan tingkat resiko yang diambil. Hasil dari penelitian atau karya akhir ini pernilis harapkan dapat memberikan salah satu pedoman untuk menilai kesehatan suatu bank melalui pendekatan Risk dan Return Measurement. Disamping itu, penulis juga melakukan analisa arus kas antara lain untuk melihat apakali ada penaikan (penurunan) kas bersih dan setara kas.

Untuk menentukan strategi bersaing pada masa yang akan datang, maka penulis menganalisa terlebih dahulu mengenai lingkungan bisnis PT. Bank ABC (Persero) baik lingkungan eksternal dan lingkungan internal serta menganalisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (Analisa SWOT) yang dihadapi oleh PT. Bank ABC (Persero).

Terakhir seteLah menganaiisa hal-hal tersebut di atas, maka dilanjutkan dengan strategi bersaing yang akan di ambil oleh bank dalam menghadapi persaingan perbankan di Indonesia yaitu

? Strategi Penetrasi Pasar. Strategi ini dilakukan antara lain melalui usaha pemasaran dan promosi besar-besaran. Strategi ini dilakukan antara lain untuk memperoleh nasabah baru ataupun meningkatkan penggunaan dan nasabak melalui kantor-kantor bank yang ada.

? Strategi Pengembangan Produk, yaitu strategi pengembangan produk yang selalu mengikuti atau mengantisipasi kebutuban keuangan nasabah dalam bentuk produk baru, misalnya Electronik Banking, Phone Banking, dan jasa-jasa perbankan lainnya.

Kedua strategi tersebut akan dapat berjalan dengan baik, apabila bank melakukan antara lain hal- hal sebagai berikut:

? Meningkatkan Ketrampilan Pegawai. Dalam era globalisasi dimana tingkat persaingan usaha yang sangat kompetitif, sumber daya manusia yang handal menjadi salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan.

? Meningkatkan Teknologi dan Kualitas Pelayanan Perbankan. Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan kemudahan kepada masyarakat/nasabah, maka upaya penyempurnaan sistem dan teknologi terus dilakukan, sistem operasi terus diperbaiki dan ditingkatkan secara berkesinambungan agar proses efisiensi bisa terjadi.

? Manajemen Informasi. Bank harus memiliki informasi yang memadai dan inovasi yang mampu memanfaatkan informasi tersebut menjadi ide-ide yang diaplikasikan.

Dalam mencapai tujuan tersebut, penulis melakukan penelitian di dua bank yaitu bank pemerintah yang telah go publik (Bank BNI) dibandingkan dengan salah satu bank pemerintah yang belum go publik yaitu PT. Bank ABC (Persero). Selanjutnya metodologi penelitian yang kami lakukan membandingkan data kedua bank tersebut dañ tahun 1995 s/d 1999 (Juni) antara lain atas dasar data Annual Report. Kemudian data tersebut di olah dengan menggunakan analisa rasio keuangan bank (Risk and Return Measurement), analisa arus kas, dan analisa SWOT untuk menentukan strategi bersaing bank pada masa yang akan datang.

Dari hasil penelitian dapat diperoleh hasil yang penting bahwa pada masa sebelum krisis.. bahwa bank pemerintah yang sudah go publik mempunyai kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan bank pemerintah PT. Bank ABC (Persero) yang belum go publik. Sedangkan pada masa krisis, justru sebaliknya yaitu bank pemerintah yang sudah go publik mempunyai kinerja yang lebih buruk dibandingkan dengan bank pemerintah PT. Bank ABC (Persero) yang belum go publik, hal itu disebabkan antara lain jumlah kredit yang diberikan (termasuk konversi kredit valas) oleh Bank BM jauh Iebih besar dengat Bank ABC. Namun tidak menghasilkan interest income yang maksimal, Dilain pihak jumlah dana masyarakat yang dapat dihimpun pada masa krisis jauh lebih besar dibandingkan Bank ABC, sehiugga harus membayar biaya bunga yang sangat mahal.

Penulis menyadari bahwa karya akhii- ini masih jauh dari sempuma, untuk itu kami mohon saran, kritik, masukan dan apapun namanya yang bersifat membangun, demi perba kan karya aktir yang telah penulis susun ini.
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T5513
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tenar Gunawan
Abstrak :
Banyaknya perusahaan-perusahaan yang melakukan go public, mendorong penulis untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi keputusan untuk mencari sumber dana dengan go public, serta keuntungan yang didapat jika dibandingkan dengan meminjam dana bank, jika ditinjau dan segi biaya modal dan likwiditas. Data-data dikumpulkan dengan mewawancarai pihak-pihak PT ABDA yang terlibat dalam pengambilan keputusan go public serta juga dari dokumen-dokumen pendukung. Selain itu, penulis juga melakukan riset dengan membaca buku-buku pembelanjaan dan tentang go public khususnya sebagai bahan dasar untuk menganalisa masalah di atas. Perseroan melakukan go publlic dengan harapan biaya modal atas dana yang diperoleh adalah murah. Dan dana tersebut akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan perseroan serta untuk memperluas cabang. Dari segi likwiditas, jika perseroan memperoleh dana dari bank, Debt Service Coverage adalah 0,76. Sedangkan dari segi biaya modal maka biaya modal "atas pinjaman bank adalah sebesar 13 %, dan go public adalah sebesar 5,22 %. Plihan perseroan untuk go public adalah benar karena biaya modal go public lebih keeil dari pada biaya modal pinjaman bank. Dana yang diperoleh dari go public dipergunakan untuk membayar hutang lanear serta diversifikasi saham dan perluasan eabang. Dengan analisa kuantitatif maupun kwalitatif. banyak sekali keuntungan-keuntungan yang diperoleh perseroan jika go public dan pada meminjam dana bank. Faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif perlu dipertimbangkan dalam menentukan pilihan sumber dana.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
S18508
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihite, Sondang Renny
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S5282
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Agustanto
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan dan pengaruh antara keputusan pembelanjaan atau keuangan perusahaan (financing decisions) dengan peluang investasi (investment opportunity) dan menggunakan ukuran perusahaan (asset) sebagai kontrol. Model analisis, penggunaan variabel sebagai proxy, mengadopsi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Hoje Jo, Pinkerton dan Sarin (Pacific-Basin Finance Journal 2, 1994) pada perusahaan manufaktur di Jepang periode tahun 1986-1990. Sebagai proxy dari keputusan pembelanjaan adalah Debt to Equity Ratio dengan 4 versi (Total Debt to Book Value of Equity, Total Debt to Market Value of Equity, Longterm Debt to Book Value of Equity dan Longterm Debt to Market Value of Equity). Sedangkan peluang investasi digunakan sebagai proxy Market to Book Value of Equity, dan Ukuran perusahaan digunakan Total Asset.

Sampel penelitian adalah perusahaan go-public di Indonesia dan sahamnya beredar di BEJ. Sumber data digunakan data sekunder yang berupa data laporan keuangan dan data pendukung lainnya. Sumber utama data digali dari Indonesian Capital Market Directory tahun 1992 s/d 1995 yang dikeluarkan oleh Ecf in.

Analisis menggunakan pendekatan statistik dengan korelasi dan regresi. Untuk analisa regresi sebagai variabel dependen Debt to Equity Ratio dan variabel independen Market to Book Value of Equity dan Assets. Data diolah dengan menggunakan program Lotus 123 dan Program Microstat.

Hasil penelitian memberikan kesimpulan antara lain (1) Sebagian besar dari perusahaan go-public di Indonesia mempunyai total hutang yang lebih besar dibanding dengan nilai ekuitasnya baik dalam nilai pasar maupun dalam nilai buku. (2) Sebagian besar dari hutang perusahaan berupa hutang jangka pendek. (3) Terdapat hubungan yang positif antara Debt to Equity Ratio dengan Market to Book value of Equity, berarti perusahaan dengan nilai pasar ekuitas yang tinggi juga memiliki nilai hutang yang besar. (4) Market to Book Value dan Asset merupakan variabel eksplanator bagi Keputusan pembelanjaan perusahaan, terutama untuk perusahaan manufaktur. (5) Dalam hal keputusan pembelanjaan pada dasarnya tidak terdapat perbedaan pertimbangan pilihan sumber pendanaan antara perusahaan yang berada satu group pendanaan dan perusahaan yang tidak memiliki group pendanaan.
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuningsih
Abstrak :
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui keterkaitan hubungan dalam pengambilan keputusan investasi, hutang dan dividen yang dilakukan oleh manajemen keuangan dari perusahaan-perusahaan manufaktur go-public di Bursa Efek Jakarta. Jika pengambilan keputusan antara investasi, hutang dan dividen tersebut telah dilakukan dengan saling terintegrasi maka diharapkan akan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan sistem persamaan simultan dengan pooling data yaitu kombinasi dari time series dan cross section data. Adapun metode estimasinya adalah metode seemingly unrelated regression MIR), yang memiliki kelebihan yaitu diperhatikannya efek gangguan berupa korelasi antar gangguan yang berasal dari beberapa persamaan yang berbeda, disebut contemporaneous correlation, sehingga hasil estimasinya menjadi lebih efisien, terbaik dan tidak bias (Judge, 1988). Variabel instrumen yang digunakan dalam sistem persamaan simultan ini adalah profitabilitas (RGl), likuiditas (CR), pertumbuhan (GR) dan tingkat suku bunga hutang (Intr). Populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan manufaktur go-public di Bursa Efek Jakarta, sementara sampel penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang cukup aktif dalam investasinya selama periode pengamatan, yaitu periode tahun 1990 - 1995, sejumlah 81 perusahaan. Data penelitian berupa data sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory, Corporate Handbook : Indonesia serta Laporan JSX. Hasil empiris dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengambilan keputusan terhadap ketiga hal tersebut masih cenderung dilakukan secara parsial atau kurang terintegrasi satu sama lain, kecuali pengambilan keputusan investasi yang telah dilakukan dengan memperhatikan keputusan tentang hutang yang akan ditariknya. Secara keseluruhan hasil estimasi menunjukkan bahwa Hubungan keterkaitan antara keputusan investasi dan hutang adalah positif dan bidirectional. menunjukkan adanya kecenderungan perusahaan untuk membiayai investasi yang dilakukan dengan mengadakan pembelanjaan hutang. Tidak ada hubungan keterkaitan yang signifikan antara keputusan investasi dan dividen secara bidirectional, menunjukkan tidak adanya indikasi bahwa perusahaan cenderung mendanai investasinya dengan menggunakan retained earning, ada kemungkinan perusahaan lebih tertarik pada pembelanjaan eksternal seperti hutang. Tidak ada hubungan keterkaitan yang signifikan antara keputusan hutang dan dividen secara bidirectional, sehingga mengindikasikan bahwa perusahaan memang lebih tertarik mengandalkan hutang guna membelanjai investasinya meskipun sebenarnya cukup tersedia dana internal yang seharusnya tidak perlu dibagikan sebagai dividen jika memang terdapat peluang investasi yang menjanjikan. Dari hasil estimasi ini, dengan demikian dapat disimpulkan juga bahwa ada indikasi kecenderungan perusahaan untuk lebih mengandalkan pembelanjaan hutang guna membiayai investasinya dibandingkan pembelanjaan internalnya berupa laba ditahan. Ada kemungkinan hal ini dilakukan karena peluang investasi yang memang besar pada periode tersebut karena adanya beberapa deregulasi di bidang perekonomian yang dilakukan pemerintah, seperti PMA 100%, penghapusan Daftar Negatif Industri, dan sebagainya yang sangat menarik bagi investor. Juga adanya kemudahan dalam menarik pinjaman seperti yang dipraktekkan beberapa pengusaha yang menarik pinjaman dari bank yang berada dalam grupnya sendiri. Ada kelemahan dalam penelitian ini yaitu terbatasnya jumlah sampel data yang digunakan serta terbatasnya jumlah variabel instrumen yang digunakan. Oleh karena itu dapat dilakukan penelitian lanjutan yang lebih komprehensif dalam hal data maupun variabel instrumennya sehingga akan lebih merepresentasikan kompleksitas masalah manajemen keuangan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dasril
Abstrak :
ABSTRAK
Pertamina yang berfungsi mengelola industri migas telah berkembang sedemikian pesatnya dan mampu memberikan andil yang sangat besar dalam penerimaan negara. Hal ini dapat dilihat dari data APBN tahun 1996/1997 sampai dengan RAPBN tahun 1999/2000, rata-rata konstribusi sektor migas dalam penerimaan negara setiap tahunnya sebesar 20,75% sedangkan dari Non Migas sebesar 79,25%. Pengetolaan migas yang dimulai dari kegiatan-kegiatan survey (seismic), eksplorasi, produksi sampai dengan kegiatan refinery untuk menghasilkan BBM serta mendistribusikannya kepada konsumen, dilaksanakan oleh personil bangsa Indonesia yang sudah profesional dan berpengalaman. Profesionalitas Sumber Daya Manusia tersebut telah mampu menghasilkan produksi minyak mentah (crude). dan kondensat rata-rata setiap harinya sebanyak 1.575.230 barrels, clan BBM sebanyak 35.091.000 kilo liter. Kegiatan ini merupakan keunggulan atau kekuatan internal perusahaan. Selanjutnya yang perlu menjadi pertimbangan khusus dalam pengelolaan migas antara lain adalah migas merupakan sumber daya yang tidak bisa diperbaharui, jika diproduksi terus menerus akan habis, dan suatu saat Indonesia akan menjadi peng-impor migas terbesar di dunia. Sedangkan potensi migas di luar negeri cukup banyak dan menggembirakan, dari data Kwartal IV tahun 1998, supply minyak dunia sudah mencapai 77.800.000 barrels per hari.

Berdasarkan pada pertimbangan tersebut dan beberapa pertimbangan lainnya, maka Pertamina wajar menjadi Perusahaan Multinasional (MNC) agar bisa melakukan bisnisnya di manca negara. Untuk mewujudkan hal ini Pertamina mempunyai peluang yang cukup besar dan dapat dilihat dari beberapa strategi, antara lain : - Strategi keunggulan bersaing (Competitive Advantage) yang pada dasarnya telah dimiliki Pertamina karena salah satu syarat yang hares dipenuhi adalah menciptakan kapabilitas organisasi. Hal ini secara prinsip tidak ada masalah. Ada masalah dibidang manajemen tetapi bisa diperbaiki atau dibenahi. - Strategi masuk ke suatu negara, Indonesia (Pertamina) mempunyai peluang yang sangat besar dengan melakukan pendekatan ekonomi, politik dan sosial budaya. Misalnya untuk negara di kawasan ASEAN dengan pendekatan politik akan mempunyai peluang yang cukup besar, karena Indonesia merupakan salah satu pendiri, sedangkan pelaksanaannya bisa dilakukan dengan investasi langsung atau menggandeng mitra usaha !okal negara tersebut. Sedangkan untuk negara-negara kelompok OKI dengan pendekatan sosial budaya akan memberikan peluang yang besar pula. karena Indonesia mempunyai penduduk muslim terbesar didunia. Ada beberapa konstribusi yang bisa didapat jika Pertamina menjadi perusahaan multinasional, salah satu diantaranya adalah mendapatkan Capital Inflow dari keuntungan berbisnis di manca negara yang pada akhirnya meningkatkan penerimaan negara dari sektor migas lebih besar dari 20,75%.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Iswanto
Abstrak :
Perkembangan dunia perbankan di Indonesia saat ini, menunjukkan trend yang tidak jelas. Sejak krisis perbankan periode Tahun 1997 - 1998, kinerja perbankan sampai saat ini semakin tidak jelas dan cenderung makin sulit untuk diidentifikasi. Itu ditandai dengan banyaknya kredit bermasalah yang ada dalam sistem perbankan. Sementara proses restrukturisasi dan penyehatan perbankan sampai saat ini, belum memperlihatkan hasil - hasil yang cukup signifikan. Perkembangan sektor perbankan yang belum jelas, ternyata memberikan dampak yang sangat mendalam terhadap perkembangan di sektor riil. Sebelum adanya krisis, mayoritas kegiatan sektor riil didukung oleh sistem pendanaan dari perbankan. Namun, dengan kegagalan perbankan menghadapi krisis ekonomi, mengurangi kemampuannya untuk menjadi penggerak perekonomian. Akibatnya, hampir semua proyek yang sebelumnya banyak mengharapkan kucuran kredit, harus ditunda atau mencari sumber - sumber lainnya. Sumber kegagalan perbankan dalam mengatasi krisis, sebenarnya telah dimulai dengan adanya liberalisasi perbankan melalui Paket Deregulasi Perbankan Oktober 1988 (Pakto 88). Dasar pemikiran dari Pakto tersebut sebenarnya mendorong perbankan untuk lebih mampu mandiri, kompetitif dan sehat. Namun, dalam perkembangannya, pengelola perbankan tidak mampu menerjemahkan ataupun mengikuti harapan dari Pakto tersebut. Perbankan hanya melihat deregulasi tersebut sebagai peluang untuk melakukan ekspansi dalam berbagai bidang. Ekspansi perbankan tersebut diarahkan kedalam berbagai sektor ekonomi, tanpa disertai dengan kemampuan manajerial, pengawasan dan visi yang memadai. Itu sangat terlihat pada unsur pengelola perbankan, pemerintah dan bahkan Bank Indonesia sebagai pengawas keberadaan perbankan. Pengelolaan perbankan umumnya didominasi oleh; ? Pihak - pihak yang kurang memahami bisnis perbankan, dan cenderung menyamakannya dengan usaha perdagangan ? Manajemen yang tidak profesional (belum berpengalaman ataupun kemampuannya yang memang tidak memadai) ? Penghimpunan dana melalui cara - cara yang tidak wajar. Pada saat yang sama, Bank Indonesia (BI) sebagai Bank Sentral melakukan tugasnya sebagai pengawas bank komersial. Dalam prakteknya, BI tidak mampu melaksanakan salah satu tugasnya tersebut, ini disebabkan oleh beberapa hal; n Nuansa politis n BI ikut menjadi pemain/pengelola bank n Karyawan yang kurang profesional
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T18850
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Fransiska
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing dari perusahaan perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana IPO di BEI pada tahun 2009-2013. Penelitian ini menggunakan model regresi berganda dengan teknik pengumpulan data sekunder dengan mengumpulkan seluruh laporan keuangan perusahaan perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana di BEI pada tahun 2009-2013. Adapun variabel independennya adalah tingkat underpricing sedangkan variabel dependennya adalah umur perusahaan reputasi underwritter reputasi auditor presentase jumlah sahamyang ditawarkan. Return on Equity ROE Return on Assets ROA Debt to Equity Ratio DER dan Earning per Share EPS. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa faktor faktor umur perusahaan reputasi underwritter dan reputasi auditor berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Sedangkan presentase jumlah sahamyang ditawarkan Return on Equity ROE Return on Assets ROA Debt to Equity Ratio DER dan Earning per Share EPS tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. ......The purpose of this research is to analize the factors influencing underpricing in firms who did Initial Public Offering IPO in Indonesia Stock Exchange for Period 2009-2013. Its use multiple regression model with technique of secondary data compilation by compile all financial reports of firms who did IPO in Indonesia Stock Exchange for period 2009-2013. The independent variable is underpricing while the dependent variables are firm age underwritter reputation auditor reputation stocks percentage Return on Equity ROE Return on Assets ROA Debt to Equity Ratio DER and Earning per Share EPS. The result of this research is firm age underwritter reputation auditor reputation are influencing underpricing. But stocks percentage Return on Equity ROE Return on Assets ROA Debt to Equity Ratio DER and Earning per Share EPS are not influencing underpricing.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S61667
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>